Dua Hari Dirawat, Pasien Korona Meninggal di Palangkaraya
Provinsi Kalteng menjadi salah satu wilayah zona merah dengan total 24 pasien terkonfirmasi positif dan satu pasien yang meninggal. Pasien tersebut meninggal setelah dua hari dirawat sebagai pasien dalam pengawasan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Provinsi Kalteng menjadi salah satu wilayah zona merah dengan total 25 pasien terkonfirmasi positif dan 1 pasien yang meninggal. Satu pasien itu meninggal setelah dua hari dirawat sebagai pasien dalam pengawasan.
Kepala Bidang Pendidikan, Pengembangan SDM, dan Hubungan Masyarakat RSUD Doris Sylvanus Riza Syahputra menjelaskan, satu pasien yang meninggal berinisial MA (74). Ia meninggal pada Rabu (8/4/2020) malam. Lelaki lanjut usia itu merupakan peserta Ijtima Ulama Dunia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.
”Beliau memiliki riwayat penyakit lain, ada diabetes juga, dan baru dua hari dirawat di sini,” ujar Riza di Palangkaraya, Jumat (10/4/2020).
Riza menjelaskan, pasien tersebut merupakan pasien rujukan dari Kabupaten Kapuas. Ia sudah menyandang status pasien dalam pengawasan (PDP) di Kabupaten Kapuas sebelum dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus, Kota Palangkaraya.
”Saat statusnya masih PDP, ia menunjukkan gejala korona lalu dirujuk ke sini keadaannya kian memburuk sampai di sini,” kata Riza.
Pemeriksaan sampel uji usap pasien MA, lanjut Riza, baru keluar pada Jumat pagi setelah yang bersangkutan meninggal dengan hasil positif terinfeksi korona. Ia menjadi pasien pertama yang meninggal dunia karena terinfeksi wabah mematikan tersebut.
Saat statusnya masih PDP, ia menunjukkan gejala korona lalu dirujuk ke sini keadaannya kian memburuk sampai di sini.
Riza menjelaskan, semua pemeriksaan sampel uji usap di Kalteng dikirim ke Surabaya. Butuh waktu dua hingga empat hari untuk mendapatkan hasil pemeriksaan tersebut.
”Almarhum sudah dimakamkan di kompleks pemakaman umum di Kilometer 12 Jalan Tjilik Riwut, Palangkaraya,” kata Riza.
Di hari yang sama, aparat Kepolisian Resor Palangkaraya juga mengevakuasi satu jenazah di depan sebuah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Jalan Seth Adji, Kota Palangkaraya. Tidak ada orang yang berani mendekati jenazah tersebut.
Petugas kepolisian yang datang pun tidak langsung menyentuh jenazah dan menghubungi pihak rumah sakit. Beberapa petugas dari RSUD Doris Sylvanus datang dengan alat pelindung diri dan mengevakuasi jenazah tersebut.
Direktur RSUD Doris Sylvanus Yayu Indriaty menjelaskan, almarhum diduga terkena serangan jantung. Namun, karena situasi di tengah pandemi, jenazah dievakuasi dan dimakamkan dengan protokol korona.
”Dari hasil forensik dan medicolegal bahwa yang bersangkutan meninggal lemas, itu banyak dugaannya atau penyakit lainnya, kami jalankan sesuai prosedur saat ini karena tidak ada pemeriksaan swab untuk almarhum,” kata Yayu.
Yayu menjelaskan, pemeriksaan sampel uji usap atau melalui reaksi rantai polimerase (PCR) tidak dilakukan karena sel-sel pada tubuh jenazah sudah lisis atau rusak. ”Kami dapatkan keterangan dari keluarga juga tidak terlalu rinci,” katanya.
Kepala Polres Kota Palangkaraya Komisaris Besar Jaladri menjelaskan, yang bersangkutan berinisial AM (62) asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Almarhum sudah lama tinggal di Palangkaraya bersama anak dan istrinya.
”Yang bersangkutan bukan ODP atau PDP dari keterangan yang kami dapat juga tidak menunjukkan gejala korona atau riwayat bepergian dari episentrum wabah,” tutur Jaladri.
Tania (60), istri korban, menjelaskan, sebelum meninggal, suaminya tidak menunjukkan gejala sakit atau keluhan apa pun. ”Hanya saja malam harinya itu dia mengeluh tidak bisa tidur,” katanya.
Saat ini, seluruh provinsi di Indonesia sudah memiliki kasus terkonfirmasi positif korona. Saat ini, total terdapat 3.512 orang terkonfirmasi positif korona dengan jumlah yang sembuh mencapai 282 orang dan pasien meninggal sebanyak 306 orang.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkapkan, pembatasan sosial skala besar sudah mulai dijalankan. Ia berharap semua daerah bisa segera mengaplikasikan kebijakan itu, seperti daerah yang sudah.
”Masih ada orang yang tidak mematuhi protokol jaga jarak dan kebersihan. Masih ada juga mereka yang keluar membawa wabah bersamanya,” kata Yurianto dalam konferensi pers di Jakarta.