Anak Muda Paling Banyak Terlibat Kecelakaan di Sumbar
Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Barat mencatat 104 kasus kecelakaan lalu lintas selama operasi ketupat Lebaran yang berlangsung 29 Mei-10 Juni. Adapun pengendara yang paling banyak terlibat kecelakaan berasal dari kelompok usia pelajar ataupun mahasiswa.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS - Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Barat mencatat 104 kasus kecelakaan lalu lintas selama operasi ketupat Lebaran yang berlangsung 29 Mei-10 Juni. Adapun pengendara yang paling banyak terlibat kecelakaan berasal dari kelompok usia pelajar ataupun mahasiswa.
“Kecelakaan yang memicu korban jiwa tersebar di berbagai daerah. Namun, paling banyak di Padang Pariaman dan Pasaman, masing-masing tiga korban jiwa,” kata Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional Ditlantas Polda Sumbar Ajun Komisaris Besar Ari Yuswan Triono, di Padang, Kamis (13/6/2019).
Sebanyak 22 orang dilaporkan meninggal dalam periode tersebut. Selain korban jiwa, 14 orang luka berat dan 147 lainnya luka ringan. Adapun total kerugian material diperkirakan Rp 311,65 juta.
Data tersebut lebih rendah dibandingkan operasi ketupat tahun 2018, kecuali korban luka berat. Tahun lalu, kecelakaan mencapai 130 kasus, korban jiwa 25 orang, luka berat 12 orang, dan luka ringan 233 orang. Sementara itu, kerugian materialnya mencapai Rp 435,750 juta.
Menurut Ari, pengendara yang paling banyak terlibat kecelakaan tahun ini berasal dari kelompok usia pelajar ataupun mahasiswa. Dua rentang usia yang mendominasi, yaitu usia 16-20 tahun dengan 31 kasus dan usia 21-25 tahun 19 kasus.
Angka itu tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, kecuali untuk usia 41-45 tahun yang turun drastis untuk tahun 2019 dari 24 kasus menjadi 8 kasus. Tahun 2018, jumlah kasus yang melibatkan rentang usia 16-20 tahun sebanyak 30 kasus dan usia 21-25 tahun 20 kasus.
Dua rentang usia yang mendominasi, yaitu usia 16-20 tahun dengan 31 kasus dan usia 21-25 tahun 19 kasus.
Kepala Sub Direktorat Penegakan Hukum Ditlantas Polda Sumbar Ajun Komisaris Besar Dwi Nur Setiawan menambahkan, kasus kecelakaan selama operasi ketupat 2019 paling banyak terjadi di Padang dan Padang Pariaman.
“Padang paling banyak karena merupakan daerah tujuan pengendara. Sementara itu, Padang Pariaman karena merupakan jalur utama Jalan Padang-Bukittinggi,” kata Dwi.
Sejalan dengan data kecelakaan, kasus pelanggaran lalu lintas juga menurun dalam Operasi Ketupat 2019. Penurunan terjadi untuk pelanggaran berujung surat tilang maupun berujung teguran. Namun, kelompok usia yang paling banyak melakukan pelanggaran tetap dari kalangan muda, yaitu usia 16-20 tahun (211 kasus), 21-25 tahun (279 kasus), dan 26-30 tahun (216 kasus).
Selama operasi ketupat 2019, terdapat 1.111 kasus pelanggaran yang berujung surat tilang dan 1.015 kasus pelanggaran berujung teguran. Dibandingkan operasi ketupat 2018, jumlah pelanggaran berujung surat tilang 3.492 kasus dan pelanggaran berujung teguran 1.659 kasus.
Dalam kesempatan itu, Ari mengklaim, secara umum, arus lalu lintas di Sumbar pada operasi ketupat 2019 lebih lancar dibandingkan sebelumnya. Itu karena petugas sudah memetakan dan mengantisipasi titik-titik rawan macet, seperti Pasar Koto Baru, Tanah Datar; Simpang Sicincin, Padang Pariaman; dan Simpang Pasar Padang Luar, Bukittinggi.
“Waktu tempuh Padang-Bukittinggi, misalnya, sekitar 5 jam,” katanya. Dijelaskan Ari, survei dilakukan pada H-2 Lebaran. Pada periode sama tahun lalu, waktu tempuh bisa sekitar 6 jam.
Meskipun relatif lancar, Ari mengakui masih terjadi perlambatan arus lalu lintas di jalur-jalur rawan. Hal itu tidak bisa dihindarkan karena selama arus mudik dan balik terjadi peningkatan volume kendaraan.