Pemkab Kediri Edukasi Warga agar Bersedia Jalani Tes Cepat
Pemkab Kediri lakukan langkah persuasif untuk mengajak warganya melakukan tes cepat. Warga Desa Kedak, Kediri, menolak tes cepat karena khawatir dikarantina.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, memberikan edukasi kepada warga Desa Kedak, Kecamatan Semen, agar bersedia menjalani tes cepat. Langkah ini dipilih dengan pertimbangan masih banyak warga setempat yang kurang paham manfaat tes cepat guna melacak persebaran Covid-19.
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Kediri, Ahmad Chotib, saat dikonfirmasi dari Malang, Rabu (10/6/2020) malam, mengatakan langkah edukasi dilakukan sampai warga sadar dan rela bersedia menjalani tes cepat (rapid test). Adapun mengenai batas waktu diharapkan bisa secepatnya.
”Hari ini kosong tidak ada rapid test. Tes cepat lagi bergantung pada warga karena kesepakatannya mereka sendiri yang akan sukarela menjalani tes itu. Sebaliknya kami terus mengedukasi mereka melalui gugus desa,” katanya.
Menurut Chotib, warga Kedak menolak tes cepat dikarenakan ada kekhawatiran bahwa pemeriksaan itu akan berujung pada isolasi secara massal. Sementara mereka memiliki tanggungan berupa ternak, lahan pertanian, dan keluarga.
Ratusan warga Kedak berunjuk rasa menolak tes cepat massal yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten Kediri, Senin (8/6/2020). Padahal, tes cepat itu dilakukan untuk melacak persebaran Covid-19 di desa tersebut karena Kedak menjadi salah satu dari 22 kluster persebaran Covid-19 di Kabupaten Kediri.
”Ada ketakutan warga akan diisolasi. Jadi, tes cepat tetap akan dilakukan, tetapi bertahap dan pelan-pelan supaya tidak ada kesan pemaksaan. Supaya mereka semua bersedia dites,” kata Chotib. Sejauh ini penolakan tes massal di Kediri hanya terjadi di Kedak.
Terkait perkembangan angka kasus positif di kluster Kedak, hingga 10 Juni jumlah pasien positif 27 orang. Angka ini menduduki urutan terbanyak kedua setelah kluster pabrik rokok Mustika Tulungagung sebanyak 53 orang dan kluster Baru 25 orang.
Pasien Covid-19 di Kabupaten Kediri terus bertambah sehingga jumlah total pasien positif sebanyak 178 orang. Dari jumlah tersebut, 156 orang dirawat, 12 orang sembuh, dan 10 orang meninggal.
Ada ketakutan warga akan diisolasi. Jadi, tes cepat tetap akan dilakukan namun bertahap dan pelan-pelan supaya tidak ada kesan pemaksaan.
Rudi (34), warga Dusun Mojokudi, Desa Kedak, yang dihubungi secara terpisah, membenarkan bahwa penolakan warga mengikuti tes massal disebabkan oleh kekhawatiran mereka bakal menjalani isolasi. Jika semua warga diisolasi, siapa yang akan merawat ternak dan sawah yang selama ini menjadi pendukung ekonomi sebagian keluarga.
”Kalau dites massal, terus semua warga merah (suhu di atas 37,3 derajat) dan diisolasi, kan, jadi desa mati nantinya. Siapa yang akan memberi makan sapi peliharaan warga. Warga juga khawatir keluarganya nanti siapa yang mengurus,” ucapnya.
Menurut Rudi begitu mendengar kabar akan dilakukan tes cepat massal, warga spontan berunjuk rasa. Aksi ini dilakukan di desa setempat saat kegiatan tes cepat hendak dimulai.
”Seluruh warga demo. Mereka takut saat dibilang mau dites. Yang tua-tua sampai ndoprok (terduduk) tidak bisa jalan lantaran takut mendengar kabar itu,” kata Rudi yang mengaku dusunnya masuk zona hijau. Warga yang menjadi sasaran tes cepat adalah sebagian warga yang tinggal di dekat jalan raya.
Seluruh warga demo. Mereka takut saat dibilang mau dites. Yang tua-tua sampai ndoprok (terduduk) tidak bisa jalan lantaran takut mendengar kabar itu. (Rudi)
Kedak dikenal sebagai salah satu desa agraris di Kabupaten Kediri yang sebagian besar penduduknya bertani dan memiliki ternak. Karena itu, ada pemahaman di masyarakat bahwa secara logika mereka tidak akan terpapar Covid-19. Penduduk setempat, khususnya yang berprofesi sebagai petani, jarang bepergian ke luar kota.