Penyebab kebakaran yang melanda lereng Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulsel, hingga kini belum jelas. Tim gabungan masih fokus memadamkan api.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Kebakaran hutan yang terjadi di Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, hingga Kamis (24/10/2019), sudah meluas ke empat kecamatan. Saat ini, setidaknya terdapat 33 titik api di lereng gunung tersebut dengan areal terbakar seluas 228 hektar. Penyebab kebakaran hingga kini belum jelas karena tim gabungan masih fokus memadamkan api.
Data Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Jeneberang I Dinas Kehutanan Sulsel mencatat, kebakaran kini meliputi empat kecamatan di Gowa, yakni Tompobulu, Tinggimoncong, Bontolempangan, dan Parigi. Kebakaran awalnya terjadi di jalur pendakian Pos 2 Gunung Bawakaraeng di wilayah Kecamatan Tinggimoncong, pada Minggu (20/10).
Data sementara sudah 228 hektar lahan hutan yang terbakar.
“Berdasarkan data LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), di Tompobulu ada 16 titik api, Tinggimoncong tujuh titik, Parigi tujuh titik, dan Bontolempangan tiga titik. Data sementara sudah 228 hektar lahan hutan yang terbakar,” kata A Tonra Solie, Kepala KPH Jeneberang I, Kamis.
Area yang terbakar sebagian adalah hutan lindung yang berisi tanaman pinus, eucalyptus, akasia, hingga kopi. Hingga kini, tim gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, Damkar, hingga relawan terus melakukan upaya pemadaman.
Kepala Polsek Tinggimoncong Ajun Komisaris Ferasmus Rande mengatakan, pihaknya masih fokus untuk membantu pemadaman dengan mengerahkan aparatnya. Adapun penyebab kebakaran akan tetap diselidiki.
Sejumlah warga mengatakan, dugaan kebakaran bisa jadi dipicu oleh gesekan kayu yang saat ini kondisinya sangat kering. Tanah yang juga kering dan angin kencang membuat api dengan mudah menyebar.
“Tahun lalu juga terbakar, tapi tidak sebesar ini dan cepat padam. Tahun ini benar-benar besar dan cepat menyebar. Sudah berapa bulan kering. Hujan terakhir bulan Juli, setelah itu sangat panas dan angin kencang. Bahkan, air untuk tanaman maupun untuk kebutuhan sehari-hari susah,” kata Jabbar (44), petani di Dusun Bulu Ballea, Tinggimoncong.
Menurut Tonra Solie, terdapat dugaan kebakaran itu akibat kelalaian pendaki gunung yang tidak mematikan perapian sebelum meninggalkan lokasi kemah. Ada pula kemungkinan juga terkait adanya pembukaan lahan oleh masyarakat. "Tapi, itu baru perkiraan kami. Untuk selanjutnya, kami serahkan ke penegakan hukum," ujarnya.
Di kawasan Tinggimoncong dan Tompobulu, sejak beberapa tahun terakhir, pembukaan lahan untuk tanaman hortikultura sangat masif dilakukan warga. Bahkan, lereng-lereng gunung banyak yang dibuka untuk jadi kebun.
Saat banjir besar dan longsor melanda Gowa awal tahun ini, alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan dan permukiman disebut sebagai salah satu faktor yang memperburuk situasi. Pemerintah Provinsi Sulsel bahkan membuat tim untuk memulihkan kawasan hutan di Gunung Bawakaraeng dan sekitarnya yang juga merupakan hulu Sungai Jeneberang. Sungai itu menjadi penyuplai air untuk Bendungan Bili-Bili sekaligus air baku untuk Kota Makassar.