Penapisan dan Protokol Ketat, Kunci agar Pertahanan Tak Jebol
Di Jawa Tengah, terdapat sejumlah kasus tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19. Terakhir, di RS Mardi Rahayu Kudus. Sebanyak 13 tenaga kesehatan, termasuk perawat, dinyatakan positif.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penapisan pasien di pintu utama rumah sakit dan fasilitas kesehatan menjadi kunci agar pertahanan tenaga kesehatan tidak jebol. Selain itu, penerapan protokol pembatasan fisik sesama tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan.
Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah Edy Wuryanto mengatakan hal itu terkait tenaga kesehatan, termasuk perawat, yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Jateng. Terakhir, itu terjadi di RS Mardi Rahayu, Kabupaten Kudus.
”Yang utama adalah screening pasien di depan (RS) dengan ketat oleh petugas dengan APD lengkap. Kalau satu pasien dalam pengawasan (PDP) lolos, maka jebol, dan bisa terjadi penularan selanjutnya,” kata Edy, dihubungi dari Semarang, Kamis (7/5/2020).
Edy, yang juga anggota Komisi IX DPR RI, mengatakan, hal itu penting karena banyak pasien yang tanpa gejala sehingga antisipasi harus sedini mungkin. Selain itu, sesama tenaga kesehatan juga wajib menerapkan protokol menjaga jarak.
Kami di DPR sudah rapat dengan Menteri Kesehatan. Kini, tempat pengujian bisa diperbanyak meski tenaga pengujinya masih terbatas. Kami mendorong agar waktu pengujian ini dipercepat.
Di samping itu, distribusi reagen reaksi berantai polimerase (PCR) ke daerah perlu diperluas dan dipercepat. ”Kami di DPR sudah rapat dengan Menteri Kesehatan. Kini, tempat pengujian bisa diperbanyak meski tenaga pengujinya masih terbatas. Kami mendorong agar waktu pengujian ini dipercepat,” ujar Edy.
Sambil menunggu terus diperluasnya tes PCR, lanjut Edy, RS atau faskes bisa melakukan tes cepat massal, setidaknya untuk penapisan awal. Apa yang dilakukan RS Mardi Rahayu, yang langsung melakukan tes cepat kepada seluruh karyawan, perlu dilakukan di tempat lain.
Sebelumnya, pada Jumat-Sabtu (1-2/5/2020) 13 tenaga kesehatan RS Mardi Rahayu Kudus terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka terdiri dari 3 dokter spesialis (tenaga medis), 1 apoteker, 1 tenaga kefarmasian, dan sisanya merupakan perawat.
Itu tindak lanjut dari tes cepat yang dilakukan pada sekitar 1.400 karyawan RS Mardi Rahayu. Dari seluruh karyawan, 15,8 persen menunjukkan hasil reaktif. Adapun hasil pengujian PCR baru seperempat dari seluruh karyawan yang reaktif tes cepat.
Prioritas
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan telah berkomunikasi dengan Dirut RS Mardi Rahayu guna melakukan tindakan protokol kesehatan yang lebih ketat. Selain itu, ia meminta tes PCR pada tenaga kesehatan RS Mardi Rahayu diprioritaskan.
”Kemarin kami sudah bantu terkait tes, tetapi karena (antrean) PCR di beberapa laboratorium banyak, itu belum sempat diterima di beberapa laboratorium. Sudah kami rapatkan dan kami minta diprioritaskan. Sekarang sudah berproses,” kata Ganjar.
Sebelumnya, Direktur Utama RS Mardi Rahayu Pujianto mengatakan, penapisan telah dilakukan sejak awal sebagai langkah pencegahan. ”Sejak tes cepat, kami langsung menelusuri yang kontak erat, termasuk keluarga. Namun, idealnya memang di-swab dan kami utamakan pada tenaga kesehatan,” katanya.
Sebelum kasus di RS Mardi Rahayu Kudus, 34 tenaga kesehatan di RS Dr Kariadi Semarang dinyatakan positif Covid-19 pada hasil tes Selasa (14/4/2020). Pada akhir April, Ganjar mengatakan, 26 orang di antaranya sembuh atau negatif Covid-19.
Sementara itu, terkait ketersedian masker N95 di Jateng, Ganjar memastikan aman seiring bantuan yang terus mengalir. Selain dari sister province, Fujian, China, bantuan dari sejumlah lembaga juga diterima Pemprov Jateng untuk kemudian disalurkan.
Pada Rabu (6/5/2020), misalnya, ada bantuan 20.000 masker dan 10.000 di antaranya merupakan N95. ”Kondisi saat ini makin banyak dan cukup. Kami pastikan aman. Dengan banyaknya bantuan, protokol kesehatan bisa kami perbaiki,” katanya.