Dua Pelajar Sidoarjo yang Tenggelam Ditemukan, Satu Lagi Masih Dicari
Tiga pelajar SMP terseret arus sungai Pucang, Sidoarjo, Jawa Timur. Dua ditemukan tewas, satu orang lagi masih dalam pencarian.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Upaya pencarian terhadap tiga pelajar SMP yang tenggelam di Sungai Pucang, Sidoarjo, Jawa Timur, hingga Kamis (13/2/2020), terus berlangsung. Pada Rabu (12/2/2020) malam, dua korban ditemukan. Satu korban lagi masih dicari hingga hari ini.
Kepala Kepolisian Sektor Sidoarjo Komisaris Supiyan mengatakan, upaya pencarian dan penyelamatan korban melibatkan tim dari Basarnas Surabaya, TNI Angkatan Darat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo, kepolisian, dan masyarakat setempat.
”Upaya pencarian dilakukan dengan menyisir daerah di sepanjang aliran Sungai Pucang. Penyisiran dilakukan menggunakan perahu karet dan melibatkan tim untuk menyelam ke dasar sungai,” ujar Supiyan.
Menurut Supiyan, kecelakaan di sungai terjadi Rabu sekitar pukul 15.00. Saat itu, rombongan pelajar SMPN 5 Sidoarjo yang berjumlah lima orang bermain di Sungai Pucang. Para pelajar kelas VII yang baru pulang sekolah itu masih mengenakan seragam lengkap.
Kelima pelajar itu adalah M Nur Achsan, Ruli Kurniawan, Ahmad Dafaldi, Deni Ariyanto, dan Nur Ariansyah. Semua berusia 13 tahun dan terdata sebagai siswa kelas VII. Achsan, Ruli, Deni, dan Ariansyah tercatat sebagai siswa kelas VII-6 sedangkan Dafaldi kelas VII-7.
Menurut warga sekitar, lima pelajar tersebut nongkrong di tepi sungai setelah pulang sekolah. Awalnya lima pelajar tersebut terjun ke sungai. Namun, karena kedinginan, Deni, Nur Ariansyah, dan Achsan naik ke atas. Ruli dan Dafaldi tetap bermain di sungai menggunakan styrofoam yang ditemukan di tengah jalan sebagai pelampung.
Mereka sempat bercanda sebelum akhirnya terseret arus sungai yang deras. Melihat temannya tenggelam, Achsan langsung menceburkan diri untuk menolong. Naas, dia pun ikut terseret arus. Upaya pencarian dan penyelamatan korban pada Rabu pukul 20.00 membuahkan hasil.
Upaya pencarian dilakukan dengan menyisir daerah di sepanjang aliran Sungai Pucang. Penyisiran dilakukan menggunakan perahu karet dan melibatkan tim untuk menyelam ke dasar sungai.
Tim pencari berhasil menemukan jasad Achsan di dekat jembatan penyeberangan Sungai Pucang, sekitar 200 meter dari lokasi kejadian. Pencarian sempat dilanjutkan hingga dini hari. Namun, karena mempertimbangkan kondisi tim pencari dan situasi di lapangan, pencarian dihentikan sementara.
Menurut Supiyan, untuk memaksimalkan upaya pencarian dan penyelamatan korban, pihaknya sudah berkomunikasi dengan nelayan di wilayah muara Sungai Pucang, yakni Desa Bluru, Kecamatan Sidoarjo. Para nelayan itu diminta memasang jaring di sungai untuk mengantisipasi tubuh korban hanyut hingga ke muara karena arus deras.
Upaya pencarian dilanjutkan kembali Kamis mulai pukul 07.00. Tim pencari dan penyelamat dari berbagai instansi kembali menyisir sungai. Sekitar pukul 10.00, tim berhasil menemukan jasad Ruli. Lokasi penemuan berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian.
Jasad Ruli langsung dibawa ke RSUD Sidoarjo. Setelah disucikan, baru dibawa ke rumah duka di Jalan Kartini, Kelurahan Sidoklumpuk. Rudianto, ayah Ruli, saat ditemui di kamar jenazah sangat terpukul sebab korban merupakan anak satu-satunya.
Pandangan mata Rudianto tampak kosong meski dia mondar-mandir mengurus administrasi jenazah putranya. Rudi sejak kemarin petang berada di sungai ikut mencari keberadaan anaknya yang tenggelam. Dia bahkan belum pulang ke rumah.
”Meski pencarian oleh tim dihentikan sementara, saya tetap mencari sendiri di sungai,” ujarnya.
Meski pencarian oleh tim dihentikan sementara, saya tetap mencari sendiri di sungai.
Sementara itu, suasana duka tampak menyelimuti SMPN 5 Sidoarjo. Ribuan siswa menggelar shalat ghaib di sekolah untuk mendoakan para korban yang tenggelam di Sungai Pucang. Aktivitas pembelajaran hanya sebentar dan para murid dipulangkan lebih awal.
Salah satu guru SMPN 5 Sidoarjo, Tcuk Mayori, mengatakan, murid-murid di sekolahnya berasal dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, wajar apabila mereka pulang-pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Jarak antara lokasi sekolah dan Sungai Pucang tidak jauh. Demikian halnya dengan rumah murid-murid yang tenggelam.
”Musibah ini merupakan pukulan berat bagi sekolah karena kehilangan tiga murid sekaligus. Ini merupakan pelajaran berharga agar pihak sekolah terus mengingatkan anak-anak supaya menjauhi hal-hal yang membahayakan,” ujar Tcuk.