Penerapan protokol kesehatan harus benar-benar terlaksana dengan baik agar tempat wisata tidak berkembang menjadi kluster baru Covid-19.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pelaksanaan protokol kesehatan di tempat-tempat wisata, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Jawa Tengah, harus benar-benar diawasi secara ketat. Tidak cukup berhenti dengan menerbitkan aturan dan memasang penanda, implementasi dari protokol kesehatan juga harus dipastikaan dijalankan oleh semua pihak terkait.
”Kita semua harus berhati-hati dan mengimplementasikan aturan secara benar. Jangan sampai obyek wisata justru berkembang menjadi kluster Covid-19 baru,” ujar Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan, dalam acara diskusi daring bertema ”Pemanfaatan Candi Borobudur di Era Kenormalan Baru (New Normal} Pandemi Covid-19, Minggu (14/6/2020).
Implementasi aturan dan protokol kesehatan ini, menurut Restu, sepatutnya mendapatkan perhatian, karena selama ini, masih banyak orang melakukan pelanggaran. Hal ini terlihat, antara lain, saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tetap saja ada warga yang bisa pulang ke kampung halaman.
Di obyek-obyek wisata, persoalan pun bisa berkembang makin kompleks karena wisatawan datang dari berbagai kalangan, dari beragam latar belakang pendidikan dan pemikiran.
”Dalam membuat suatu aturan atau kebijakan, jangan pernah beranggapan bahwa semua orang memiliki pemikiran seperti kita. Sebaliknya, kita harus mempertimbangkan orang lain yang memiliki perspektif berbeda,” ujarnya.
Khusus untuk Candi Borobudur dan Candi Prambanan, pelaksanaan protokol kesehatan harus benar-benar dilakukan dengan hati-hati dan cermat karena pelaksanaan di dua warisan budaya dunia tersebut, akan menjadi sorotan dari kalangan internasional.
Dalam membuat suatu aturan atau kebijakan, jangan pernah beranggapan bahwa semua orang memiliki pemikiran seperti kita
Di tengah kondisi menuju kehidupan normal baru ini, Restu pun berharap, segenap pihak terkait seperti PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, tidak terburu-buru memfokuskan pada target pemenuhan pendapatan dan jumlah wisatawan.
”Pada kondisi sekarang ini, hal terpenting untuk dilakukan adalah bagaimana membawa masyarakat, dalam hal ini, wisatawan, menyesuaikan diri dengan situasi pandemi,” ujarnya.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, Hetty Herawati, mengatakan, sejak minggu lalu, pihaknya mulai melakukan simulasi pembukaan kunjungan wisatawan di Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Untuk memastikan kesiapan pembukaan kunjungan wisatawan, simulasi masih akan diulang dua hingga tiga kali lagi.
Kepastian pembukaan kunjungan wisatawan, menurut dia, masih harus menunggu izin dan rekomendasi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid -19 Jawa Tengah dan Kabupaten Magelang. Namun, saat dibuka, jumlah wisatawan dibatasi maksimal hanya 50 persen dari jumlah kunjungan biasanya. Untuk Candi Borobudur, jumlah wisatawan dibatasi maksimal 5.000 orang per hari, Candi Prambanan dibatasi maksimal 3.000 orang per hari, dan untuk Candi Ratu Boko dibatasi 1.000 orang per hari.
Seiring dengan adanya pembatasan pengunjung di kawasan candi, Hetty mengatakan, pihaknya juga akan mengembangkan wisata-wisata tematik. Salah satu yang akan diluncurkan adalah wisata bertema tentang kisah ibunda Sidharta Gautama dan cerita tentang penyakit-penyakit di relief candi. Selain itu, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko akan kembali menghidupkan wisata museum-museum di sekitar Candi Borobudur.
Pelaksana Tugas Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono mengatakan, saat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Tengah dan Kabupaten Magelang, memerintah Candi Borobudur untuk kembali dibuka, pihaknya tetap tidak akan mengizinkan wisatawan untuk naik ke bangunan candi.
Agar terbebas dari virus, bangunan candi harus disemprot dengan cairan antivirus. Namun, di sisi lain, cairan kimia tersebut dikhawatirkan akan berdampak buruk pada batuan candi. Karena itu, wisatawan tak diperbolehkan naik ke candi.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Tri mengatakan, maka pengunjung pun nantinya hanya akan diizinkan untuk berjalan-jalan, berkeliling di bawah bangunan candi saja. ”Agar tidak menimbulkan kerumunan, jumlah pengunjung yang berjalan-jalan di bawah bangunan candi, juga harus dibatasi,” ujarnya.