Simposium APGN Ajang Promosi Produk Makanan Olahan
Simposium Asia Pasifik Geopark Network VI berlangsung 31 Agustus-6 September di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebagai ajang berbagi pengalaman antar peserta.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Simposium Asia Pasifik Geopark Network VI berlangsung 31 Agustus-6 September di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebagai ajang berbagi pengalaman antar peserta. Tujuan lain menjadi sarana promosi produk unggulan berupa makanan olahan bagi 30 negara kawasan Asia-Pisifik yang memiliki Taman Bumi (Geopark).
“Tujuan kami adalah berpartisipasi di Asia Pasifik Geopark Network (APGN) selain berbagi pengalaman terutama manajemen pengelolaan geopark dengan pengelola geopark di kawasan negara Asia dan Pasifik,” kata Fikli, dari Geopark Banyuwangi, Jawa Timur, di halaman Hotel Lombok Raya, Mataram, tempat digelarnya Geopark Fair, Selasa (3/9/2019).
Manajer Trekking Geopark Rinjani, Geopark Fair Budi Karyawan mengatakan simposium diikuti 88 Geopark (800 peserta) yang menampilkan manfaat lingkungan, ekonomi dan budaya untuk pariwisata, juga produk makanan, reragian dan minuman herbal yang diolah dari sumber daya alam yang tumbuh dan berkembang dalam kawasan hutan/geopark.
Geopark Banyuwangi mengusung produk kekayaaan flora, fauna dan burung seperti burung Cekakak Jawan (Halcyon cyano ventus), dan burung Walik Kepalan Ungu (Ptilinopus porphyreus), selain blue fire atau semburan api biru dari kawah Gunung Ijen di ketinggian 2.433 mdpl. Pendaran warna biru diakibatkan oleh gas belerang, tekanan dan suhu tinggi.
Oksigen yang di udara kemudian terpantik oleh panas lava, sehingga belerang langsung terbakar dan menghasilkan warna biru. Fenomena alam itu hanya ada di Kawah Ijen dan Islandia. Blue Fair dapat disaksikan pukul 02.00-04.00 wib, kata Fikli.
Tujuan kami adalah berpartisipasi di Asia Pasifik Geopark Network (APGN) selain berbagi pengalaman terutama manajemen pengelolaan geopark dengan pengelola geopark di kawasan negara Asia dan Pasifik, kata Fikli
Kemudian Dzung Nguyen, dari Lu Son Sa Huynh Goepark, Vietnam, menampilkan geosite dan landscape sawah, sungai, gunungapi, selain wisata selam ke ‘kuburan kapal karam’ di perairan coast of Bin Son, serta wisata sejarah di May Lai, lokasi terbunuhnya 504 warga lokal saat Perang Vietnam tahun 1968. Tempat ini dibangun tahun 1978 dan dijadikan monumen nasional tahun 1979.
Dzung Nguyen juga menunjukkan produk olahan bumbu dengan bahan kayu manis, yang diproduksi dalam bentuk bubuk untuk dijadikan bumbu lauk daging ayam dan daging sapi, kemudian produk minyak dan lilin aroma therapy berbahan baku kayu manis. Ada juga bawang putih yang disebut black garlic. Bawang ini diprementasi selama 12 hari, menjadikan bagian dalam bawang berwarna hitam, dan bagian luar putih-kecoklatan.
Sedang Airat Garliev, Yangan Tao Geopark, Republik Bashkortostan, Federasi Rusia, menunjukkan produk madu yang berbahan baku bunga buck wheat, Chamomile dan Lenden Tree. Bunga ini digiling dan diperas dengan alat sederhana untuk diambil airnya kemudian dijadikan madu.
Langkawi Unesco Geopark, menunjukkan gambar pemandangan geologis, batuan kapur dan fosil berumur jutaan tahun seperti bebatuan dalam berbagai bentuk (bundar, bundar memanjang, segi empat, melengkung) dan kerang yang terdapat di Langkawi.
"Bentuk-bentuk batuan dan kerang itu dikreasikan dalam bentuk produk usaha rumah tangga atau geocoockies seperti kue-kue kering, kata Mazlan Osman, yang bertugas di stand Langkawi Unesco Geopark.