PAN dan Gebrakan Partai Politik Baru dari Amien Rais
Langkah pendiri Partai Amanat Nasional, Amien Rais, yang membentuk parpol baru menimbulkan sejumlah pertanyaan. Apakah partai baru itu bisa eksis dan bagaimana dampaknya bagi PAN?
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Desas-desus yang beredar akhirnya terkonfirmasi. Setelah keluar dari Partai Amanat Nasional atau PAN, Amien Rais membuat partai politik baru. Amien mengonfirmasi kabar itu lewat video yang diunggah di Youtube, Kamis (10/9/2020). Amien menjelaskan, partai baru itu dibentuk karena ada rasa tak puas dengan arah pembangunan bangsa oleh pemerintah saat ini, terutama di bidang sosial, politik, dan ekonomi.
”Asas partai adalah Islam rahmatan lil ’alamin. Islam melarang diskriminasi atas dasar apa pun. Sementara semboyan kami adalah melawan kezaliman dan tegakkan keadilan,” kata Amien.
Nama PAN Reformasi menjadi salah satu opsi yang muncul. Namun, tim Amien sedang mempertimbangkan usulan lain. Menurut rencana, peluncuran partai baru itu dan tokoh-tokoh yang terlibat akan berlangsung Desember 2020.
Dalam video itu, Amien sama sekali tak menyentil parpol lama yang didirikannya. Amien sebelumnya berseteru dengan petinggi PAN, yang kini diketuai oleh Zulkifli Hasan. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai posisi PAN terhadap pemerintah. Perseteruan mencapai puncaknya ketika Amien tidak masuk struktur kepengurusan PAN periode 2020-2025.
Mantan Ketua DPP PAN dan loyalis Amien, Agung Mozin, menyebutkan, partai baru itu merupakan wadah bagi politisi berideologi yang sama dengan Amien. Keberadaan partai itu diyakini akan berdampak pada eksistensi PAN.
”Saya yakin kader PAN yang secara kultural dan ideologis bersama Pak Amien akan ikut kami. Kader yang berada di struktural selebihnya akan ikut Pak Zulkifli,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan, keberadaan partai baru itu akan menciptakan kesan Amien telah meninggalkan PAN. ”Masyarakat akan menilai PAN tidak akan identik lagi dengan Amien Rais. Padahal, Amien Rais adalah salah satu pendiri PAN,” ujarnya.
Nasib PAN
Adalah peristiwa langka dalam sejarah kontemporer parpol Indonesia, seorang pendiri meninggalkan partainya karena konflik internal. Bagaimana nasib PAN setelah ditinggal Amien Rais?
Viva menilai, partai baru itu tidak akan memengaruhi elektabilitas PAN dan dinamika dalam tubuh partai. Penggunaan nama PAN dinilai hanya akan memberikan sedikit efek elektoral bagi partai baru karena masyarakat telah familier dengan PAN. Malahan, nama yang mirip menunjukkan rasa tidak percaya diri untuk lepas sepenuhnya dari PAN.
Selain itu, lanjutnya, partai baru membutuhkan sumber daya besar untuk membangun identitas partai serta memenuhi persyaratan untuk lolos sebagai peserta pemilu dan berikutnya ambang batas parlemen yang batasannya terus menanjak. Kader PAN juga banyak yang telah meraih jabatan di partai dan pemerintahan.
”Jika ada yang bergabung, kemungkinan hanya kecil saja. Tidak signifikan,” ujar Viva.
Elektabilitas PAN
Sebagai parpol yang lahir di era Reformasi, PAN menjadi partai politik yang menawarkan semangat pembaruan, terbuka, dan pluralis.
Pengaruh tokoh politik reformasi belakangan tak mampu mengangkat elektabilitas PAN sehingga perolehan suaranya cenderung stagnan. Perolehan suara PAN di pemilu legislatif mencapai 7,11 persen (7,5 juta suara) pada 1999, mencapai 6,44 persen (7,3 juta suara) pada 2004, sebesar 6,03 persen (6,3 juta suara) pada 2009, sebesar 7,57 persen (9,5 juta suara) pada 2014, dan 6,84 persen (9,6 juta suara) pada 2019 (Badan Pusat Statistik).
Keluarnya Amien membuat PAN lepas dari ketergantungan terhadap tokoh sentral meski sekaligus membuat PAN mendapat penantang baru.
”PAN saat ini fokus melakukan konsolidasi organisasi, penataan pengurus dan kader, serta membuat program kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Viva.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting Sirojudin Abbas berpendapat, kepergian Amien bisa menggerus basis pemilih PAN, terutama di kalangan Muhammadiyah.
Selain itu, lanjutnya, pemilih PAN cenderung berseberangan dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Amien adalah simbol oposisi karena rajin mengkritik. Berbeda dengan Amien, Zulkifli dekat dengan pemerintah.
”Meskipun sosoknya memudar karena usia dan tak ada jabatan, Amien masih kuat sebagai influencer dan opinion maker. Ini juga yang membuat suara PAN relatif terjaga pada Pemilu 2019,” ujarnya.
Apabila ingin PAN bertahan, katanya, Zulkifli harus memperkuat kolaborasi dengan dua tokoh PAN lainnya, Hatta Rajasa dan Soetrisno Bachir. Hatta memiliki jaringan di kalangan intelektual dan pengusaha, sedangkan Soetrisno mempunyai koneksi yang cukup kuat di Muhammadiyah.
Zulkifli tampaknya telah memperhitungkan hal itu. Di kepengurusan PAN periode 2020-2025, Hatta Rajasa menjabat sebagai Ketua Majelis Penasihat PAN dan Soetrisno Bachir menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN.
Tiga tokoh itu perlu berkolaborasi guna melakukan rekonstruksi, konsolidasi, dan rebranding PAN sebagai partai baru, keluar dari bayang-bayang Amien. ”Jika berhasil, bukan tidak mungkin mereka bisa memitigasi risiko, tetapi juga menambah basis elektoral baru,” ujar Abbas.
Kans Amien
Loyalis Amien Rais optimistis nama Amien Rais masih besar di dunia politik. Menurut Agung, Amien hanya satu dari segelintir politisi yang berani menentang pemerintah berkuasa. Popularitas Amien belum pudar karena terbukti publik masih tertarik untuk mengetahui partai barunya.
Amien Rais merupakan salah satu tokoh reformasi Indonesia. PAN sendiri lahir berkat gerakan pemuda dan momentum reformasi melawan Orde Baru pada 1998. Akan tetapi, Amien dinilai sulit kembali ”menjual” isu semangat reformasi untuk partai barunya. Konteks politik Indonesia telah berubah.
”Ada wartime leader dan peacetime leader. Amien adalah pemimpin masa ’perang’ karena eksistensinya mengandalkan ’musuh’ yang ada di depannya. Amien mulai kehilangan relevansi di dunia politik karena gagal sebagai peacetime leader sejak pasca-Reformasi,” kata Abbas.
Pengaruh Amien sebagai politisi senior juga dinilai mulai memudar karena belakangan tak memiliki jabatan politik strategis dalam pemerintahan dan partai.
Pengajar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menambahkan, jabatan strategis itu penting untuk menjaga stabilitas pengaruh tokoh.
Namun, kata Adi, meskipun daya tawar Amien melemah, daya tariknya masih kuat. Sosok Amien masih menyita perhatian publik. Keberadaan partai baru Amien bisa diperhitungkan asalkan mampu beradaptasi dengan konteks politik sekarang.
Adi menyebutkan, di masa depan, faktor pengaruh elektabilitas partai mulai berubah dari tokoh partai menjadi nilai partai dan program nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu, partai baru Amien, misalnya, bisa menjual nilai toleransi, pluralisme, dan inklusivitas atau merepresentasikan kekuatan petani.
Apabila masih menggunakan nama PAN dalam partai barunya, menurut Adi, Amien juga akan kesulitan karena bakal berebut suara dari basis Muhammadiyah. Untuk itu, Amien perlu memperluas jangkauan partai barunya ke kelompok masyarakat lain.
”Partai baru Amien harus ada nilai pembeda yang bisa langsung membantu masyarakat karena sulit untuk menggantungkan elektabilitas pada tokoh tertentu. Partai baru ini akan menjadi pertarungan terakhir bagi Amien di usia senior, apakah kredibilitasnya sebagai tokoh politik masih diterima atau tidak,” katanya.