Provinsi Aceh membutuhkan alat uji cepat untuk melakukan tes Covid-19 terhadap 25.000 warga dari sekitar 5 juta jiwa jumlah penduduk. Uji cepat terhadap warga yang memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19 penting.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Provinsi Aceh membutuhkan alat tes cepat atau rapid test Covid-19 bagi 25.000 warga dari sekitar 5 juta jiwa jumlah penduduk. Uji cepat terhadap warga yang memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19 penting dilakukan supaya penyebaran virus itu bisa dikendalikan.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah, di Banda Aceh, Rabu (8/4/2020), menuturkan, Pemrov Aceh menargetkan tes cepat terhadap 25.000 warga atau 0,5 persen dari jumlah penduduk. ”Masalahnya alat rapit test tidak dapat sebanyak itu. Skema dan random sudah kami susun. Jika sudah ada alat, langsung kami tes,” kata Nova seusai meninjau Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.
Adapun alat uji cepat yang dikirimkan oleh Kementerian Kesehatan sebanyak 2.400 unit telah didistribusi kepada 28 rumah sakit umum di 23 kabupaten/kota di provinsi itu. Penggunaan alat uji cepat itu diutamakan untuk tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 dan warga yang dicurigai terpapar.
Orang dalam pemantauan (ODP) karena pernah berinteraksi langsung dengan pasien positif Covid-19 dan orang yang memiliki riwayat perjalanan ke daerah pandemi juga perlu dilakukan tes cepat. Hingga Rabu, jumlah ODP di Aceh sebanyak 1.304 orang. Kini, mereka hanya diminta menjalani karantina mandiri, tanpa dilakukan tes cepat.
Saat ini tercatat ada lima pasien positif Covid-19 di Aceh, tiga di antaranya telah sembuh, 1 meninggal dunia, dan 1 dalam perawatan.
Nova menambahkan, selain rapid test, Pemprov Aceh memerlukan cairan reagen (cairan kimia) untuk uji swab di dua laboratorium, yakni milik Kemenkes di Aceh Besar dan milik Universitas Syiah Kuala. ”Seharusnya bisa digunakan untuk swab test, tetapi terkendala cairan reagen, harus pesan ke Jerman, butuh waktu lama,” kata Nova.
Seharusnya bisa digunakan untuk swab test, tetapi terkendala cairan reagen, harus pesan ke Jerman, butuh waktu lama.
Untuk saat ini, Pemprov Aceh memperkuat pencegahan dengan cara membatasi keramaian dan membagikan masker kepada warga. Pemerintah akan membeli 1 juta lembar masker kain dari usaha mikro kecil dan menengah untuk dibagi kepada warga. ”Kami juga sedang mengatur skema pemberian bantuan langsung tunai (BLT) bagi keluarga miskin dan baru miskin dampak Covid-19,” kata Nova.
Nova menuturkan, hingga saat ini, pihaknya belum mengajukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akan tetapi, kemungkinan mengajukan PSBB tetap ada jika kasus meningkat. Bagi warga Aceh di luar daerah diminta menunda pulang. Namun, jika mudik, mereka wajib menjalani karantina.
Ketua Ikatanan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh Safrizal Rahman mengatakan, tes cepat dibutuhkan karena sekitar 80 persen penderita Covid-19 tidak menunjukkan gejala. ”Permasalahanya adalah tidak mudah juga mendapatkan rapid test dalam jumlah besar,” kata Safrizal.
Safrizal mengingatkan warga supaya tetap menjalankan imbauan pemerintah, seperti jaga jarak fisik, lebih baik di rumah, pakai masker, dan sering cuci tangan. Apabila warga menerapkan protokol kesehatan, dia yakin penyebaran Covid-19 dapat dicegah.