Puluhan Rumah Rusak akibat Tanah Bergerak di Brebes, Relokasi Dikaji
›
Puluhan Rumah Rusak akibat...
Iklan
Puluhan Rumah Rusak akibat Tanah Bergerak di Brebes, Relokasi Dikaji
Hujan deras yang turun beberapa waktu belakangan memicu bencana tanah bergerak di Dukuh Sambungregel, Kecamatan Sirampog, Brebes, Jawa Tengah. Puluhan rumah dan fasilitas umum rusak. Rencana relokasi permukiman dikaji.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Bencana tanah bergerak membuat puluhan rumah dan fasilitas publik rusak di Dukuh Sambungregel, Desa Manggis, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pemerintah setempat masih menunggu kajian geologis untuk menentukan urgensi relokasi.
Hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang mengguyur Brebes dan sekitarnya memicu bencana tanah bergerak di Dukuh Sambungregel. Tanah bergerak dilaporkan terjadi sejak pekan lalu.
Semula, rumah warga yang rusak sebanyak 23 unit. Seiring waktu, bencana tanah bergerak meluas. Hingga Rabu (20/1/2021), tercatat 28 bangunan terdiri dari 26 rumah, 1 bangunan tempat pendidikan Al Quran (TPA), dan 1 masjid, rusak sedang hingga berat.
”Di Dukuh Sambungregel ada 42 keluarga yang tinggal di wilayah rawan bencana tanah bergerak. Dari jumlah tersebut, 26 keluarga sudah terdampak,” kata Camat Sirampog Lukman Hakim, di Brebes.
Menurut Lukman, 60 orang terpaksa mengungsi ke rumah keluarga dan tetangganya karena rumah mereka rusak berat. Adapun warga yang rumahnya rusak sedang dan ringan memilih bertahan. ”Warga masih khawatir karena setiap hujan deras turun, ada pergerakan tanah. Warga berharap mereka bisa direlokasi ke tempat yang lebih aman,” ucap Lukman.
Sementara itu, Bupati Brebes Idza Priyanti telah mendatangi lokasi bencana tanah bergerak dan menyerahkan sejumlah paket bahan makanan pokok bagi warga terdampak. Ia juga membantu memberikan pemulihan trauma kepada anak-anak di dukuh tersebut.
”Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi terkait upaya selanjutnya. Saat ini, kami masih menunggu kajian geologis untuk melihat kondisi tanahnya,” tutur Idza.
Hasil kajian geologis akan menunjukkan layak atau tidaknya lokasi itu untuk ditinggali. Jika memang tidak layak, Pemkab Brebes akan mengusulkan relokasi warga. (Idza Priyanti)
Idza menuturkan, hasil kajian geologis akan menunjukkan layak atau tidaknya lokasi itu untuk ditinggali. Jika memang tidak layak, Pemerintah Kabupaten Brebes akan mengusulkan relokasi warga.
Sembari menunggu hasil kajian geologis, Idza meminta masyarakat tetap waspada selama musim hujan. Warga yang rumahnya tidak memungkinkan ditinggali diminta segera mengevakuasi diri ke tempat yang sudah disiapkan pemerintah setempat, yakni di SD Negeri Manggis 02.
Rumah antigempa
Kepala Seksi Perencanaan Teknis dan Pembiayaan Perumahan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Dinperwaskim) Provinsi Jawa Tengah Suprapta mengatakan, pihaknya telah mendapat laporan terkait kerusakan yang timbul akibat bencana tanah bergerak di Brebes. Laporan tersebut akan diserahkan kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo agar warga terdampak bisa diikutkan dalam program pembangunan rumah antigempa.
”Nantinya warga terdampak akan dibangunkan rumah dengan teknologi rumah sistem panel instan (RUSPIN), yaitu rumah yang teruji tahan gempa. Ini adalah hasil penemuan baru dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” kata Suprapta.
Suprapta menuturkan, rumah antigempa tersebut dibuat menyerupai rumah tipe 36 dengan estimasi biaya pembangunan Rp 50 juta. Nantinya, kelompok masyarakat diminta membuat proposal pengajuan untuk ikut serta dalam program tersebut kepada Dinperwaskim Jateng. Setelah proposal masuk, tim akan memverifikasi dan melakukan validasi untuk kemudian dianggarkan.
”Biaya pembangunannya akan ditanggung Pemprov Jateng. Adapun lokasinya bisa di tanah milik warga sendiri atau tanah yang disiapkan Pemkab Brebes,” ucap Suprapta.