Pesepak bola Indonesia mulai menarik minat sejumlah klub di Liga Jepang. Egy Maulana Vikri adalah salah satu pemain Indonesia yang dianggap bisa berkarier di liga yang kaya kualitas itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Klub Liga Jepang atau J-League membuka peluang besar merekrut pesepak bola asal Indonesia. Selain mengasah kemampuan sepak bola dan kariernya, kehadiran pemain Indonesia di Jepang menjadi simbiosis untuk memperluas pasar J-League di luar ”Negeri Matahari Terbit”.
Hal itu diungkapkan Kei Koyama dari Departemen Bisnis Global J-League ketika berbincang virtual dengan harian Kompas dan Kompas TV, Sabtu (7/11/2020). Koyama menjelaskan, sebagai negara ”gila” sepak bola, Indonesia punya sejumlah pemain bertalenta yang pantas bermain di Liga Jepang.
Kesempatan besar itu dibuka J-League kepada para pemain Indonesia. Sebagai salah satu negara mitra J-League di Asia, Indonesia tidak termasuk dalam aturan kuota pemain asing kompetisi sepak bola elite Jepang itu.
Alhasil, pemain dari Indonesia dan delapan negara lain, seperti Thailand, setara dengan pemain Jepang. Para pemain dari negara-negara mitra itu dapat sebanyak-banyaknya tampil di Jepang karena tidak akan mengurangi jatah lima pemain asing di setiap klub J-League.
”Beberapa klub, mulai dari J-League 3 hingga J-League 1, telah memantau sejumlah pemain muda Indonesia. Egy (Maulana Vikri) adalah salah satu pemain yang bisa berkarier di Jepang,” kata Koyama.
Pengalaman Irfan Bachdim
Ia mengungkapkan, keseriusan klub-klub J-League memburu pemain Indonesia telah ditunjukkan dengan mengirim tim pemantau bakat ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, klub-klub Jepang juga akan mengundang pemain Indonesia melakukan percobaan (trial) sebelum ditawari kontrak profesional.
Irfan Bachdim, misalnya, bisa menembus J-League setelah sukses menjalani masa percobaan. Selain Irfan, Andik Vermansyah juga sempat mengikuti uji coba di Jepang bersama Ventforet Kofu pada 2013.
Beberapa klub, mulai dari J-League 3 hingga J-League 1, telah memantau sejumlah pemain muda Indonesia.
Namun, Koyama mengingatkan, semua pemain asing, termasuk dari Indonesia, tidak bisa sekadar bermimpi tampil di J-League, salah satu liga terbaik di Asia. Setiap pemain, ucapnya, harus memiliki mental yang kuat untuk bisa beradaptasi sekaligus bersaing mendapatkan tempat utama di klub Jepang.
Selain Irfan, dalam satu dekade terakhir, ada satu pemain tim nasional Indonesia lain yang juga pernah berkarier di J-League, yaitu Stefano Lilipaly. Irfan, selama periode 2014-2016, bermain untuk dua tim Liga Jepang, yaitu Ventforet Kofu dan Consadole Sapporo. Adapun Lilipaly membela Sapporo pada 2014 . Consadole adalah tim Asia pertama yang diperkuat Lilipaly setelah ia memulai karier profesional di tanah kelahirannya, Belanda.
Setelah berkarier di Jepang, keduanya lalu berlabuh ke Tanah Air dan memberikan trofi juara Liga 1 Indonesia perdana untuk Bali United pada musim 2019.
Meskipun tidak bermain secara reguler, Koyama menambahkan, Irfan dan Lilipaly telah memiliki pengalaman yang berharga untuk timnas Indonesia. Ia menyatakan, kegagalan Irfan dan Lilipaly menembus skuad utama di klub-klub Jepang bukan karena mereka berasal dari Indonesia, yang sejauh ini tidak dipandang negara elite dalam peta persaingan sepak bola Asia.<
”Banyak pemain asing dari sejumlah negara tidak mampu sukses di J-League karena kesulitan menyesuaikan diri dengan kultur dan gaya sepak bola Jepang yang berbeda. Chanathip Songkrasin adalah wujud kesuksesan pemain Asia Tenggara di J-League karena punya kekuatan mental dan selalu bekerja keras untuk berprestasi di Jepang,” ujar Koyama.
Songkrasin, yang dijuluki ”Lionel Messi dari Thailand”, telah bermain di 89 laga bersama Consadole Sapporo sejak 2017 lalu. Tidak hanya menjadi ikon klub itu, ia juga membantu meningkatkan popularitas J-League di Thailand.
Program Asia Strategy
Dorongan klub-klub Jepang merekrut pemain Asia Tenggara tidak terlepas dari program Asia Strategy yang digagas J-League sejak 2012 silam. Dalam program itu, J-League berkerja sama dengan sejumlah federasi sepak bola di Asia, khususnya Asia Tenggara, guna meningkatkan kualitas sepak bola di negara itu. Kerja sama erat ini paling terlihat di Thailand.
Koyama menuturkan, melalui program itu, J-League akan berbagi pengalaman dan membantu kompetisi profesional negara mitra agar mampu berkembang di Asia. Harapannya, liga itu bisa menghasilkan para pemain berkualitas yang dapat berkarier di Jepang dan membantu tim nasional negaranya.
”Ia (Irfan) rutin berlatih dengan atmosfer kompetisi yang tinggi di Liga Jepang. Pengalamannya melebihi pemain lain yang bermain di Indonesia,” ujar Alfred Riedl (alm), mantan pelatih timnas Indonesia, suatu ketika mengomentari peranan J-League dalam pengembangan pemain, seperti Irfan Bachdim.
Pengalaman di Thailand
J-League juga menaruh perhatian pada pembinaan pemain muda dan peningkatan fasilitas sepak bola. Program itu telah dijalankan di Thailand sejak 2014. Hasilnya, tiga hingga empat pemain Thailand rutin berkiprah di Jepang setiap musim dalam tiga tahun terakhir.
Di sisi lain, popularitas J-League di Thailand meningkat pesat. Thailand adalah pasar terbesar J-League di luar Jepang. Bahkan, J-League membuat halaman khusus berbahasa Thailand di Facebook yang diikuti sekitar 581.000 akun.
J-League pun kini menjajaki program serupa di Indonesia dan Vietnam. Namun, Koyama mengakui, terdapat ketimpangan kualitas dan kuantitas fasilitas sepak bola antara Jepang dan Indonesia. Akan tetapi, ia optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga bakal lebih banyak investor tertarik mengembangkan sepak bola Indonesia di masa depan.
Sebagai langkah awal, lanjut Koyama, J-League melalui klub profesionalnya akan memulai kerja sama antarklub dengan klub-klub Liga 1 Indonesia. Kemitraan itu bertujuan membantu klub Indonesia sepenuhnya menjadi klub profesional.
”Secepat mungkin kami akan memulai program Asia Strategy di Indonesia. Dengan animo sepak bola yang tinggi, kami siap membantu Indonesia memaksimalkan potensinya di sepak bola sekaligus melebarkan pasar J-League,” ucapnya.
Salah satu pemain Indonesia yang bermimpi berlaga di J-League adalah bek tengah Yanto Basna. Pemain berusia 25 tahun itu kini membela klub Liga Utama Thailand, PT Prachuap.
Pada musim ketiganya di Thailand, Yanto tercatat sebagai salah satu pemain terbaik di Liga Thailand. Ia masuk dalam daftar pemain All-Stars Liga Thailand 2020.
”Saya bermimpi bermain di Jepang. Berkarier di Liga Thailand adalah langkah awal untuk mewujudkan mimpi itu,” kata Yanto dalam siaran di akun Instagram pribadinya beberapa waktu lalu.