Untuk mencegah penyebaran, pemerintah terus melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif korona. Pasalnya, ada kemungkinan muncul kelompok baru yang berpotensi terpapar SARS-Cov-2.
Oleh
Anita Yossihara dan Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif korona karena ada kemungkinan muncul kelompok baru yang berpotensi terpapar SARS-Cov-2. Sebab, saat ini saja sudah empat orang yang pernah kontak langsung dengan pasien positif terjangkit korona diduga tertular dan diisolasi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso.
Juru Bicara Penanganan Korona Achmad Yurianto dalam jumpa wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (6/3/2020), mengatakan, pemerintah sudah berhasil melacak 80 orang yang pernah berada dalam satu acara dengan pasien kasus 1 positif korona. Namun, tidak semua dilakukan pemeriksaan virus karena sebagian hanya berada dalam satu acara yang sama dengan pasien kasus 1. Hanya orang-orang yang melakukan kontak dekat pasien kasus 1 dan menunjukkan gejala influenza serta demam yang diperiksa.
Hingga Jumat (6/3/2020) pagi, setidaknya terdapat tujuh orang yang pernah kontak dengan kasus 1 diduga terpapar virus korona baru. Hasil pemeriksaan laboratorium pada Jumat sore menunjukkan dua di antaranya positif terjangkit Covid-19.
”Dari tujuh orang ini, dua orang confirmed positif, menjadi kasus 3 dan 4. Pasien kasus 3 terakhir suhu badannya masih 37,6 derajat celsius dan kasus 4 masih 37,7 derajat celsius. Kemudian masih ada keluhan batuk-pilek, tetapi tidak ada sesak napas,” ujar Yurianto menjelaskan.
Dari tujuh orang ini, dua orang confirmed positif, menjadi kasus 3 dan 4. Pasien kasus 3 terakhir suhu badannya masih 37,6 derajat celsius dan kasus 4 masih 37,7 derajat celsius. Kemudian masih ada keluhan batuk-pilek, tetapi tidak ada sesak napas.
Dengan begitu, sampai saat ini ditemukan empat kasus positif korona. Sementara jumlah pasien terduga Covid-19 menjadi 11 orang, terdiri dari lima orang yang pernah kontak dengan pasien kasus 1 yang saat ini dirawat di RS Sulianti Saroso, satu awak kapal Diamond Princess di RS Persahabatan, serta lima pasien terduga lainnya berasal dari sejumlah daerah seperti Bandung.
Selain itu, pemerintah juga sudah menerima 227 spesimen pasien yang menunjukkan gejala sama dengan Covid-19. Spesimen itu dikirim dari 61 rumah sakit di 25 provinsi.
Temuan itu membuat pemerintah terus melakukan pelacakan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kelompok baru yang terpapar virus SAR-Cov-2. Pasalnya, dua pasien positif serta lima pasien terduga Covid-19 itu pun sempat melakukan kontak dengan kelompok lainnya.
”Jadi dari kelompok dansa dia pulang, kemudian dia juga punya kelompok lain. Sedang kami lacak, mudah-mudahan kami dapatkan semua,” ujar Yurianto.
Hingga Jumat, setidaknya sudah 10 orang yang pernah kontak dengan keempat pasien suspect yang menghubungi pemerintah dan meminta diperiksa. Sementara pelacakan tidak dilakukan pada orang yang melakukan kontak langsung sebelum kedua pasien dinyatakan positif korona, termasuk orang-orang yang datang saat pasien kasus 2 melakukan pergelaran tari di Taman Mini Indonesia Indah. Sebab, menurut pengakuan pasien kasus 2, sejak sakit ia tidak melakukan aktivitas apa pun.
Tak hanya melacak kelompok Jakarta, pemerintah juga memeriksa sejumlah warga Bali yang pernah melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang positif terjangkit Covid-19. Hasilnya, sebanyak 11 orang yang pernah kontak dengan turis Jepang itu negatif korona. Meski begitu, pemerintah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Bali terus memantau kesehatan hingga sebelas hari ke depan.
Yurianto menjelaskan, pemeriksaan pasien untuk mengungkap keberadaan virus SAR-Cov-2 dilakukan untuk kepentingan kedaruratan kesehatan masyarakat. Isolasi dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona baru di masyarakat. Sebab, sampai saat ini tim yang dihimpun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menemukan obat penanggulangan maupun vaksin pencegah Covid-19.
Meski begitu, pemerintah optimistis pasien positif korona bisa disembuhkan. Sebab, berdasarkan data yang diterima pemerintah, sudah lebih dari 50 persen kasus positif korona di dunia bisa disembuhkan. Salah satu contohnya warga negara Indonesia yang menjadi awak kapal pesiar Diamond Princess yang terbukti terpapar virus korona baru. Dari sembilan orang, tiga orang sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Membaik
Sementara itu, menurut Direktur Utama RS Sulianti Saroso Mohammad Syahril, kondisi pasien kasus 1 dan kasus 2 mulai membaik. ”Alhamdulillah kedua pasien ini sudah tidak ada lagi demam, sesak berkurang. Batuk juga berkurang banyak, tapi masih ada sedikit,” tuturnya.
Kedua pasien positif korona itu pun melakukan aktivitas makan, mengganti pakaian, dan mandi sendiri, tanpa harus dibantu keluarga maupun perawat. Saat ini keduanya sudah melakukan pemeriksaan pertama setelah diisolasi dan masih menunggu pemeriksaan kedua yang dilakukan dua hari ke depan. Jika dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya negatif, keduanya dinyatakan sembuh dan bisa kembali ke rumah.
Alhamdulillah kedua pasien ini sudah tidak ada lagi demam, sesak berkurang. Batuk juga berkurang banyak, tetapi masih ada sedikit.
Selain pelacakan, pemerintah juga menyiapkan rumah sakit di sejumlah daerah. Menurut Yurianto, rumah sakit di daerah pun bisa menangani pasien korona karena tidak diperlukan ruang khusus untuk isolasi yang sama dengan standar rumah sakit rujukan nasional. ”Isolasi, kan, bisa dilakukan di satu ruangan, karena prinsipnya memisahkan dengan yang lain,” ujarnya.
Sementara itu, kemarin, Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center untuk membantu pemerintah menangani kasus korona. Jumlah rumah sakit yang disiapkan untuk menangani pasien Covid-19 pun ditambah dari 13 menjadi 20 rumah sakit yang tersebar di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan.