logo Kompas.id
Nusantara”Sapa Aruh”, Jalan Kultural...
Iklan

”Sapa Aruh”, Jalan Kultural Sultan Membumikan Gerakan Lawan Korona

Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pernyataan terkait Covid-19 dengan mengambil idiom dan pepatah Jawa. Pernyataan ini dinilai penting sebagai strategi budaya untuk menanggulangi penyebaran Covid-19 di Yogyakarta.

Oleh
HARIS FIRDAUS
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8RtRXwWNIwxrYLMpFwSrh9mEv6M=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fa1a6040a-1e76-40a7-a363-efed14c97534_jpg.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) X (tengah), didampingi Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Paku Alam X (kiri) dan Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji (kanan), bersiap menyampaikan pernyataan mengenai penanganan penyakit Covid-19 akibat virus korona jenis baru, Senin (23/3/2020), di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta. Dalam pernyataan yang disebut sapa aruh atau menyapa warga itu, Sultan HB X yang juga Gubernur DIY menyampaikan sejumlah imbauan kepada masyarakat untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.

Mengenakan masker yang dipelorotkan ke bawah, Sultan Hamengku Buwono X berjalan memasuki Bangsal Kepatihan di Kompleks Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (23/3/2020) pagi. Melangkah di atas karpet merah bertabur bunga melati, ia pun berbicara selaku Raja Keraton Yogyakarta.

”Saya menyampaikan statement (pernyataan) saya kepada masyarakat Yogyakarta. Mestinya (penyampaian pernyataan ini) di Keraton Yogyakarta. Tetapi, karena saya bekerja di sini dan mengontrol dari sini untuk masalah tanggap darurat (Covid-19), saya mohon maaf, saya lakukan di tempat ini,” ujar Sultan HB X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sultan menegaskan, meski disampaikan di Kantor Gubernur DIY, pernyataan sebagai sapa aruh atau menyapa warga itu disampaikan dalam posisinya sebagai raja. Pernyataan sapa aruh itu sangat kental dengan nilai-nilai kebudayaan Jawa. Sultan mengutip sejumlah pepatah Jawa dalam pernyataannya.

”Wong sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah (Orang sabar akan mendapat banyak rezeki, sedangkan orang yang mengalah akan mendapat berkah lebih banyak),” ucap Sultan. Pepatah ini dikutip Sultan saat mengajak masyarakat untuk bersabar dan ikhlas menghadapi situasi saat ini di tengah pandemi Covid-19 yang dipicu virus korona baru.

Baca juga : Sultan HB X: DIY Belum ”Lockdown”, Warga Diminta ”Calm Down”

https://cdn-assetd.kompas.id/t2ju9i_Hr-wWCdUsTOjl7NDPx2c=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F2c9f8ea6-cc21-4c13-bccb-e2e7c2205e1e_jpg.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Raja Belanda Willem-Alexander (kiri) berfoto bersama Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) X di depan Gedhong Jene Keraton Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). Sesi foto bersama ini dilakukan setelah Raja Willem-Alexander bersama Ratu Maxima menggelar pertemuan dengan Sultan HB X dan sang istri, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, beserta keluarga di Gedhong Jene.

Sultan juga berpesan, situasi saat ini menjadi pengingat bahwa hambatan atau halangan bisa muncul di mana saja. ”Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang (Tersandung di jalan rata dan terbentur di udara kosong),” ujarnya.

Saat mengutip pepatah itu, Sultan mengingatkan bahwa situasi yang mudah justru bisa membuat terlena. Namun, ia juga menyatakan, situasi yang sulit seperti sekarang juga bisa mengandung peluang. ”Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian,” lanjutnya.

Sultan mengingatkan bahwa situasi yang mudah justru bisa membuat terlena. Namun, situasi yang sulit seperti sekarang juga bisa mengandung peluang yang menguntungkan.

Dalam sapa aruh, Sultan mengingatkan bahwa Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan, yang berarti Tuhan akan memberi jalan kepada manusia yang mau mengikuti jalan kebenaran. Pepatah ini digunakan Sultan untuk mengingatkan warganya agar menjalankan saran dari pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19, termasuk imbauan pembatasan dan menjaga jarak (social distancing).

Sementara itu, pepatah Jawa keempat yang dikutip Sultan adalah datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. Pepatah ini merupakan imbauan agar rakyat jangan mudah sakit hati manakala musibah menimpa diri dan jangan sedih manakala kehilangan sesuatu. Kalimat itu dikutip Sultan di bagian akhir pernyataannya sebagai pengingat kepada masyarakat untuk bersabar menghadapi penyebaran virus korona sekarang.

Baca juga : Sultan HB X: Penanganan Pasien Covid-19 di DIY Dikonsentrasikan di Dua RS

https://cdn-assetd.kompas.id/K1G3WoYNqCaDapeHO0EHo4ZVyBQ=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F305a196b-27e7-44f5-9de7-5328edd3e4e7_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Sejumlah warung tidak dibuka oleh pemiliknya di Pantai Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta, yang sepi pengunjung, Senin (23/3/2020). Pantai yang merupakan obyek wisata primadona di DIY itu sepi pengunjung akibat merebaknya wabah Covid-19. Hal itu membuat pendapatan para pelaku industri wisata di kawasan itu turun drastis.

Sultan memberikan pernyataan itu didampingi Wakil Gubernur DIY Paku Alam X dan Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji. Pernyataan Sultan HB X itu disampaikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Sultan membacakan lebih dulu pernyataan berbahasa Indonesia, baru kemudian disusul pernyataan berbahasa Jawa. Pembacaan pernyataan itu disiarkan secara langsung oleh sejumlah stasiun televisi, radio, serta kanal media sosial.

Sultan membandingkan situasi saat ini dengan suasana yang pernah digambarkan oleh pujangga Jawa, Ranggawarsita, dalam Serat Kalatidha.

Sultan HB X menyebut, kondisi akhir-akhir ini yang diwarnai penularan Covid-19 sebagai situasi yang penuh ketidakpastian. Sultan lalu membandingkan situasi saat ini dengan suasana yang pernah digambarkan oleh pujangga Jawa, Ranggawarsita, dalam Serat Kalatidha.

”Pada hari-hari ini yang sarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa waswas, saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin,” tutur Sultan.

Selain mengajak berdoa kepada Tuhan, Sultan HB X juga mengajak masyarakat untuk menghadapi situasi saat ini dengan perasaan sabar, tulus, dan ikhlas, tetapi juga disertai ikhtiar berkelanjutan.

https://cdn-assetd.kompas.id/Od4w_uEMAXDLpY7zDWQuZszvdzo=/1024x1528/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200322-NSW-Minimalisasi-Covid-19-mumed_1584877132.png

Sultan juga mengingatkan, penularan Covid-19 yang terjadi sekarang ini berbeda dengan bencana alam yang pernah dihadapi masyarakat DIY sebelumnya, seperti gempa bumi tahun 2006. Sebab, virus korona jenis baru yang menyebabkan penyakit ini tidak terlihat oleh mata dan tidak bisa dirasakan saat memasuki tubuh.

Oleh karena itu, Sultan HB X mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dan wajib menjalankan aturan baku yang telah ditetapkan institusi resmi. Sultan HB X pun meminta masyarakat untuk memilah informasi dan tidak mempercayai hoaks atau kabar bohong.

Iklan

”Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi tepercaya. Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan mana yang berita hoaks dan mana-mana yang benar,” ujar Sultan HB X.

Meski begitu, Sultan HB X menyatakan, DIY belum akan menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk menghadapi penularan Covid-19. Sultan menuturkan, DIY lebih memilih strategi calm down untuk menenangkan masyarakat serta menguatkan kepercayaan diri agar masyarakat eling lan waspada atau ingat dan waspada.

Baca juga : Sultan HB X: Tanggap Darurat Bencana Covid-19 di DIY

https://cdn-assetd.kompas.id/4KE8Ez8t0kK9tpjVzs3W1JHHSdo=/1024x1069/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200316-H25-GKT-E-Kelompok-Rentan-Virus-Korona-Covid-19-mumed-3_1584378854.png

”Strategi mitigasi bencana non-alam ini, DIY belum menerapkan lockdown, melainkan calm down (tenang) untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri agar eling lan waspada,” kata Sultan.

Sikap eling, kata Sultan, terwujud dalam perilaku mengingat Tuhan melalui laku spiritual, misalnya zikir dan mohon pengampunan. Sementara itu, sikap waspada mewujud dalam berbagai perilaku yang bisa meminimalkan risiko penularan Covid-19, misalnya dengan rutin membersihkan diri dan lingkungan serta menghindari keramaian.

DIY belum menerapkan lockdown, melainkan calm down (tenang) untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri agar eling lan waspada.

”Jaga diri, jaga keluarga, jaga persaudaraan, jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul,” ungkap Sultan HB X.

Selain itu, mereka yang memiliki riwayat kontak dengan pasien Covid-19 atau baru bepergian ke wilayah terjangkit harus memiliki kesadaran untuk melakukan isolasi diri. Hal ini penting untuk mengurangi potensi penularan penyakit kepada orang lain.

”Bisa jadi kita merasa sehat, tetapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah, bisa jadi kita yang membawa penyakit,” kata Sultan.

https://cdn-assetd.kompas.id/m8VtTWKU4LY_WBly18vA41hzZgs=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F40ce1177-35a4-4994-9fdf-1807abeb1ed5_jpg.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Drone atau pesawat tanpa awak melakukan penyemprotan disinfektan di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (20/3/2020). Penyemprotan disinfektan itu dilakukan untuk meminimalkan risiko penularan penyakit Covid-19.

Nilai penting

Pernyataan sapa aruh ini bukanlah pernyataan pertama yang dikeluarkan Sultan HB X saat terjadi bencana. Saat gempa bumi tahun 2006 melanda DIY, Sultan juga mengeluarkan pernyataan semacam ini. Pernyataan terkait Covid-19 ini dinilai memiliki signifikansi atau nilai penting karena bisa dianggap sebagai jalan kultural Sultan HB X untuk melawan penyebaran virus korona.

Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Bayu Dardias, menilai, inti pernyataan sapa aruh Sultan HB X itu ada pada imbauan agar masyarakat selalu eling lan waspada. Eling memiliki makna agar masyarakat menjaga hubungan spiritual dengan Tuhan sehingga tidak kehilangan pegangan di tengah situasi yang penuh kecemasan seperti sekarang.

Sementara itu, waspada bermakna masyarakat harus berhati-hati dan melakukan berbagai langkah untuk mencegah penularan Covid-19. Menurut Bayu, dengan konsep eling lan waspada, Sultan HB X berhasil membumikan konsep pencegahan penularan Covid-19 sehingga dapat dipahami oleh masyarakat Yogyakarta, terutama dari kelas menengah ke bawah.

Bayu menyebut, penyederhanaan semacam itu penting karena berbagai konsep pencegahan penularan Covid-19, misalnya work from home (bekerja dari rumah) dan social distancing (pembatasan sosial), merupakan istilah yang ”bias kelas” karena hanya dipahami oleh kelas menengah ke atas.

Baca juga : Sultan HB X Minta Warga DIY Kurangi Aktivitas di Luar Rumah

https://cdn-assetd.kompas.id/XZQ9Gs0ckFA6kYADWpl7WRE5bls=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fec13f48a-2238-4883-b480-3ee109fa1b0a_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Warga mencuci tangan di tempat cuci tangan yang disediakan saat berlangsung pameran Nanti Kita Cerita tentang Sehat Hari Ini di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Kamis (19/3/2020).

”Orang di pasar dan sawah, kan, enggak ngerti apa itu work from home karena istilah itu bias kelas menengah. Nah, Sultan menggunakan konsep yang sangat mudah dipahami, seperti eling lan waspada,” ujar Bayu yang menyelesaikan disertasi tentang raja-raja Nusantara di Australian National University ini.

Meski begitu, ia mengingatkan, jalan kultural Sultan HB X ini mesti diikuti kebijakan di bidang kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi agar penanganan dampak Covid-19 bisa dilakukan secara komprehensif. Oleh karena itu, Sultan HB X sebagai Gubernur DIY mesti menggerakkan jajarannya dan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menanggulangi penularan penyakit ini.

Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana juga menilai pernyataan Sultan HB X itu penting untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama mereka yang tinggal di perdesaan, mengenai langkah pencegahan Covid-19. Apalagi, menurut Huda, sebagian masyarakat perdesaan di DIY masih belum memahami langkah-langkah untuk mencegah penularan Covid-19 karena belum mendapat cukup informasi.

Pernyataan Sultan HB X itu penting untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama mereka yang tinggal di perdesaan, mengenai langkah pencegahan Covid-19.

”Strategi Sultan untuk menyampaikan pernyataan itu sangat cocok untuk masyarakat yang belum melek teknologi dan belum melek informasi,” katanya.

Huda juga berharap warga Yogyakarta benar-benar menaati imbauan Sultan untuk mengurangi aktivitas di luar dan menghindari keramaian. Sebab, apabila masyarakat menaati imbauan itu, penularan Covid-19 di DIY bisa dikendalikan. ”Saya kira, masyarakat akan menaati imbauan Sultan karena saat ini, kan, banyak warga yang selalu bilang bahwa mereka ndherek (ikut) Sultan,” ujarnya.

Baca juga : Kontak dengan Penderita Covid-19, Bupati Bantul Diminta Isolasi Mandiri

https://cdn-assetd.kompas.id/O1-LQmYy4Evdt_TS5g38Npuq7nw=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fd4bdc14a-cd56-4957-a940-40412e2ae11e_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta menyemprotkan cairan disinfektan di sekitar kawasan Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (18/3/2020). Penyemprotan dilakukan untuk memperlambat penyebaran Covid-19.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000