Banjir Bandang di Aceh Tenggara, Tujuh Rumah Rusak
Banjir bandang menerjang Desa Batu Mbulan, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, Kamis (17/12/2020) malam. Di Aceh Utara, banjir selama sepekan, 4-10 Desember 2020, mengakibatkan enam orang meninggal.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
KUTACANE, KOMPAS — Banjir bandang menerjang Desa Batu Mbulan, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, Kamis (17/12/2020) malam. Tujuh rumah warga rusak parah, tetapi tidak ada korban jiwa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara Moch Asbi yang dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (18/12/2020), mengatakan, banjir bandang terjadi di dua titik Sungai (Lawe) Sikap dan Lawe Alas. Debit air sungai mendadak naik setelah hujan dengan intensitas tinggi terjadi di hulu.
Saat bandang terjadi, warga tengah bersiap untuk istirahat sekitar pukul 21.30. Tiba-tiba limpasan air menerjang permukiman. Warga sempat panik, tetapi bisa menyelamatkan diri sehingga tidak ada korban jiwa. Tiga rumah yang rusak dindingnya bolong diterjang material.
”Luapan air tidak tertampung saluran sekunder dan primer sehingga melimpah ke rumah penduduk di sekitar aliran sungai,” kata Asbi.
Asbi mengatakan, tim BPBD telah turun ke lapangan untuk membantu warga membersihkan material lumpur di permukiman. Pihaknya juga akan menurunkan alat berat untuk mengeruk material yang mengakibatkan aliran air sungai tersumbat.
Enam orang meninggal
Di Kabupaten Aceh Utara, dampak banjir selama sepekan sejak 4 Desember hingga 10 Desember 2020 telah menyebabkan 239 rumah rusak berat, 33 jembatan rusak berat, dan 20 titik tanggul sungai jebol. Selain itu, 2.219 hektar sawah rusak, 8.340 hektar tambak tergenang, 480 hektar kebun rusak, 101 sapi mati, 155 kambing mati, dan 988 unggas mati.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Sunawardi mengatakan pihaknya masih menghitung nilai kerugian. Namun, sebanyak 17.632 jiwa terdampak banjir dan enam orang meninggal. ”Kami mendistribusi bantuan logistik kepada warga dan santunan kepada korban meninggal,” katanya.
BPBA juga mengerahkan satu perahu untuk melayani penyeberangan warga di Desa Darussalam, Kecamatan Geuredong Pase, karena jembatan di desa itu putus diterjang banjir. Sementara bagi warga yang rumahnya rusak berat akan dibantu hunian sementara.
Ada beberapa penyebab banjir di Aceh Utara dan Aceh Timur, yakni kerusakan hutan, kerusakan sungai, tata kawasan yang keliru, dan infrastruktur yang buruk. (Teuku Muhammad Zulfikar)
Menurut dosen Konservasi Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, Teuku Muhammad Zulfikar, ada beberapa penyebab banjir di Aceh Utara dan Aceh Timur, yakni kerusakan hutan, kerusakan sungai, tata kawasan yang keliru, dan infrastruktur yang buruk.
Aceh Utara dan Aceh Timur merupakan kabupaten dengan kerusakan hutan terluas di Aceh. Laporan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh menyatakan, pada 2018 dan 2019 Aceh Utara kehilangan tutupan hutan seluas 3.666 hektar. Sementara di Aceh Timur pada 2018 dan 2019 kerusakan hutan mencapai 2.619 hektar.
Zulfikar menuturkan, kerusakan hutan yang masif berbanding lurus dengan tingkat bencana alam, banjir. Data dari BPBA selama 2018-2019 menunjukkan bencana banjir terjadi sebanyak 160 kali. Aceh Utara dan Aceh Timur merupakan daerah yang paling sering dilanda banjir. Selama dua tahun, Aceh mengalami kerugian akibat banjir sebesar Rp 530 miliar.