Kluster Warung Soto di Yogyakarta Meluas, Konsumen Ikut Terpapar
Penularan dari kluster warung soto di Kota Yogyakarta semakin meluas. Tidak hanya keluarga dan karyawan warung soto, sejumlah pembeli juga dinyatakan sebagai pasien positif Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 dari kluster warung soto di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin meluas. Tidak hanya keluarga dan karyawan warung soto, sejumlah pembeli pun dinyatakan sebagai pasien positif Covid-19 tambahan dari kluster tersebut.
”Dari kasus (kluster) soto Lamongan di Kota Yogyakarta, ada penambahan dari pembeli. Jadi, dari 15 pembeli yang sudah diambil sampel usapnya, lima di antaranya positif. Lalu, 10 lainnya negatif,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi lewat pesan singkatnya, Selasa (8/9/2020) malam.
Heroe melanjutkan, dengan penambahan tersebut, total kasus positif Covid-19 dari kluster soto Lamongan berjumlah 20 orang. Jumlah itu sudah termasuk kasus positif pertama dari kluster itu. Sebagian besar merupakan anggota keluarga dan karyawan warung soto tersebut.
Terbentuknya kluster itu bermula dari salah seorang penjual soto di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, yang mengalami gejala berupa demam pada 9 Agustus. Ia pun dirawat di rumah sakit. Namun, tes usap tenggorokan baru dilakukan pada 19 Agustus 2020. Hasil uji sampel menyatakan, penjual soto itu positif Covid-19 pada 24 Agustus.
Setelah itu, penelusuran kontak dilakukan terhadap keluarga, karyawan, dan lingkungan tempat tinggal penjual soto itu. Pemerintah Kota Yogyakarta juga membuka kanal pelaporan dan meminta warga yang sempat membeli soto dari warung tersebut untuk memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Penelusuran itu berujung dengan ditemukannya 20 kasus positif yang menjadi bagian dari kluster tersebut.
“Di antara pembeli, ada yang hanya beli dan makan di rumah, lalu terdeteksi positif. Selebihnya makan di sana. Jadi, penularan bisa terjadi dari benda-benda yang bisa saling disentuh. Dari piring, mangkuk, gelas, hingga plastik pembungkus soto yang dimakan di rumah,” kata Heroe.
Heroe menambahkan, penelusuran kontak masih akan terus berlanjut dengan semakin berkembangnya kluster tersebut. Pihaknya mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dengan potensi penularan Covid-19 di tempat umum, antara lain warung makan dan restoran.
Untuk itu, pemilik usaha warung makan ataupun restoran diminta bisa menjamin penerapan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Di sisi lain, konsumen juga harus ikut menaati protokol kesehatan. Kesadaran kedua belah pihak menerapkan protokol tersebut menunjukkan keseriusan dalam mencegah penularan.
Jadi, penularan bisa terjadi dari benda-benda yang bisa saling disentuh. Dari piring, mangkuk, gelas, hingga plastik pembungkus soto yang dimakan di rumah.
”Hindari tempat-tempat yang protokol Covid-19-nya tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh dan ketat. Siapa pun hendaknya bisa mengingatkan untuk menghindari penyelenggaraan protokol kesehatan yang tidak bagus,” ujarnya.
Selain itu, Heroe menyatakan, pengawasan terhadap hotel, restoran, kafe, warung, toko, hingga pedagang kaki lima di Kota Yogyakarta juga akan terus ditingkatkan. Pemeriksaan bakal dilakukan secara acak melalui gugus tugas Covid-19. Pemeriksaan dimulai dari tingkat kecamatan dan kelurahan untuk melakukan patroli terkait protokol kesehatan.
Terlebih lagi, Pemerintah Kota Yogyakarta telah mempunyai Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 51 Tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 pada Masa Tatanan Normal Baru di Kota Yogyakarta. Peraturan tersebut dapat digunakan untuk memberi sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. Sanksi yang diberikan bisa berupa teguran lisan, teguran tertulis, kerja sosial, denda, hingga penutupan ataupun pencabutan izin kegiatan serta usaha.
Sebelumnya, Bayu Satria, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), menyampaikan, penularan dari warung makan mulai banyak terjadi. Salah satu penyebabnya adalah tidak diterapkannya aturan jaga jarak secara ketat. Saat menyantap makanan di warung makan, masker juga pasti tidak dikenakan. Praktis, potensi penularan bakal semakin tinggi.
”Maka, sebaiknya hindari makan di tempat-tempat tertutup, seperti warung makan kecil. Jangan terlalu banyak (orang). Kalau banyak orang, ya, akan semakin banyak yang tertular. Sebisa mungkin ada sirkulasi udara yang baik,” kata Bayu.
Lebih dari itu, ia mengungkapkan, aktor utama pencegahan penyebaran Covid-19 adalah masyarakat. Kesadaran bersama untuk menerapkan protokol kesehatan diperlukan. Edukasi mengenai pentingnya protokol tersebut jangan sampai berhenti dilakukan.
”Edukasi harus terus diperkuat. Paling susah memang ada dalam edukasi ini. Kalau edukasinya gagal, akan susah sekali mengontrol terjadinya penyebaran (Covid-19),” ujarnya.