Optimalisasi Sistem Rujukan Berjenjang Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir di Kabupaten Sidoarjo menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Timur. Untuk menekan tingginya angka kematian itu, diperlukan optimalisasi sistem rujukan berjenjang selain terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir di Kabupaten Sidoarjo menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Timur. Untuk menekan tingginya angka kematian tersebut, diperlukan optimalisasi sistem rujukan berjenjang selain terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo mencatat, angka kematian ibu (AKI) sampai Juni 2019 sebanyak 13 kasus, sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebanyak 157 kasus. Angka kematian itu mengindikasikan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018 dengan AKI 23 kasus dan AKB 198 kasus.
”Harapannya, tahun ini bisa turun. Target sampai akhir tahun, AKI kurang dari 20 kasus dan AKB kurang dari 125 kasus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawan, Selasa (6/8/2019).
Kabupaten Sidoarjo menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jatim untuk kasus kematian ibu dan bayi. Dua daerah lain adalah Kabupaten Jember dan Kabupaten Malang. Dasarnya, jumlah AKI dan AKB 2018 di Sidoarjo yang mencapai 23 kasus dan 198 kasus. Artinya, Sidoarjo menyumbang 23 kematian ibu dari total kematian ibu di Jatim sepanjang 2018 sebanyak 522 kasus.
Harapannya, tahun ini bisa turun. Target sampai akhir tahun, AKI kurang dari 20 kasus dan AKB kurang dari 125 kasus.
Penyebab kematian ibu paling banyak adalah preeklamsia dengan kontribusi 48 persen dan perdarahan dengan kontribusi 39 persen. Preeklamsia merupakan komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam urine, dan pembengkakan pada tungkai. Sementara untuk perdarahan, sebagian besar kematian ibu justru terjadi pada masa nifas.
Adapun untuk kematian bayi banyak disebabkan berat badan lahir rendah dengan kontribusi hingga 60 persen. Selain itu, juga karena bayi lahir prematur dan bayi yang meninggal pada saat dilahirkan.
Manajer Regional Jatim USAID Jalin (program khusus untuk mengurangi kematian ibu dan anak) Purwida Liliek Haryati mengatakan, berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan lima faktor utama penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir, yakni skrining dini risiko tinggi yang masih kurang.
Selain itu, kualitas penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang belum optimal, kurangnya edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi ibu hamil, kualitas sistem rujukan belum optimal, serta adanya keluarga miskin yang kesulitan dalam pembiayaan layanan maternal dan neonatal.
Kabupaten Sidoarjo sebenarnya sudah memiliki sistem rujukan seperti program Simanies yang dicanangkan RSUD Sidoarjo dan program SiCantik yang dicanangkan Dinas Kesehatan Sidoarjo.
”Dari lima faktor penyebab tingginya kematian ibu dan bayi baru lahir itu, yang harus dibenahi di Sidoarjo adalah sistem rujukan yang belum optimal,” kata Purwida.
Kabupaten Sidoarjo sebenarnya sudah memiliki sistem rujukan seperti program Simanies yang dicanangkan RSUD Sidoarjo dan program SiCantik yang dicanangkan Dinas Kesehatan Sidoarjo. Simanies adalah portal pengiriman pesan singkat (SMS) tentang kasus darurat neonatal dan maternal yang memerlukan rujukan ke rumah sakit.
Program rujukan
Adapun SiCantik adalah program rujukan untuk memantau ibu hamil dan persalinan. Namun, antarprogram rujukan ini belum terkoneksi. Pemanfaatannya juga belum optimal. Masih banyak bidan dan dokter kandungan yang belum mengakses program tersebut.
Untuk mengoptimalkan sistem rujukan berjenjang, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah menginstruksikan semua pihak, baik institusi pemerintah, swasta, maupun masyarakat, untuk berkomitmen kuat dan merumuskan solusi guna menangani tingginya angka kematian ibu dan bayi.
”Fasilitas kesehatan di Sidoarjo memang masih kurang. Dengan jumlah penduduk saat ini 2,3 juta jiwa, idealnya memiliki 71 puskesmas. Namun, fasilitas yang tersedia baru ada 26 puskesmas,” ucap Saiful Ilah.
Upaya mengoptimalkan sistem rujukan berjenjang ditempuh dengan melakukan penandatanganan komitmen bersama dalam upaya penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Sidoarjo. Para pihak yang terlibat antara lain Dinas Kesehatan Sidoarjo, RSUD Sidoarjo, rumah sakit swasta, puskesmas, dinas kependudukan, organisasi sosial kemasyarakatan, dan media massa.
Kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia memprihatinkan sebab pada setiap jam ada delapan bayi meninggal dan dua ibu meninggal. Di antara negara-negara ASEAN, Kamboja dan Myanmar merupakan negara dengan pendapatan domestik bruto lebih rendah dibandingkan Indonesia. Namun, mereka berhasil menekan kematian ibu dan bayi baru lahir.