3.600 Pegawai Pemkot Kendari Mulai Dipantau lewat Gelang Pengendali
Sebanyak 3.600 aparatur sipil negara (ASN) di Kendari mulai memakai gelang pengendali untuk memantau pergerakan dan cara baru mendata kehadiran. Gelang tidak hanya untuk yang bekerja di kantor, tetapi juga di rumah.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 3.600 aparatur sipil negara di Kendari, Sulawesi Tenggara, mulai dibagikan gelang pengendali untuk memantau pergerakan, sekaligus cara baru mendata kehadiran kerja. Gelang dibagikan untuk mereka yang bekerja di kantor ataupun di rumah. Pegawai diharapkan disiplin dalam bekerja sekaligus dalam menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, tahap pertama, 3.600 ASN mulai memakai gelang pengendali pekan ini. Gelang dilengkapi kode batang yang berbeda di setiap pegawai untuk memudahkan pemindaian. Aplikasi bernama ”ASN Kendari” juga telah disiapkan. Semua ASN diminta mengunduh aplikasi itu dan mengisi kelengkapan data.
”Hari ini mulai digunakan di beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang sudah terbagi. Dengan gelang dan sistem scan, orang tidak perlu lagi pakai finger print (sidik jari) yang kemungkinan persebaran virus bisa terjadi. Nanti, sekitar 6.000 ASN akan pakai sistem ini, termasuk saya juga sudah pakai gelang ini,” kata Sulkarnain, saat ditemui di Kendari, Senin (22/6/2020).
Sulkarnain menjelaskan, gelang pengendali bukan bermaksud mengekang dan memantau secara terus-menerus para ASN, melainkan perangkat ini untuk memproteksi sekaligus memperlihatkan kesungguhan dalam bekerja dan menjaga kesehatan. Setiap pegawai akan terpantau jam masuk, jam pulang, serta pergerakannya selama bekerja.
Bagi mereka yang terpaksa bekerja dari rumah, kata Sulkarnain, peringatan melanggar batas akan terkirim otomatis di telepon pintar jika pegawai tersebut melewati jarak 50 meter dari rumah. Data tersebut juga terpantau dalam sistem, baik di dinas masing-masing maupun di server pusat. ”Termasuk yang bekerja di kantor juga terpantau. Tapi, tentu ada penyesuaian karena, misalnya, ada tugas kantor atau mereka yang di lapangan,” kata Sulkarnain.
Dia menambahkan, pada intinya, pemkot berusaha memaksimalkan potensi lewat teknologi di tengah kondisi pandemi saat ini. ”Dengan cara ini, kami harapkan bisa semakin maksimal bekerja sekaligus menjaga kesehatan semua orang. Gelang ini akan kami pakai sampai kasus Covid-19 di Kendari Sudah benar-benar tidak ada,” ujarnya.
Di atas jam 09.00, pegawai akan terhitung tidak hadir dengan kode merah.
Sejumlah pegawai OPD memang terlihat telah memakai gelang sekaligus memulai sistem pemantauan. Di kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kendari, pegawai yang datang dicatat kehadirannya melalui pemindaian gelang. Dua orang bertugas sebagai tim pemindai gelang di pintu masuk kantor.
Sekretaris Dinas BKPSDM Yusuf Jato menjelaskan, presensi pegawai dibatasi hingga pukul 08.30 Wita. Saat lewat dari jam tersebut, presensi tetap tercatat, tetapi dengan kode kuning, yaitu terlambat. Di atas pukul 09.00, pegawai akan terhitung tidak hadir dengan kode merah. Sementara, pemindaian waktu pulang dimulai pukul 15.00.
Hal yang sama berlaku juga bagi mereka yang bekerja di rumah. Namun, mereka memindai sendiri kode batang di gelang melalui aplikasi di ponsel. Saat pemindaian selesai, pergerakan pegawai juga terpantau dalam sistem, yang diteruskan ke ponsel pimpinan. Setiap orang memiliki kode batang masing-masing.
”Jadi, kami bisa melihat yang bekerja di rumah itu ke mana saja. Yang di kantor masih bisa diawasi, tapi sistemnya juga terbaca. Jadi, kami harap bisa meningkatkan kinerja sekaligus menjaga kesehatan,” ucap Yusuf, yang juga koordinator data pegawai ini.
Hingga Senin ini, Yusuf menambahkan, 1.500 gelang mulai dibagikan. Selama tiga hari ke depan, 3.600 ASN akan mendapat semua gelang dengan kode batang masing-masing. Bagi yang bekerja di kantor ataupun menjalani sif, akan memakai gelang berwarna hijau.
Untuk ibu hamil, pegawai berumur 50 tahun ke atas, dan yang mempunyai penyakit bawaan, diberikan gelang berwarna merah yang berarti bekerja dari rumah. Sementara itu, 2.400 guru belum akan dibagikan gelang ini mengingat jadwal pembelajaran sekolah masih dilakukan secara daring.
Secara administrasi, kata Yusuf, sistem ini memudahkan pendataan dan pemantauan. Biaya untuk aplikasi sekitar Rp 75 juta dan sebesar Rp 30 juta untuk total 6.000 gelang yang kedap air tersebut. ”Secara biaya tidak mahal. Namun, memang masih ada beberapa yang harus disesuaikan, seperti mereka yang tidak punya android, atau pelatihan admin. Tetap, ada pengecualian seiring berjalannya program ini,” katanya.
Abdul Thalib (28), pengembang aplikasi itu, menyampaikan, sistem dan aplikasi dibangun dalam waktu sekitar dua minggu. Sistem telah dilengkapi dengan global positioning system (GPS) yang memudahkan pemantauan secara tepat, baik tempat dan waktu. Gelang dibuat dari bahan kedap air yang bisa bertahan sampai dua minggu.
”Pengembangan sistem pemantauan ASN ini adalah kelanjutan dari pemantauan kontak erat pasien Covid-19 yang kami buat sebelumnya. Sistem tersebut kami modifikasi untuk diterapkan di birokrasi. Kami juga terus berdiskusi dengan Pak Wali Kota untuk pengembangan ke depannya,” kata lulusan Universitas Haluoleo ini.