Elektabilitas Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil Terus Meningkat
Hasil survei Charta Politika Indonesia pada awal Juli lalu menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil terus meningkat. Namun, elektabilitas Prabowo Subianto masih tetap yang tertinggi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO/RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terus meningkat sejak Mei lalu. Sebaliknya, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terus menurun. Meski demikian, elektabilitas Prabowo masih tertinggi di antara 11 figur yang disodorkan lembaga survei Charta Politika Indonesia ke responden dalam surveinya.
Angka elektabilitas beserta trennya itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Charta Politika Indonesia pada 6-12 Juli 2020 dan dirilis, Rabu (22/7/2020). Survei melalui telepon menggunakan asumsi simple random sampling dengan jumlah responden 2.000 orang. Toleransi kesalahan (margin of error) sebesar lebih kurang 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sebelas figur yang disodorkan Charta Politika Indonesia untuk dipilih responden dengan pertanyaan jika pemilihan presiden digelar saat survei dilangsungkan adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan politisi Partai Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno.
Selain itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, serta mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Dari hasil survei tersebut, Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi di angka 17,5 persen. Namun, jika ditilik sejak Mei, elektabilitasnya terus menurun. Pada Mei, elektabilitas Prabowo masih 22 persen, kemudian turun kembali menjadi 20 persen pada Juni.
Di urutan kedua tertinggi, Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 15,9 persen. Berbeda dengan Prabowo, elektabilitasnya terus meningkat. Pada Mei elektabilitasnya masih 13,3 persen, lalu meningkat menjadi 14,8 persen pada Juni. Untuk urutan ketiga tertinggi adalah Anies Baswedan. Elektabilitasnya 15 persen. Namun, tren elektabilitasnya pun menurun. Pada Mei, elektabilitasnya masih 18,3 persen, kemudian turun menjadi 16,8 persen pada Juni.
Adapun di urutan keempat tertinggi adalah Sandiaga Salahuddin Uno. Elektabilitasnya 11,2 persen. Pada Mei lalu, elektabilitasnya 10,5 persen dan turun menjadi 9,3 persen pada Juni.
Ridwan Kamil menduduki urutan kelima tertinggi dengan elektabilitas 10,1 persen. Sama seperti Ganjar, elektabilitasnya terus meningkat. Pada Mei, elektabilitasnya masih 7,2 persen kemudian naik menjadi 10 persen pada Juni.
Namun, dari hasil survei itu pula terlihat, masih ada 18,2 persen responden yang menjawab tidak tahu atau memilih tidak menjawab sama sekali.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menjelaskan, momentum pandemi Covid-19 berimbas pada elektabilitas Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil. Penanganan pandemi Covid-19 oleh kedua kepala daerah itu sering disorot oleh media sehingga meningkatkan elektabilitas mereka.
Sebaliknya, hal itu tak diperoleh Anies karena, menurut dia, Anies sudah terlebih dulu mendapatkan panggung dan tinggi elektabilitasnya sebelum muncul pandemi Covid-19.
”Anies sebelum muncul pandemi sudah dapat momentum besar sebagai simbol barisan yang dianggap berseberangan dengan pemerintah atau kubu Jokowi,” katanya.
Terlepas dari hal itu, Yunarto meyakini akan ada pergeseran pemilih pada Pemilu 2024. Pemilih dalam memilih menjadi lebih rasional dan menjadikan rekam jejak calon presiden sebagai tolok ukur pilihan. Pemilih tidak lagi bersandar pada calon tersebut apakah ketua umum partai politik atau memiliki hubungan kekerabatan dengan elite politik.
”Ujiannya sekarang saat pandemi. Lebih konkret, dilihat publik bisa kerja atau tidak,” katanya.
Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPP Partai NasDem Willy Aditya, yang jadi salah satu narasumber saat Charta Politika Indonesia merilis hasil surveinya, mengatakan, hasil survei masih mungkin berubah hingga tiba waktu pencalonan pada Pemilu Presiden 2024. Khusus Nasdem, untuk memilih capres yang akan diusung, akan digelar konvensi. Konvensi rencananya digelar 2024.
”Syukur-syukur dengan konvensi ada muncul kandidat-kandidat terbaik yang bisa melanjutkan pembangunan demokrasi yang jauh lebih sehat selain memiliki dampak ke Partai Nasdem,” katanya.
Di tempat terpisah, saat menanggapi tingginya elektabilitas Ganjar Pranowo yang merupakan kader PDI-P, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, seluruh keputusan soal calon presiden-wakil presiden yang akan diusung PDI-P di Pemilu 2024 ada di tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Dalam memutuskan, banyak hal akan dipertimbangkan, di antaranya berlandaskan pada aspirasi rakyat dan survei. ”Survei itu setiap saat bisa berubah, itu menjadi alat. Tetapi bagi kami bagaimana pilpres nantinya itu juga menjadi proses regenerasi kepemimpinan yang berjalan dengan baik,” katanya.