Sejauh ini, sudah dilaksanakan 4.722 ”rapid test” di Jawa Tengah dan 87 orang di antaranya positif (1,8 persen). Selain itu, fasilitas kesehatan terus ditambah seiring meningkatnya kasus Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Jawa Tengah menjadi provinsi dengan persentase mortalitas tertinggi di antara enam provinsi dengan kasus positif Covid-19 terbanyak. Namun, itu diyakini karena masih banyak yang belum terdeteksi. Percepatan dan perluasan tes dilakukan.
Menurut data nasional pada Covid19.go.id, Kamis (9/4/2020) pukul 15.40, di Jateng, terkonfirmasi 144 kasus positif dengan pasien meninggal 22 orang (15,3 persen), sembuh 18 orang (12,5 persen), dan sisanya masih dirawat.
Secara nasional, persentase kematian pasien positif di Jateng di bawah sejumlah provinsi yang jumlah kasusnya relatif sedikit, seperti Papua Barat dan Bengkulu (1 meninggal dari 2 kasus) serta Sulawesi Tengah (2 meninggal dari 5 kasus). Namun, Jateng tertinggi di antara provinsi-provinsi dengan jumlah kasus lebih dari 100.
Setelah Jateng dengan 15,3 persen, ada Jawa Barat 10,6 persen (40 meninggal dari 376 kasus), Banten 9,2 persen (20 meninggal dari 218 kasus), DKI Jakarta 8,3 persen (142 meninggal dari 1.706 kasus), Jawa Timur 7,6 persen (17 meninggal dari 223 kasus), dan Sulawesi Selatan 5,8 persen (8 meninggal dari 138 kasus).
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo melalui konferensi pers lewat video, Kamis (9/4/2020) malam, menegaskan, angka kematian belum bisa dikatakan tinggi atau rendah. Data masih terus berubah. Terlebih, selama ini banyak warga yang tidak bergejala, tetapi terinfeksi Covid-19 sehingga semua harus diperhitungkan.
”Maka, ini yang selalu kami cari, salah satunya dengan melakukan rapid diagnostic test (RDT). Kami belum bisa menyimpulkan (tingkat kematian) itu tinggi atau rendah,” kata Yulianto.
Yulianto menambahkan, saat ini sudah dilaksanakan 4.722 rapid test di Jateng dan 87 orang di antaranya positif (1,8 persen). Lantaran orang dalam pemantauan (ODP) terus bertambah, sebagian belum dites sehingga percepatan penapisan tersebut terus dilakukan.
”Pada Senin (13/4), kami akan distribusikan lagi RDT ke seluruh kabupaten/kota. Namun, kami akan menyelesaikan tahap pertama dulu, baru tahap dua. Yang kami utamakan ialah ODP serta tenaga kesehatan dan orang yang kontak dengan pasien positif,” katanya.
Penyakit penyerta menjadi penyebab sejumlah pasien positif di Jateng meninggal. Terlebih, kondisi pasien tersebut sudah buruk sejak pertama datang sehingga lalu tak tertolong.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jateng Sofyan Budi Raharjo menuturkan, penyakit penyerta menjadi penyebab sejumlah pasien positif di Jateng meninggal. Terlebih, kondisi pasien tersebut sudah buruk sejak pertama datang sehingga lalu tak tertolong.
Pasien positif yang meninggal, kata Sofyan, bukan orang yang dari sebelumnya sehat, lalu terinfeksi Covid-19 hingga kondisinya buruk dan meninggal. ”Di RS Kariadi, pasien memiliki penyakit penyerta, seperti gula, ginjal, dan paru-paru. Usianya pun rata-rata di atas 50 tahun,” ujarnya.
Sofyan mengakui, pada awal hingga pertengahan Maret 2020, rumah sakit ataupun dokter serta tenaga medis cukup kewalahan karena pasien terus bertambah. Terlebih, Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 merupakan penyakit yang khas dan baru.
Namun, setelah itu, dokter dan tenaga medis di RS mulai menyesuaikan. ”Kami terus mengenali (Covid-19). Namun, yang agak menyulitkan ialah jika ada warga yang misalnya enggan ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) karena takut stigma masyarakat,” kata Sofyan.
Pada awal hingga pertengahan Maret 2020, rumah sakit ataupun dokter serta tenaga medis cukup kewalahan karena pasien terus bertambah.
Tambah fasilitas
Seiring meningkatnya jumlah kasus, kata Sofyan, rumah sakit pun menyesuaikan dengan menambah ruang-ruang isolasi. ”Seperti di RSUP Dr Kariadi, tadinya tak sampai 20 unit ruang isolasi, kini hampir 50 unit. Pada tahap seperti ini, RS-RS menyesuaikan,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat, mengatakan, kesiapan infrastruktur kesehatan di Jateng terus digenjot, salah satunya di Kabupaten Boyolali. Bupati Boyolali Seno Samodro menjadikan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) menjadi RS darurat Covid-19.
”Jika rumah sakit yang ada tidak cukup, rumah sakit baru bisa kita percepat. Kalau tidak ada rusunawa, bisa pakai asrama haji, hotel, diklat-diklat yang banyak kamarnya, dan stadion. Kalau tidak cukup kita bisa pakai tenda,” kata Ganjar.
Di RS darurat Covid-19 Boyolali, tersedia 18 kamar, yang setiap kamarnya diisi dua tempat tidur. RS darurat tersebut baru memanfaatkan satu dari lima lantai rusunawa, dengan kapasitas 114 unit.