Probiotik dalam makanan fermentasi bermanfaat bagi kesehatan. Selain memperbaiki fungsi pencernaan, kekebalan tubuh, kesehatan jantung, mengurangi peradangan, dan mengurangi risiko kanker, juga memperbaiki suasana hati.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Fermentasi merupakan teknik kuno mengawetkan makanan. Proses alami yang melibatkan ragi ataupun bakteri itu ditemukan secara tak sengaja puluhan ribu tahun lalu.
Sepanjang sejarah manusia, berbagai cara dilakukan untuk memfermentasi bahan pangan, misalnya menghasilkan minuman beralkohol dan keju, tanpa memahami proses yang terjadi. Adalah Louis Pasteur, ahli kimia dan mikrobiologi Perancis, pada abad ke-19, menemukan proses fermentasi melibatkan ragi atau kapang yang mengubah pati atau gula menjadi alkohol. Ia juga menemukan mikroorganisme lain, yakni bakteri, memfermentasi susu menjadi asam.
Proses fermentasi sampai kini masih dilakukan. Namun, tujuan utamanya bukan lagi pengawetan makanan karena kemajuan ilmu dan teknologi pangan sudah mampu menangani. Selain lezat, ternyata produk fermentasi mengandung probiotik, mikroorganisme berupa ragi dan bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan.
Proses fermentasi terbukti menetralkan asam fitat dan lektin, zat dalam biji-bijian, kacang-kacangan, dan polong-polongan yang bisa menghambat penyerapan mineral. Zat itu juga menyebabkan pati, protein, dan lemak sulit dicerna.
Pemecahan zat gizi oleh fermentasi meningkatkan kandungan vitamin B, asam folat, riboflavin, niasin, tiamin, biotin, vitamin C, dan menjadi mudah diserap tubuh. Pemecahan laktosa (gula dalam susu) dalam proses fermentasi menjadi gula sederhana, glukosa dan galaktosa, memungkinkan susu dikonsumsi penderita intoleransi laktosa, yakni setelah menjadi yogurt dan kefir.
Selain yogurt dan kefir, makanan fermentasi tradisional dari sejumlah negara, di antaranya tempe, miso, natto, kimchi, sauerkraut, keju, kombucha, anggur, dan bir. Proses menghasilkan makanan itu melibatkan bakteri dan kapang, yakni Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Bifidobacterium lactis, Rhizopus oligosporus,Aspergillus oryzae, Saccharomyces cerevisiae, dan sebagainya.
Kunci kesehatan
Bakteri dan kapang itu disebut probiotik karena meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus. Bakteri dan organisme dalam usus yang terdiri atas sekitar 1.000 spesies menciptakan ekosistem mikro yang disebut mikrobioma. Ekosistem ini berperan besar dalam kesehatan, bahkan dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku.
Bisa dibilang, kunci menjaga kesehatan adalah menjaga kesehatan mikrobioma usus. Apa yang kita konsumsi menjadi penting dalam keseimbangan bakteri baik dan jahat dalam mikrobioma.
Bisa dibilang, kunci menjaga kesehatan adalah menjaga kesehatan mikrobioma usus.
Gula dan lemak buruk bagi perkembangan bakteri baik. Gula menghambat produksi protein yang diperlukan bagi pertumbuhan bakteri baik.
Sementara lemak, menurut kajian Mei Zhang dari Universitas Capital Medical, Beijing, China, dan Xiao-Jiao Yang dari Universitas McGill, Montreal, Kanada, dalam World Journal of Gastroenterology, 28 Oktober 2016, dapat menekan pertumbuhan sejumlah bakteri baik.
Bahan pangan yang tercemar pestisida dan konsumsi antibiotik mengubah keseimbangan mikrobioma karena mematikan bakteri baik.
Berbeda dengan probiotik, prebiotik adalah serat makanan yang tidak dapat dicerna tubuh manusia. Fungsinya sebagai makanan bagi probiotik.
Prebiotik banyak terdapat dalam buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Probiotik dan prebiotik bermanfaat untuk menunjang kehidupan bakteri baik dan flora usus.
Probiotik membantu bakteri baik dalam usus memproduksi zat bersifat antibiotik, antivirus, antijamur, antitumor, dan menciptakan lingkungan asam sehingga patogen (kuman penyebab penyakit) tidak berkembang biak. Bakteri baik membentuk vitamin K dan asam lemak rantai pendek yang bisa memperkuat sel dinding usus sehingga mampu mencegah beredarnya zat berbahaya, virus, dan bakteri dalam tubuh.
Vitamin K dan asam lemak rantai pendek juga membantu kesehatan jantung dengan menurunkan kolesterol buruk dan tekanan darah, serta menjaga berat badan. Kesehatan mikrobioma juga mampu memperbaiki fungsi pencernaan, kekebalan tubuh, membantu mengurangi peradangan, dan mengurangi risiko kanker.
Berbagai penelitian
Kajian Alfredo Guarino dan kolega dari Departemen Pediatri, Universitas Naples Federico II, Italia, dalam Current Opinion in Gastroenterology, Januari 2009, menyatakan, probiotik Lactobacillus sp dan Saccharomyces boulardii bisa menjadi terapi tambahan untuk radang lambung pada anak-anak.
Sejumlah spesies Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus disebut Marina Ritchie dan Tamara Romanuk dari Departemen Biologi, Universitas Dalhousie, Halifax, Kanada, di PLOS One, 18 April 2012, mampu mencegah dan mengatasi radang lambung.
Adapun kajian meta analisis Eirini Dimidi dan kolega dari Fakultas Kedokteran, King\'s College London, Inggris, di The American Journal of Clinical Nutrition, Oktober 2014, mendapati Bifidobacterium lactis membantu mengatasi konstipasi (sembelit).
Kemampuan Lactobacillus dan Bifidobacterium untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi batuk pilek disebut Metehan Ozen, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Acibadem, Istanbul, Turki, dan kolega dalam kajian di Expert Opinion on Biological Therapy, Januari 2015.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan, makanan fermentasi bisa memperbaiki kesehatan mental. Sejumlah spesies Bifidobacterium dan Lactobacillus dikaitkan dengan pengurangan gejala kecemasan dan depresi. Hal itu mengemuka dalam kajian meta analisis Huiying Wang dan kolega dari Universitas Tübingen dan Rumah Sakit Universitas Tübingen, Jerman, dalam Journal of Neurogastroenterology and Motility, Oktober 2016.
Bakteri probiotik itu juga mampu memperbaiki kondisi gangguan spektrum autisme, gangguan obsesif kompulsif, dan memperbaiki kemampuan ingatan.
Jadi, tak hanya sebutir apel yang mampu menjauhkan kita dari penyakit. Memanfaatkan probiotik sambil menikmati kelezatan berbagai produk fermentasi bisa menjaga kesehatan. Namun, hati-hati, bagi yang sensitif, makanan fermentasi bisa menyebabkan efek tak diinginkan, misalnya kembung. Penderita penyakit Crohn, radang usus kronis, juga disarankan untuk berhati-hati mengonsumsi probiotik.