Usaha Rintisan Digital Harus Didukung Pengembangan SDM
Usaha rintisan bidang teknologi digital di Indonesia saat ini terus berkembang. Hal itu harus didukung pengembangan sumber daya manusia terampil agar usaha rintisan tersebut terus tumbuh dan berkompetisi.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Usaha rintisan atau start up bidang teknologi digital di Indonesia saat ini terus berkembang. Hal itu harus didukung dengan pengembangan sumber daya manusia terampil agar usaha rintisan tersebut terus tumbuh dan mampu berkompetisi di pasar global.
Chief Executive Officer (CEO) Dicoding Narenda Wicaksono mengatakan, usaha rintisan digital dalam negeri harus bisa menghasilkan produk-produk bermutu agar mampu berkompetisi di pasar global. Namun, persoalannya, saat ini masih ada kesenjangan antara produksi yang dikembangkan start up digital, baik berupa gim maupun aplikasi lainnya, dan jumlah tenaga kerja terampil di bidang teknologi digital. Untuk itu, pengembangan sumber daya manusia (SDM) terampil sangat mendesak.
”Kita butuh lebih banyak developer expert (pengembang ahli) di daerah yang bisa melakukan transfer pengetahuan untuk melahirkan dan mengembangkan digital talent (SDM digital),” ujarnya di sela-sela kegiatan Bekraf Developer Day di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (5/10/2019).
Narenda mengatakan, banyak pengembang ahli telah diserap oleh industri atau perusahaan rintisan besar di Jakarta. Hal itu mengakibatkan daerah kekurangan jumlah pengembang ahli untuk melakukan transfer pengetahuan.
”Unicorn tumbuh banyak, tapi itu juga menciptakan masalah karena pengembang yang bagus-bagus terserap semua sehingga tidak banyak yang tersisa di daerah,” ucapnya.
Narenda menambahkan, banyak perguruan tinggi di Indonesia sebenarnya memiliki jurusan ataupun program studi teknologi informasi. Akan tetapi, kurikulum pengajaran yang dimiliki perguruan tinggi itu saat ini cenderung tertinggal dibandingkan dengan perkembangan teknologi digital termutakhir.
”Kurikulum ini salah satu yang fundamental. Kalau mau mencetak digital talent yang relevan sesuai kebutuhan industri, kita harus memastikan mereka belajar dari kurikulum yang ter-update, yang paling bisa diaplikasikan,” ujarnya.
Kalau mau mencetak digital talent yang relevan sesuai kebutuhan industri, kita harus memastikan mereka belajar dari kurikulum yang ter-update, yang paling bisa diaplikasikan.
Andi Taru Nugroho Nur Wismono, CEO Educa Studio, mengakui pernah kesulitan merekrut tenaga terampil digital. Apalagi, Educa Studio merupakan usaha rintisan yang berada di daerah Salatiga, Jawa Tengah, tidak memiliki kantor di kota besar seperti Jakarta.
Pihaknya pernah menawarkan lowongan untuk tenaga terampil digital, tetapi ditolak dengan alasan ingin membangun usaha rintisan sendiri. Setelah Educa Studio membesar, kini lebih mudah untuk merekrut SDM digital terampil. ”Sekarang untuk dapat talent lebih mudah,” katanya.
Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari menuturkan, berdasarkan data Bekraf, hingga Maret 2019 tercatat 1.018 start up digital di Indonesia. Angka ini tumbuh dari tahun 2018 sebanyak 800 usaha rintisan digital.
Menurut Hari, Bekraf berkomitmen membantu mengembangkan talenta pengembang aplikasi dan gim, khususnya anak-anak muda. Untuk itu, Bekraf menggelar kegiatan Bekraf Developer Day yang menghadirkan para praktisi dan ahli di industri kreatif digital untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.