Pelajaran Berharga dari Mentawai, Pelarangan Mudik Mutlak
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mengambil langkah ”radikal” untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mengambil langkah ”radikal” untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pada saat daerah perbatasan di Sumbar daratan hanya menerapkan pembatasan selektif, ”Bumi Sikerei” menutup akses keluar-masuk. Namun, virus SARS-CoV-2 ternyata datang lebih cepat lewat para perantau yang pulang.
Kasus positif Covid-19 pertama di Mentawai ditemukan pada Minggu (12/4/2020). Para perantau masuk empat hari sebelum benteng pembatasan resmi ditegakkan pada 31 Maret. Temuan ini membuat kekhawatiran dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) menjadi kenyataan.
Sebelum pembatasan, kapal-kapal penumpang dari Padang menuju Kepulauan Mentawai masih beroperasi. Pada 27 Maret, misalnya, kapal mengangkut sejumlah mahasiswa yang pulang dari Jakarta, Semarang, dan kota lain. ”Kami mulai membatasi kapal penumpang pada 31 Maret. Rupanya keputusan ini terlambat. Duluan virus masuk melalui mahasiswa dari Jakarta, baru kami tutup,” kata Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, Selasa (14/4/2020).
Ternyata, sebelum dirujuk ke rumah sakit, mahasiswi berkontak dengan keluarga dan para tetangga di Kecamatan Sipora Utara, Pulau Sipora.
Pasien positif Covid-19 pertama itu mahasiswi di Jakarta. Ketika sampai di Mentawai, ia masuk daftar orang dalam pemantauan (ODP) karena punya gejala batuk dan datang dari episentrum Covid-19. Pasien itu menjalankan isolasi mandiri di rumah.
Di tengah masa isolasi, ia menjalani tes cepat, Rabu (8/4/2020). Dari dua kali tes, hasilnya positif. Ia lalu dirujuk ke RSUD Kepulauan Mentawai dan berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Belakangan, ia terkonfirmasi positif Covid-19 melalui uji sampel di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand).
Temuan kasus positif itu membuat tim kesehatan kewalahan. Ternyata, sebelum dirujuk ke rumah sakit, mahasiswi berkontak dengan keluarga dan para tetangga di Kecamatan Sipora Utara, Pulau Sipora. Di antara sanak saudara itu, ada yang datang dari Kecamatan Sikakap, Pulau Pagai Utara, dan pulang dengan kapal.
Sembilan keluarga, yang bertetangga dengan pasien positif itu, kini menjalani isolasi mandiri. Anggota keluarga itu diminta beraktivitas di rumah, dilarang keluar dari kampung. Sementara itu, tim kesehatan juga menelusuri orang yang pernah kontak dengan sanak saudara si pasien di Sikakap.
Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar, Rabu (15/4/2020), mengatakan, tim kesehatan menelusuri semua kontak erat pasien positif untuk memutus rantai penularan. ”Total ada 36 orang, mulai dari keluarga, petugas, tetangga, hingga sanak saudara,” kata Lahmuddin.
Semua kontak erat itu sudah ikut tes cepat dan hasilnya negatif. Namun, tenaga kesehatan yang melayani pasien itu terindikasi positif melalui pemeriksaan rontgen. Sekarang, ia dirawat di ruang isolasi RSUD Kepulauan Mentawai. Meskipun hasil tes cepat negatif, beberapa anggota keluarga dan petugas harus menjalani uji sampel usap tenggorokan untuk kepastian.
Total ada 24 sampel yang dikirimkan ke Laboratorium FK Unand dalam dua hari berbeda, termasuk sampel kasus yang tidak terkait pasien pertama. Hingga Rabu, tiga pasien dirawat di ruang isolasi RSUD Kepulauan Mentawai. Satu pasien positif pertama, 1 tenaga kesehatan (positif rontgen), dan 1 pekerja swasta (positif tes cepat) yang punya riwayat perjalanan dari Padang.
”Secara medis, kondisi mereka baik. Tidak mengalami gejala klinis. Pasien terkonfirmasi positif menunggu hasil pengujian sampel kedua. Dua pasien lagi menunggu hasil uji sampel pertama,” kata Direktur RSUD Kepulauan Mentawai Jimmy Yul Ambarita.
Keterbatasan
Masuknya Covid-19 di Kepulauan Mentawai sangat merepotkan. Tim kesehatan di sana berjuang dengan segala keterbatasan. Akses transportasi untuk merujuk pasien di kabupaten yang punya 99 pulau itu masih minim. Selain itu, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan juga sangat terbatas. ”Tenaga medis kami tidak mencukupi. Tenaga medis (di rumah sakit) hanya 11 dokter,” kata Yudas.
Untuk fasilitas kesehatan, kata Lahmuddin, Kepulauan Mentawai hanya punya satu rumah sakit. Sementara jumlah puskesmas hanya 15 di beberapa pulau. Setiap puskesmas punya 1-2 dokter. ”Kami tidak punya dokter spesialis paru. Beberapa puskesmas juga ada yang tidak memiliki analis kesehatan. Sementara yang terdepan untuk memeriksa pasien, kan, (analis) itu,” ujar Lahmuddin.
Karakter Covid-19 yang berbeda dengan penyakit lain membuat keterbatasan itu kian terasa berat. Tenaga kesehatan yang menangani pasien positif harus dikarantina. Dengan demikian, ia tidak boleh melayani pasien lain untuk mengurangi risiko penularan. Menyiasati keterbatasan itu, Pemkab Mentawai berupaya merekrut tenaga sukarelawan.
Selain itu, jika mendesak, kata Yudas, bisa saja tenaga lokal juga diberdayakan dengan diberikan pelatihan sebelumnya. Lahmuddin menambahkan, untuk alat pelindung diri (APD) di rumah sakit, stok masih ada untuk beberapa hari ke depan. Di puskesmas, stok APD 5-10 set. Sejumlah puskesmas yang pasiennya banyak, stok APD sekitar 20 set.
Pembatasan
Kasus positif Covid-19 di Kepulauan Mentawai membuat kabupaten menyiapkan kebijakan pembatasan lalu lintas antarpulau. Aturannya sedang dikaji dan disusun, dan diperkirakan mulai diterapkan pekan depan. Hal ini mengantisipasi agar Covid-19 yang sudah muncul di Pulau Sipora tak menyebar ke pulau lain.
Kalau mencintai Mentawai, mencintai orangtua, dan saudara di Mentawai, jangan pulang dulu sampai kondisi membaik.
Dalam gambaran awal, kata Yudas, orang yang diizinkan melintas antarpulau, misalnya, pasien yang dirujuk ke RSUD, baik kasus Covid-19 maupun penyakit lain. Orang dengan urusan genting juga bisa dengan syarat harus menjalani pengecekan kesehatan serta jumlah penumpang kapal harus di bawah 10 orang.
Sebelumnya, Mentawai telah membatasi akses ke kabupaten itu, baik jalur laut maupun udara. Jumat (10/4/2020), tiga mahasiswa dari Jakarta dan Semarang pulang ke Mentawai dengan Susi Air, tetapi dikembalikan ke Padang. ”Kami mengarantina mereka di Kantor Penghubung Pemkab Mentawai di Padang. Kalau sudah pasti sehat, boleh ke Mentawai,” kata Yudas.
Ia mengimbau para perantau tidak pulang. Kepulangan para perantau dari daerah terjangkit berisiko menulari siapa saja, terutama yang lanjut usia. ”Kalau mencintai Mentawai, mencintai orangtua, dan saudara di Mentawai, jangan pulang dulu sampai kondisi membaik,” ujar Yudas.