Perang Bintang di Pilkada Tangsel
Bagaimana hasil pertarungan tiga kekerabatan politik bertabur bintang pada Pilkada 2020? Apakah ”dinasti lama” mampu bertahan atau saatnya tergeser oleh narasi perubahan di Tangsel? Pemilih Tangsel yang akan menjawabnya.
Dibandingkan periode sebelumnya, Pilkada Kota Tangerang Selatan tahun ini lebih seru. Unsur petahana yang ditopang politik kekerabatan akan berhadapan dengan pendatang baru yang ditopang karisma tokoh-tokoh nasional.
Pilkada 2020 Tangsel ibarat ”perang bintang” yang melibatkan jalur kekerabatan kekuasaan politik lokal dan jalur kekerabatan nasional. Masing-masing tampak menurunkan kader terbaik untuk bertanding di pilkada di kota penyangga Jakarta ini.
Dari unsur petahana, ada Benyamin Davnie yang sebelumnya menjabat Wakil Wali Kota Tangsel. Ia berpasangan dengan Pilar Saga Ichsan, anak Ratu Tatu Chasanah, Bupati Serang, atau keponakan dari Ratu Atut Chosiyah (bekas Gubernur Banten) dan Airin, Wali Kota Tangsel.
Adapun sang penantang pertama ialah Siti Nur Azizah yang merupakan putri Wakil Presiden Ma’aruf Amin. Nur Azizah berpasangan dengan Ruhamaben, kader PKS dan pernah bekerja di BUMD Tangsel.
Penantang ketiga yang mencuri perhatian ialah Rahayu Saraswati (Sara), keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Sara menjadi calon Wakil Walikota, berpasangan dengan sang calon Wali Kota Muhammad, Sekretaris Daerah Tangsel 2017-2020.
Dalam pilkada, figur merupakan salah satu faktor penentu kemenangan kandidat. Selain itu, ada faktor kepartaian/fanatisme, citra dan poster kandidat, serta situasi sosial yang berkembang di masyarakat.
Figur calon pemimpin Tangsel ini akan dipilih oleh penduduk kota itu yang cenderung urban, tetapi sekaligus masih menyisakan karakter rural/perdesaan. Kaum urban merupakan pemilih rasional, memilih pemimpin berdasarkan kalkulasi rasional yang bisa menyejahterakan masyarakat. Adapun pemilih rural biasanya mempertimbangkan aspek popularitas serta historis.
Saat ini, karakter Kota Tangsel semakin dinamis, dicirikan dengan Indeks Pembangunan Manusia yang mencapai 81,48, jauh di atas IPM Banten 72,44 pada 2019. Kota satelit Jakarta dengan 1,75 juta penduduk (2019) ini juga menjadi tempat tinggal kalangan pekerja kelas menengah atas yang dicirikan dengan maraknya pembangunan kawasan perumahan besar.
Dibandingkan kawasan lain di Provinsi Banten, Tangsel lebih heterogen dari sisi demografi penduduk, baik agama, etnisitas, maupun kelas sosial. Namun, sejauh ini, jarang terdengar gesekan sosial maupun unjuk rasa yang destruktif oleh buruh atau mahasiswa di Tangsel. Padahal, daerah ini memiliki kawasan industri manufaktur dan pengolahan serta sejumlah perguruan tinggi.
Tampaknya faktor kepemimpinan yang mendukung stabilitas pembangunan Tangsel selama dua periode oleh Airin-Benyamin akan menjadi salah satu modal paslon Benyamin-Pilar berkampanye. Selain itu, seperti kawasan Banten lainnya, unsur ketokohan dinasti Ratu Atut masih menjadi faktor penting di Tangsel.
Benyamin didukung Partai Golkar dengan 10 kursi di DPRD dan partai non-kursi, PPP serta Gelora. Benyamin dalam wawancara awal Oktober lalu menyebutkan, Pilar sebagai seorang arsitek diharapkan bisa membentuk wajah Kota Tangsel.
”Selama 10 tahun, ibu Airin sudah menerapkan dasar-dasar pembangunan, seperti infrastruktur dasar, pendidikan, kesehatan, dan perhubungan darat, tapi identitas Tangsel belum terlihat,” sebutnya.
Benyamin, yang memanfaatkan figurnya sebagai wakil Wali Kota, memilih kampanye tatap muka dengan masyarakat. Sesekali ia berkampanye daring dengan mengikuti webinar yang diselenggarakan kelompok masyarakat dan memanfaatkan media sosial seperti Instagram.
Pasangan Benyamin-Pilar menduduki peringkat pertama dalam beberapa survei elektabilitas Pilkada Tangsel yang diselenggarakan sejumlah lembaga. Namun, isu sebagai bagian dari ”trah Atut” yang diidentikkan oleh sejumlah kalangan dengan korupsi dapat memperlemah posisinya, terutama oleh masyarakat yang menginginkan perubahan.
Suara perubahan
Figur Muhammad tak bisa dianggap remeh. Dia merupakan birokrat yang lama berkarya di Tangerang sejak masih bergabung dengan Kabupaten Tangerang. Hal yang menarik ialah sosok pendamping Muhammad, Rahayu Saraswati, yang pernah terjun sebagai pemain film dan aktivis sosial, serta menjadi anggota DPR (2014-2019) dari Gerindra.
Saat ditemui di Sekretariat Bersama Resto Kampoeng Anggrek, Muhammad dan Saraswati bercerita mengenai pembagian tugas berkampanye di masyarakat. Babe Muhammad bergerak ke kelas menengah bawah, khususnya ke pemilih tradisional Tangerang, sementara Sara menyosialisasikan program ke kelas menengah atas yang tinggal di kompleks perumahan.
Dukungan lima partai di DPRD Tangsel dengan 23 kursi dirasa cukup kuat dan bisa membantu untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat Tangsel. Mesin partai ikut bergerak untuk mencari dukungan suara masyarakat yang menginginkan perubahan. Mereka menawarkan narasi kampanye dengan tagline ”Tangsel Untuk Semua”.
Baca juga: PSBB Tangerang Selatan Kian Longgar dan Minim Terobosan
Penantang berikutnya yang juga membawa narasi perubahan ialah Nur Azizah-Ruhamaben. Nur Azizah, putri wapres, cukup gigih berjuang hingga akhirnya bisa masuk dalam pencalonan Wali Kota Tangsel. Setelah keluar dari Kementerian Agama tahun lalu, Nur Azizah rajin mengikuti uji kelayakan partai.
Dalam tayangan Satu Meja Kompas TV akhir Juli lalu, menurut dia, semua uji kelayakan partai diikutinya, kecuali PKS dan Golkar. Hingga akhirnya ia diusung Partai Demokrat, PKS, dan PKB, serta berpasangan dengan Ruhamaben, kader PKS Tangsel.
Paslon ini ingin memeratakan kesejahteraan masyarakat Tangsel. Visi yang ditawarkan ialah mewujudkan Pemerataan Kemajuan untuk Kesejahteraan (Permata), Tangsel Bangkit Menuju Kota Organik Kelas Dunia.
Untuk menyuarakan programnya, Nur Azizah menyatakan bergerak di seluruh segmen. Namun, ia mengaku lebih seneng ngampung (turun ke wilayah kampung) supaya lebih mengetahui suara aspirasi masyarakat sekaligus menyampaikan protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19.
Selain memanfaatkan figur Nur Azizah dan Ruhamaben, mesin partai Demokrat, PKS, dan PKB bergerak di masyarakat. Selama ini, kader PKS cukup solid dalam menghimpun suara di setiap pesta demokrasi.
Bertarung ketat
Dalam beberapa periode sebelumnya, Pilkada Tangsel menyuguhkan pertarungan ketat. Pilkada 2010, misalnya, diikuti empat pasang calon. Dua pasang paslon di antaranya dari jalur partai, yakni Arsid-Andre Taulany dan Airin Rachmi-Benyamin Davnie. Sementara dua paslon lainnya jalur perseorangan, Yayat Sudradjat-Moch Norodom serta Rodhiyah Najibah-Sulaiman Yasin.
Dua paslon independen tersebut hanya mengumpulkan sejumlah kecil suara. Paslon Yayat-Norodom mendapat 5,6 persen suara, sedangkan Rodhiyah-Sulaiman meraih 1,8 persen. Pertarungan lebih ketat berlangsung antara Arsid-Andre Taulany dan Airin-Benyamin.
Putaran pertama dimenangi Airin-Benyamin. Namun, kemenangan ini digugat Arsid-Andre Taulany karena menduga pilkada dipenuhi kecurangan dan kental dengan keterlibatan birokrasi pemerintahan.
Gugatan tersebut dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK). Hasilnya, MK membatalkan keputusan KPU Tangsel tentang penetapan hasil perolehan suara dan memerintahkan pemungutan ulang suara di semua TPS.
Baca juga: Dana APBD Tangsel Jadi Bansos Cadangan
Pilkada diulang dan hasilnya dimenangi Airin-Benyamin dengan cukup tipis, yakni 46,4 persen. Sementara Arsid- Andre Taulany mendapat 46,2 persen suara.
Pada tahun 2015, pasangan petahana kembali berlaga dan mendapat dua penantang. Satu di antaranya adalah Arsid yang kini menggandeng Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri. Penantang baru ialah Ikhsan Modjo-Li Claudia Chandra.
Airin-Benyamin didukung lebih banyak partai ketimbang pilkada sebelumnya, seperti Golkar, PKB, PKS, PAN, PPP, dan Nasdem. Sementara Arsid didukung oleh PDI-P dan Hanura, sementara Ikhsan-Claudia didukung Demokrat dan Gerindra.
Catatan ketidaknetralan aparat pemerintahan pada Pilkada 2010 membuat Bawaslu Tangsel mengirim surat imbauan kepada Pemkot Tangsel. Isinya, meminta Pemkot menjaga netralitas PNS dalam pelaksanaan pilkada.
Pilkada 2015 dimenangi paslon petahana dengan 59,61 persen suara. Catatannya, tingkat partisipasi warga kurang dari 60 persen.
Bagaimana hasil pertarungan tiga kekerabatan politik yang bertabur bintang pada Pilkada 2020? Apakah ”dinasti lama” tetap mampu bertahan atau saatnya tergeser oleh narasi perubahan di Tangsel? Para pemilih Tangsel yang akan menjawabnya.
(Litbang Kompas)