Anggaran Terbatas, Tes Usap dan Tes Cepat di Pantura Barat Jateng Masih Minim
Sejumlah pemerintah daerah di pesisir pantai utara bagian barat Jateng masih minim dalam melakukan tes cepat dan tes usap untuk mendeteksi penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Keterbatasan anggaran menjadi penyebabnya.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEMALANG, KOMPAS — Jumlah masyarakat yang sudah dites cepat dan tes usap di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah masih minim. Padahal, kedua tes tersebut penting untuk mendeteksi penyebaran Coronavirus disease 2019 atau Covid-19 di suatu daerah. Pemerintah daerah mengaku, anggaran untuk pengadaan alat tes terbatas.
Di Kabupaten Pemalang, misalnya, hingga Rabu (17/6/2020), jumlah warga yang dites usap dan tes cepat tidak lebih dari 1.000 orang. Jumlah tersebut tidak sampai 1 persen dari jumlah total penduduk Pemalang, yakni 1,4 juta orang.
Tes cepat dan tes usap di Kabupaten Pemalang diutamakan bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 dan keluarga atau kontak erat pasien positif Covid-19. Belakangan, Pemerintah Kabupaten Pemalang mulai melakukan tes cepat kepada masyarakat yang beraktivitas di pusat-pusat keramaian, seperti pasar dan mal.
”Kami masih kurang masif (dalam melakukan tes). Kendalanya adalah alat tesnya terbatas dan kami baru bisa melakukan pengadaan alat akhir Mei lalu,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pemalang Tutuko Rahardjo saat dihubungi Rabu pagi.
Tutuko mengatakan, keterbatasan alat tes disebabkan oleh terbatasnya jumlah anggaran. Pemerintah Kabupaten Pemalang menggelontorkan dana Rp 64,7 miliar untuk pencegahan dan penanganan Covid-19. Dari jumlah tersebut, Rp 26 miliar digunakan untuk belanja sarana dan prasarana kesehatan, termasuk alat tes cepat.
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Pemalang masih menunggu kedatangan 1.500 alat tes cepat yang dibeli akhir Mei. Menurut rencana, alat tes cepat tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan pengetesan.
Sebenarnya, Pemerintah Kabupaten Pemalang memiliki laboratorium yang bisa digunakan untuk mendeteksi Covid-19 dengan metode Tes Cepat Molekuler (TCM). Laboratorium tersebut berada di Rumah Sakit Umum Daerah dr Ashari Pemalang.
Menurut Tutuko, laboratorium tersebut bisa mengecek hingga 30 sampel dahak per hari. Kendati demikian, cartridge khusus Covid-19 yang dimiliki laboratorium tersebut terbatas. Saat ini, pihaknya masih menunggu bantuan cartridge khusus Covid-19 dari Kementerian Kesehatan.
Tak hanya Kabupaten Pemalang, di Kota Pekalongan jumlah tes cepat dan tes usap juga masih sangat minim. Dari 311.000 penduduk Kota Pekalongan, baru 900 orang yang dites cepat dan tes usap. Sebanyak 800 orang dites cepat dan 100 orang dites usap.
”Dalam waktu dekat kami akan kembali melakukan tes cepat kepada 240 orang di sejumlah tempat keramaian, seperti pasar, mal, kampus, dan kantor pos. Jumlah tersebut kami sesuaikan dengan kemampuan (pemerintah daerah) dan ketersediaan alat tes,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekalongan Slamet Budiyanto.
Pemerintah Kota Pekalongan mengalokasikan dana Rp 34 miliar untuk pencegahan dan penanganan Covid-19. Dari jumlah tersebut, Rp 14 miliar di antaranya dialokasikan untuk bidang kesehatan, termasuk pengadaan alat tes cepat.
Hingga Rabu, di Kota Pekalongan ada 17 pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Dari jumlah tersebut 13 orang sembuh, 3 orang meninggal, dan 1 orang masih menjalani isolasi mandiri. Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan yang masih dirawat atau diisolasi mendiri nihil dan jumlah orang dalam pemantauan yang masih harus dipantau tinggal 2 orang.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo secara tegas mengarahkan agar pengujian sampel terkait Covid-19 bisa ditingkatkan dan diperluas. Hal itu seiring dengan upaya pelacakan kasus infeksi secara lebih agresif (Kompas, 8/5/2020).
Dalam waktu dekat, Pemerintah Kabupaten Tegal akan melakukan perluasan tes cepat kepada warganya. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal Joko Wantoro mengatakan, tes cepat akan dilakukan sesuai dengan arahan dari pemerintah pusat, yakni 5.000 orang per 1 juta penduduk.
”Saat ini, jumlah warga Kabupaten Tegal sekitar 1,4 juta jiwa. Kalau merujuk pada program 5.000 per 1 juta jiwa, artinya kami akan mengetes 7.000 orang,” kata Joko.
Joko menambahkan, Kabupaten Tegal baru melakukan tes cepat dan tes usap kepada lebih kurang 1.000 orang. Mereka yang dites adalah pasien dalam pengawasan, tenaga kesehatan, pengunjung dan pedagang pasar, karyawan perusahan, serta kontak erat pasien Covid-19.
Hingga Rabu, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Tegal 25 orang. Dari jumlah tersebut, 12 orang sembuh dan empat orang meninggal. Sementara itu, jumlah pasien positif Covid-19 yang masih dirawat 9 orang.