Tiga Penumpang KRL Positif Covid-19, Pemkot Bogor Harapkan Evaluasi
Pemerintah Kota Bogor berharap ada evaluasi setelah tiga penumpang kereta rel listrik dari Stasiun Bogor dinyatakan positif Covid-19 melalui tes usap tenggorokan atau ”swab” pada 27 April lalu.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Tiga penumpang kereta rel listrik dari Stasiun Bogor dinyatakan positif Covid-19 melalui tes usap tenggorokan atau swab pada 27 April lalu. Pemerintah Kota Bogor berharap semua pihak melakukan evaluasi terkait operasional KRL yang berisiko sebagai tempat penularan Covid-19.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim saat dihubungi, Senin (4/5/2020), menyampaikan, dua dari tiga penumpang KRL di Stasiun Bogor yang positif Covid-19 merupakan warga DKI Jakarta. Adapun satu penumpang lainnya merupakan warga Kabupaten Bandung Barat.
”Dua warga DKI Jakarta yang positif Covid-19 tinggal dan bekerja di Jakarta. Sementara satu penumpang positif dari Kabupaten Bandung Barat masih ditelusuri,” ujarnya.
Dedie mengatakan, adanya tiga penumpang KRL positif Covid-19 telah dikomunikasikan dengan Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dan Kepala Daerah Operasional 1 PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai operator.
Dedie meminta operator tersebut lebih konsisten menerapkan pembatasan fisik di dalam stasiun ataupun gerbong. PT KCI kemudian meresponsnya dengan menyatakan bahwa KRL tidak akan diberangkatkan apabila penumpang tak mematuhi protokol pencegahan Covid-19.
”Bagaimanapun caranya, kami berharap semua pemangku kepentingan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan sistem agar risiko penyebaran Covid-19 terus ditekan,” ujarnya.
Permintaan agar pemerintah pusat melakukan evaluasi terkait operasional KRL juga disampaikan Bupati Bogor Ade Yasin. Dia meminta kepada pemerintah pusat untuk membuat kebijakan yang tepat dan ketat terkait pengaturan jam operasional KRL.
”Jangan sampai KRL menjadi episentrum penularan virus dari para OTG sehingga menihilkan upaya-upaya pencegahan yang kita lakukan selama ini,” ungkapnya.
Sebelumnya, lima kepala daerah di kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi juga telah meminta PT KCI dan PT KAI untuk menghentikan sementara operasional KRL selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Mereka meyakini bahwa hasil penerapan PSBB lebih maksimal jika operasional KRL dihentikan karena dapat menekan kerumunan massa.
Informasi terkait tiga penumpang KRL jurusan Bogor-Jakarta positif Covid-19 disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui akun Twitter pribadinya pada Minggu (3/5) malam. Hasil ini diketahui setelah Pemkot Bogor beserta Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan tes swab bagi 325 penumpang KRL di Stasiun Bogor pada 27 April lalu.
Menurut Kamil, kondisi KRL yang masih padat bisa menjadi potensi besar penyebaran Covid-19 dari orang tanpa gejala (OTG). Hal ini juga dapat berimbas pada kegagalan penerapan PSBB yang telah dilaksanakan selama hampir tiga pekan.
Masih ramai
Meski stasiun menjadi salah satu tempat penyebaran Covid-19, tampak masih banyak petugas dan warga yang memilih menggunakan KRL untuk sampai ke tempat tujuaannya. Hal tersebut juga terlihat di Stasiun Bogor pada Senin siang.
Kendati demikian, semua pengguna KRL yang datang dari Jakarta ataupun yang berangkat dari Bogor terlihat sudah mematuhi protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19, seperti mengenakan masker.
William (36), salah satu pengguna KRL asal Babakan, Bogor Tengah, terpaksa masih menggunakan KRL karena alasan efisiensi waktu dan biaya. Ia menggunakan KRL setiap pagi menuju tempat kerjanya di Jakarta Selatan. Perusahaan tempat dia bekerja masih mengharuskan karyawannya datang ke kantor.
”Saya sudah dengar berita bahwa tiga pengguna KRL dari Stasiun Bogor positif Covid-19. Tetapi, saya memilih tetap menggunakan KRL karena lebih cepat sampai tujuan,” ujarnya.
Saya sudah dengar berita bahwa tiga pengguna KRL dari Stasiun Bogor positif Covid-19. Tetapi, saya memilih tetap menggunakan KRL karena lebih cepat sampai tujuan.
Hal senada diungkapkan Andri (24), pengguna KRL asal Bubulak, Bogor Barat. Akses tenpat kerjanya di Jakarta Pusat yang tidak terlalu jauh dari stasiun membuat ia memilih tetap menggunakan KRL sebagai transportasi utama.
”Selama masih beroperasi, sepertinya saya akan tetap menggunakan KRL. Menggunakan sepeda motor dari Bogor ke Jakarta tidak akan efektif karena jarak tempuhnya lumayan jauh,” katanya.