Harimau sumatera menyerang dua ternak kerbau milik warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS —Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) menyerang dua ternak kerbau milik warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Petugas Resor Konservasi Wilayah Agam BKSDA Sumbar berupaya mengusir harimau tersebut dengan bebunyian meriam karbit dan senjata api.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Agam BKSDA Sumbar Ade Putra, Kamis (25/6/2020), mengatakan, kejadian disadari pemilik kerbau pada Selasa (23/6/2020) pagi dan dilaporkan ke resor menjelang malam. Pada Rabu (24/6/2020), tim dari resor turun ke lokasi kejadian di Jorong Sungai Puar, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Palembayan, untuk melakukan identifikasi.
”Berdasarkan identifikasi kami, bisa dipastikan itu harimau dewasa. Satu ekor. Lebar telapak kakinya 11 sentimeter. Dari ukuran jejaknya, kami perkirakan usianya 8-12 tahun dengan panjang tubuh lebih dari 1,5 meter,” kata Ade ketika dihubungi dari Padang.
Menurut Ade, kerbau yang diserang harimau merupakan induk dan anak. Induk kerbau diserang pada bagian kaki, sedangkan anaknya pada bagian pundak. Karena cedera cukup parah, induk kerbau dijual pemilik untuk disembelih. Sementara itu, anak kerbau sudah diobati oleh dokter hewan.
Lokasi kejadian, kata Ade, berada di area penggunaan lain (APL) dekat persawahan warga. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari Cagar Alam Maninjau. Dari pelacakan jejak, harimau diperkirakan keluar dari arah cagar alam. Jarak lokasi itu dengan permukiman sekitar 1,2 kilometer.
Ade menyebut, di sekitar lokasi banyak petani memelihara kerbau. Kerbau biasanya digunakan untuk membajak sawah. Umumnya, kerbau ditambatkan di sawah dan tidak dibawa pulang.
Menurut Ade, anak kerbau di areal sawah ditarik ke pinggir hutan oleh harimau. Induk kerbau lalu mengejar untuk menyelamatkan anaknya karena talinya putus. Diduga ada perkelahian antara harimau dan induk kerbau karena banyak jejak harimau dan kerbau ditemukan di tanah sekitar lokasi.
Ade melanjutkan, Kamis ini, petugas belum menemukan jejak terbaru harimau tersebut. Jejak terakhir ditemukan pada Rabu ketika petugas tiba di lokasi. Jejak tersebut masih baru karena rumput yang diinjak harimau masih bergoyang.
”Belum dapat dipastikan kenapa harimau keluar. Pelacakan Rabu kemarin jejaknya cuma sekali pengulangan. Tadi pagi tidak ditemukan jejak. Biasanya kalau dua kali pengulangan, harimau memang mencari mangsa keluar karena pakannya di hutan berkurang. Dugaan sementara karena habitatnya terganggu. Beberapa bulan lalu kami menangkap beberapa pembalak liar di cagar alam,” ujar Ade.
Sebelumnya, pada Februari 2017, kata Ade, peristiwa serupa terjadi di Nagari Baringin, yang berbatasan dengan Nagari Sungai Pua. Beberapa ekor kerbau milik warga mati karena diserang harimau.
Ade menambahkan, sebagai antisipasi, petugas membunyikan meriam karbit dan senjata api agar harimau kembali ke hutan. Tiga unit perangkap kamera juga dipasang di sekitar lokasi untuk memantau harimau. ”Kami mengimbau masyarakat agar ternak diamankan. Biasanya kerbau ditinggal di sawah. Sejak kemarin, kami minta dibawa ke kandang. Kami imbau juga paling lama pukul 16.00 beraktivitas di sekitar lokasi dan jangan sendirian,” ujarnya.
Wali Nagari Sungai Puar Junaida mengatakan, serangan harimau ke ternak warga baru pertama kali terjadi di Sungai Puar. Sejauh ini warga masih tenang dan tidak resah menyikapi kejadian ini karena harimau tidak sampai masuk ke permukiman. ”Warga tetap tenang, terus beraktivitas ke sawah. Namun, kami imbau warga agar tetap waspada,” kata Junaida.
Konflik harimau-manusia sebelumnya juga terjadi di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Sejak 7 Mei 2020, induk dan dua anak harimau sumatera berulang kali masuk ke perladangan warga, bahkan menghadang warga yang beraktivitas di ladang.
Selain di Nagari Gantuang Ciri, harimau-harimau itu ataupun jejaknya juga terlihat di dua nagari tetangga, yaitu Nagari Jawi-Jawi dan Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang.
Petugas dan warga berupaya mengusir harimau tersebut dengan bebunyian meriam karbit agar kembali ke hutan. Namun, satwa dilindungi itu tetap berkeliaran di perladangan, baik di wilayah APL, Hutan Lindung Bukit Barisan, dan Suaka Margasatwa Barisan.
Sejak Selasa (9/6/2020), Resor Konservasi Wilayah Solok BKSDA Sumbar memasang perangkap di ladang warga di APL. Satu anak harimau berhasil ditangkap pada Sabtu (13/6/2020) siang dan kemudian dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya di Kabupaten Dharmasraya.
Wali Nagari Gantuang Ciri Hendri Yuda mengatakan, hingga Rabu (24/6/2020), jejak-jejak harimau masih ditemukan di perladangan warga. Petugas dan warga masih memasang perangkap serta membunyikan meriam karbit agar harimau kembali ke hutan.
”Jejak-jejaknya masih ditemukan di perladangan, tetapi berpindah-pindah. Warga sebenarnya masih khawatir. Namun, mau bagaimana lagi, mereka harus bekerja dengan tetap berhati-hati,” kata Hendri.