Skenario Penanganan Pasien Covid-19 di Tegal Disimulasikan
Skenario penanganan pasien terinfeksi Covid-19 disimulasikan di RSUD dr Soeselo Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Upaya ini untuk memantapkan kesiapan daerah menangani pasien Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS -- Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeselo Kabupaten Tegal, Jawa Tengah memastikan kesiapannya menanggulangi penyebaran virus korona terbaru atau Covid-19. Simulasi skenario penanganan pasien terinfeksi Covid-19 dilakukan sejak awal 2020.
Setelah menyiapkan empat ruang isolasi dan membentuk tim penanggulangan infeksi Covid-19, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeselo menyusun tiga skenario penanganan pasien terinfeksi Covid-19. Satu dari tiga skenario yang telah disusun tersebut disimulasikan, Rabu (4/3/2020) siang.
"Kami punya tiga skenario penanganan pasien yang dicurigai terinfeksi Covid-19. Pertama jika pasien datang sendiri ke rumah sakit, kedua dengan rujukan dari fasilitas kesehatan lain, dan ketiga pasien datang dari poliklinik. Skenario yang kami simulasikan hari ini jika pasien datang sendiri ke rumah sakit," kata Direktur Utama RSUD dr Soeselo Guntur Muhammad Taqwin di Kabupaten Tegal.
Dalam simulasi tersebut digambarkan, seorang pria paruh baya mendatangi rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dan pilek. Setelah tiba di depan pintu instalasi gawat darurat RSUD dr Soeselo, petugas keamanan mendatangi pasien tersebut kemudian menanyakan perihal keluhan pasien serta riwayat perjalanan luar negeri atau kemungkinan kontak langsung dengan seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.
Sesaat setelah memastikan keluhan dan riwayat pasien, petugas keamanan kemudian memakaikan masker yang menutupi mulut dan hidung pasien lalu membawanya menuju ruang triase.
Setelah diperiksa oleh petugas dengan pakaian khusus di ruang triase, pasien tersebut dipindahkan menuju ruang isolasi. Jarak antara ruang triase dengan ruang isolasi sekitar 250 meter. Sebelum pasien dipindahkan, petugas keamanan berkoordinasi untuk mensterilkan jalur menuju ruang isolasi.
Di dalam ruang isolasi, petugas laboratorium mengambil sampel darah, petugas radiologi melakukan fotothorax, dan dokter spesialis paru menegakkan dugaan Covid-10. Setelah status dugaan Covid-19 dipastikan, dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan mengambil spesimen swab tenggorok kemudian melapor kepada ketua tim penanggulangan infeksi Covid-19.
Setelah mendapat laporan, ketua tim penanggulangan infeksi Covid-19 memberitahukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal bahwa ada pasien terduga terinfeksi Covid-19 dan menyerahkan hasil swab tenggoroknya.
Setelah status dugaan Covid-19 dipastikan, dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan mengambil spesimen swab tenggorok kemudian melapor kepada ketua tim penanggulangan infeksi Covid-19.
Spesimen yang telah diterima dari rumah sakit tersebut kemudian dikirim ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan untuk dicek lebih lanjut. Hasil swab tenggorok pasien yang menyatakan negatif atau positif infeksi Covid-19 akan diketahui dalam 3-5 hari setelah dikirim.
"Dalam penanganan pasien terduga terinfeksi Covid-19, seluruh petugas yang terlibat memakai alat perlindungan diri dan pakaian khusus. Hal itu dilakukan untuk menekan risiko penyebaran virus," ujar Guntur.
Adapun dua skenario lain yakni apabila pasien dirujuk dari fasilitas kesehatan lain dan pasien datang dari poliklinik, menurut Guntur, lebih kurang sama dengan skenario pasien datang sendiri. Perbedaannya, pasien yang dirujuk harus sudah memakai masker dan petugas yang membawa pasien harus memakai alat perlindungan diri sejak dari poliklinik atau fasilitas kesehatan sebelumnya.
Dalam simulasi tersebut hadir anggota komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dewi Aryani. Anggota DPR RI yang membawahi urusan kesehatan dan ketenagakerjaan tersebut mengapresiasi upaya RSUD dr Soeselo dalam menyelenggarakan simulasi penanganan Covid-19.
Dewi menyarankan, RSUD dr Soeselo berkoordinasi dengan rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lain di Kabupaten Tegal terkait standar operasional prosedur dalam mengidentifikasi dan merujuk pasien terduga terinfeksi Covid-19. Pemerintah Kabupaten Tegal juga diminta menyosialisasikan cara pencegahan penyebaran Covid-19 kepada masyarakat untuk meredam kepanikan.
"Kepanikan masyarakat harus diredam dengan cara memberikan pemahaman yang benar terkait infeksi Covid-19," tutur Dewi.
Sementara itu, Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie mengatakan, pihaknya sudah menyosialisasikan pencegahan terkait penularan Covid-19 kepada masyarakat sejak awal tahun. Dalam waktu dekat, Pemkab Tegal akan membentuk pusat informasi Covid-19 atau Covid-19 Center guna mengedukasi masyarakat dan menangkal informasi bohong terkait Covid-19. Pusat informasi Covid-19 tersebut rencananya akan ditempatkan di RSUD dr Soeselo.
Seluruh camat dan kepala desa di Kabupaten Tegal untuk melaporkan warganya yang baru tiba atau ada riwayat perjalanan dari luar negeri.
Selain itu, pergerakan masyarakat dari luar negeri juga akan dipantau. Ardie sudah berkoordinasi dengan seluruh camat dan kepala desa di Kabupaten Tegal untuk melaporkan warganya yang baru tiba atau ada riwayat perjalanan dari luar negeri.
"Saya mengimbau warga yang baru pulang dari luar negeri atau memiliki riwayat kontak dengan pasien yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 untuk melapor. Kami akan memantau kesehatan mereka untuk menekan risiko penyebaran infeksi Covid-19," kata Ardie.