Kasus demam berdarah dengue di Karawang, Jawa Barat, rentan muncul di kawasan terdampak banjir. Genangan air berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk ”Aedes aegypti”.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue di Karawang, Jawa Barat, rentan muncul di kawasan terdampak banjir. Genangan air berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karawang, sepanjang tahun 2020 tercatat 70 kasus DBD dengan satu orang meninggal asal Desa Plawad, Kecamatan Karawang Timur. Kasus DBD tersebar di beberapa kecamatan, antara lain Klari, Cikampek, Telagasari, Telukjambe Barat, dan Kotabaru.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Karawang Yayuk Sri Rahayu, Rabu (11/3/2020), mengatakan, pihaknya telah membuat surat edaran ke seluruh puskesmas, klinik, dan rumah sakit untuk meningkatkan pelaksanaan kewaspadaan DBD. Dorongan kegiatan gerakan satu rumah satu jumantik dan pelaksanaan 3M (menguras bak air, menutup bak penampungan air, dan mengubur barang bekas) terus dilakukan. Masyarakat juga diminta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
”Masyarakat harus mewaspadai gejala DBD. Jika demam, segera periksa ke puskesmas atau klinik dokter terdekat,” ucapnya.
Potensi kerawanannya semakin tinggi karena sebagian daerah di Karawang terendam banjir. Pada akhir Februari 2020, sebanyak 29 dari 30 kecamatan di Karawang dilanda banjir. Penyebabnya, luapan sejumlah sungai, drainase tersumbat, dan tumpukan sampah. Akibatnya, 14.925 orang mengungsi dan 22.364 rumah terendam banjir.
Apalagi, intensitas hujan tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu sehingga potensi timbulnya genangan air juga tinggi. Pada periode yang sama tahun 2019, jumlah kasus DBD meningkat setiap bulan, yakni 12 kasus pada bulan Januari, Februari (29), dan Maret (37).
Untuk meminimalkan potensi, Yayuk mengatakan, pengawasan dilakukan lebih intens dengan membersihkan tempat yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk, yakni pot bunga, tempat minum burung dan ayam, dispenser, serta talang air. Warga juga diminta menanam tumbuhan pengusir nyamuk dan mengisi kolam dengan ikan. Upaya ini untuk meminimalkan potensi munculnya genangan air selama musim hujan berlangsung.
”Pada Senin (16/3/2020), Dinkes Karawang dan seluruh puskesmas bakal menggelar rapat membahas gerakan satu rumah satu jumantik. Dari hasil pertemuan tersebut, puskesmas akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat,” katanya.
Pengawasan dilakukan lebih intens dengan membersihkan tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk, yakni pot bunga, tempat minum burung dan ayam, dispenser, serta talang air.
Salah satu daerah langganan banjir di Karawang adalah Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat. Lebih dari lima kali desa ini dilanda banjir sejak awal tahun 2020. Banjir yang melanda permukiman warga berasal dari limpasan air saluran irigasi yang terhubung dengan Sungai Cibeet. Di dalam saluran tersebut tampak beberapa sampah, ranting pohon kering, dan plastik tersangkut di tepi pembatas sungai. Saat surut, sedimentasi tanah dan sampah mendominasi.
Kepala Desa Karangligar Eneng Komariah menyebutkan belum ada warga desanya yang terjangkit DBD meski kerap dilanda banjir tahun ini. Namun, ia tetap mengimbau warga agar tidak lengah. Upaya pencegahan dilakukan lewat pengasapan (fogging) ke rumah-rumah warga pascabanjir. Warga juga rutin bergotong royong membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya dari sampah dan kotoran yang tersisa setelah banjir surut.