Calon yang diprediksi memenangi kontestasi di Pilkada 2020 linier dengan penguasaan partai politik di daerah itu. Pilkada 2020 momentum mengkonsolidasikan kekuatan menuju Pemilu 2024.
Oleh
IQBAL BASYARI/NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
JAKARTA,KOMPAS - Sejumlah partai politik puas dengan hasil Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2020. Target yang dipatok tercapai sehingga diyakini bakal melapangkan jalan untuk meraih hasil lebih besar di Pemilu 2024. Adapun pengamat melihat, tak ada kejutan di Pilkada 2020. Peta politik di mayoritas daerah tidak berubah. Meski demikian, Pilkada 2020 dinilai tetap penting untuk mengkonsolidasikan kekuatan menuju Pemilu 2024.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto saat dihubungi, Minggu (13/12/2020), mengatakan, yang menjadi target utama partai di Pilkada 2020, dapat dicapai. Namun ia tak menyebutkan jumlah calon yang diusung yang berhasil memenangkan Pilkada 2020.
Dari 270 daerah yang menggelar Pilkada 2020, PDI-P hanya mengusung calon untuk 257 daerah. Daerah lainnya, PDI-P tak turut mengusung karena tak memiliki kursi di DPRD setempat.
“Secara keseluruhan di tengah berbagai kesulitan, yang menjadi target utama partai dapat dicapai. Di Banyuwangi, baik bupati dan wakil bupati keduanya berasal dari internal partai dan kami juga menghadapi tekanan yang sangat kuat. Di Kabupaten Malang, Ponorogo, dan Gresik pun berhasil dimenangkan,” ujarnya.
Bagi PDI-P, lanjut Hasto, pilkada merupakan momentum untuk memperkuat kelembagaan kepartaian dalam menyiapkan pemimpin. Di dalamnya, partai juga terus menyempurnakan proses rekrutmen secara demokratis. “Pilkada juga momentum menyempurnakan kaderisasi kepemimpinan melalui sekolah partai,” tambahnya.
Adapun Wakil Ketua Umum Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, mengklaim calon yang diusung Golkar di 165 daerah, memenangkan pilkada. Untuk Pilkada 2020, Golkar mengusung calon di seluruh daerah yang menggelar pilkada.
“Total kemenangan sebesar 61,11 persen tak hanya membuat Golkar melampaui target. Hasil ini menunjukkan posisi Golkar yang kembali mendominasi,” kata Doli.
Kemenangan menurutnya, sangat penting bagi Golkar karena pilkada diselenggarakan di lebih dari setengah daerah di Indonesia. Kemenangan kader Golkar menjadi kepala daerah juga penting untuk membangun basis parpol di wilayah tersebut.
“Kami berharap dengan terpilihnya kader Golkar menjadi kepala daerah bisa menjadi modal memperkuat dan meningkatkan target kemenangan untuk pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2024,” tambah Doli.
Selain PDI-P dan Golkar, Partai Demokrat juga melihat capaian di Pilkada 2020 telah melampaui target.
Menurut Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Kamhar Lakumani, di Pilkada 2020, Demokrat mengusung calon di 249 daerah. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, calon Demokrat memenangkan kontestasi di 124 daerah. Dari jumlah tersebut, calon di 70 daerah merupakan kader sendiri.
“Capaian ini memiliki arti penting dan strategis bagi Partai Demokrat, apalagi melampui target yang telah ditetapkan sebelumnya dan melampaui capaian hasil pilkada serentak lima tahun yang lalu dengan jumlah pilkada yang sama. Lima tahun yang lalu dari jumlah pilkada yang sama kemenangan Demokrat di kisaran 40 persen. Untuk saat ini, capaian kami 50 persen,” kata Kamhar.
Ia menilai, kemenangan ini berdampak positif pada peningkatan moral, semangat, dan rasa percaya diri kader dan partai. “Ini kemenangan yang subtantif, karenanya membangkitkan optimisme bagi kader Demokrat menuju sukses Pemilu 2024,” ujarnya.
Penjaringan caleg
Adapun Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengklaim, ada 38 kader PAN yang menang dari 118 paslon yang didukung di Pilkada 2020. Kemenangan sesuai prediksi, seperti di Sumatera Barat, Jambi, dan Riau yang selama ini merupakan basis kekuatan PAN di Sumatera.
“Bagi PAN, Pilkada 2020 sangat penting dan strategis mengingat kehadiran kepala daerah akan membuat PAN menarik di daerah itu sehingga untuk penjaringan calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2024 lebih mudah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai NasDem, Prananda Surya Paloh, mengatakan, dari hasil sementara, terdapat 91 orang kader yang terpilih di Pilkada 2020. Ia mengakui, tak semua semua kantong suara NasDem, bisa dimenangkan calon yang diusung Nasdem. "Hal tersebut menjadi dinamika biasa, karena pilkada lebih mengedepankn figur dibandingkan dengan koalisi partai," katanya.
Sejak awal, Prananda menyadari, Pilkada 2020 ini merupakan target antara untuk menyongsong Pemilu 2024. Artinya, yang dikejar adalah berapa banyak kader yang mampu menjadi kepala daerah dan bagaimana struktur partai bekerja saat pemenangan.
"Pilkada selain memilih pemimpin daerah juga menjadi ajang konsolidasi internal pasca-Pemilu 2019," katanya.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pun puas dengan hasil Pilkada 2020. Salah satunya karena calon yang diusung PPP memenangkan kontestasi di daerah-daerah yang selama ini menjadi basis PPP. Ini seperti Sumatera Barat, Rembang, Kota Pekalongan, Pemalang, Banjarbaru, Anambas, Tasikmalaya, Tabalang, Berau, dan Situbondo.
Kemenangan tersebut sekaligus menunjukkan hidupnya mesin partai yang diperlukan dalam rangka persiapan Pemilu 2024. “Pilkada 2020 merupakan pemanasan untuk menyolidkan struktural dan akar rumput PPP,” kata Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani.
Peta politik
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai, partai-partai besar seperti PDI-P, Golkar, dan Gerindra berpeluang besar memenangkan banyak daerah karena bisa mencalonkan kepala daerah di banyak daerah. Selain itu, sebelum memutuskan calon yang diusung, partai-partai itu terlebih dulu melihat hasil survei.
Meski demikian, ia menilai tidak banyak kejutan yang terjadi pada Pilkada 2020.
Hampir semua daerah yang menjadi basis partai-partai tertentu dimenangkan oleh paslon yang diusung partai tersebut. Tak terkecuali di empat daerah yang menyedot perhatian publik, yakni Solo, Medan, Surabaya, dan Tangerang Selatan.
Terlepas dari hal itu, ia melihat, hasil di Pilkada 2020 tetap penting bagi partai politik untuk mengkonsolidasikan kekuatan demi meraup suara pada saat pemilihan legislatif ataupun pemilihan presiden 2024.
“Pilkada 2020 lebih kepada penguasaan politik di tingkat lokal karena pengaruh elektoralnya kepala daerah untuk maju di tingkat nasional hampir tidak ada,” katanya.