Tenaga Kesehatan di Surabaya Masih Belum Terlindungi dari Penularan Covid-19
Sebanyak 20 tenaga kesehatan Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya, terkonfirmasi terjangkit Covid-19. Hal ini kembali memperlihatkan situasi bahwa tenaga kesehatan belum mendapat perlindungan yang memadai.
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 20 tenaga kesehatan Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, terkonfirmasi Covid-19. Hal ini memperlihatkan situasi bahwa tenaga kesehatan belum mendapat perlindungan yang memadai dari ancaman Covid-19.
Terpaparnya tenaga kesehatan di RSUA oleh Covid-19 bukan kasus pertama. Di Jatim, kasus pertama tenaga kesehatan terpapar Covid-19 tercatat berasal dari RSUD dr Soetomo yang merupakan satu dari tiga rujukan utama pasien Covid-19 di Jatim. Kasus di RSUD dr Soetomo diumumkan pada Selasa (17/3/2020) atau saat pengumuman pertama kasus warga Jatim terjangkit Covid-19.
Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 RSUA Alfian Nur Rosyid di Surabaya, Rabu (27/5/2020), mengatakan, ada 20 tenaga kesehatan di RSUA yang terjangkit Covid-19. Para tenaga kesehatan itu tidak memperlihatkan gejala Covid-19 dan sedang dalam masa isolasi. Untuk mengetahui dampak lainnya, pengelola RSUA telah memeriksa ratusan pegawai dan tenaga kesehatan guna menelusuri kontak sekaligus mencoba memutus rantai penularan.
Pelayanan medis di RSUA kini terganggu karena 20 tenaga kesehatannya masih harus diisolasi. Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUA sekaligus Pelaksana Tugas Direktur Hamzah, dalam surat pemberitahuan, memutuskan untuk menghentikan sementara penerimaan rujukan pasien baru Covid-19. Tenaga medis akan difokuskan untuk merawat pasien yang saat ini sedang menjalani perawatan.
Instalasi gawat darurat RSUA sementara ini hanya melayani pasien Covid-19 dengan ancaman kematian yang tinggi. Instalasi rawat inap difokuskan bagi pasien yang saat ini sedang dirawat. Adapun instalasi rawat jalan hanya dibuka untuk pasien cuci darah, TB/HIV, onkologi terpadu, operasi terjadwal, dan pengambilan obat kronis. ”Upaya tersebut dilakukan selama 14 hari sejak 26 Mei 2020,” kata Hamzah.
Covid-19 juga menjangkiti laboran atau peneliti pada Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Unair yang gedungnya bersebelahan dengan RSUA di kompleks Kampus Mulyorejo atau disebut Kampus C. Di kompleks ini pula terdapat gedung rektorat dan beberapa gedung kuliah fakultas. LPT Unair mendapat tugas dari pemerintah untuk memeriksa sampel tes usap tenggorokan.
Adapun peneliti pada LPT Unair yang terjangkit Covid-19 adalah yang bertugas memeriksa sampel usap atau swab itu. Terpaparnya beberapa peneliti mendorong Ketua LPT Unair Prof Maria Inge Lusida menurunkan kapasitas pemeriksa sampel usap. ”Untuk sementara waktu, kami hanya menerima sampel baru Covid-19 dari RSUA,” kata Inge. Biasanya dalam sehari, LPT Unair mampu memeriksa hingga 150-250 sampel usap dari jejaring RS di Jatim dan kawasan Indonesia timur.
Ketua Rumpun Tracing Satuan Tugas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso yang dihubungi secara terpisah mengatakan, tenaga kesehatan RSUA yang terjangkit Covid-19 itu tidak bertugas khusus merawat pasien-pasien Covid-19. ”Penularannya kami duga kuat dari pasien penyakit lain, tetapi pembawa Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala,” katanya yang juga Direktur RSUD dr Saiful Anwar, Malang, yang juga rujukan utama pasien Covid-19 di Jatim.
Penularannya kami duga kuat dari pasien penyakit lain, tetapi pembawa Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala. (Kohar Hari Santoso)
Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Covid-19 Joni Wahyuhadi mengatakan, perlu kejujuran pasien saat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika ada indikasi riwayat perjalanan ke daerah atau kontak dengan orang-orang berpotensi terjangkit Covid-19, sebaiknya menceritakan dan bersedia menjalani tahapan pemeriksaan untuk menentukan positif atau negatif terpapar.
Joni yang juga Direktur RSUD dr Soetomo mengatakan, tingkat penularan di Jatim 1,6; artinya ada 10 orang terjangkit dan dalam waktu sepekan menjadi 16 orang. Surabaya yang juga ibu kota Jatim merupakan kawasan dengan tingkat penularan tertinggi, yakni 1,6. ”Kebijakan yang diambil oleh tim terpadu ialah memperluas cakupan tes, penelusuran, dan penanganan pasien,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Surabaya Brahmana Askandar mengatakan, tenaga medis sangat rentan tertular Covid-19, bisa dari lingkungan rumah sakit, pasien, pengantar pasien, dan penunggu pasien.
Dokter yang bertugas merawat pasien klinis juga tidak mungkin bisa menyaring pasien dengan maksimal. Terlebih saat ini banyak orang positif yang tidak menunjukkan gejala sehingga risiko terpapar semakin besar.
”Alat perlindungan diri level tertinggi tidak mungkin digunakan setiap waktu dan setiap saat,” katanya.
Oleh sebab itu, dia mendorong agar tes Covid-19 diperluas supaya semakin banyak orang terpapar yang diketahui. Sebab, mereka yang masuk dalam kategori pembawa Covid-19 sangat berpotensi menularkan ke orang lain, termasuk tenaga kesehatan saat mengakses fasilitas kesehatan. ”Jam kerja dokter juga sebaiknya diatur sehingga cukup waktu untuk istirahat,” ujar Brahmana.