”Kami hanya ingin kembali pada sesuatu yang dulu jati diri kami: Islam moderat yang terbuka pada dunia, terbuka pada semua agama. Kami tidak akan membuang 30 tahun hidup bergelut dengan ide-ide ekstrem. Kami akan hancurkan hal-hal itu,” kata Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi.
Pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi pada pembukaan forum ekonomi bertajuk Inisiatif Investasi Masa Depan (FII) di Riyadh, Arab Saudi, pertengahan pekan lalu, itu masih menjadi pembicaraan publik global. Tepuk tangan sekitar 2.000 orang yang hadir di forum itu mengiringi pernyataan Pangeran Mohammed. Berita itu pun menjadi berita utama surat kabar Inggris, The Guardian.
Publik global, khususnya para investor raksasa, memang sedang menantikan janji-janji investasi Arab Saudi sebagai bagian dari program Visi 2030. Visi ini dibangun di atas tiga tema: masyarakat yang penuh energi dan antusiasme, perekonomian yang tumbuh dengan baik, serta negara yang ambisius.
Sebagaimana dicatat Kompas, dengan posisi sebagai salah satu eksportir utama minyak bumi, Arab Saudi kehilangan pendapatan hingga ratusan miliar dollar AS sejak kejatuhan harga minyak di pasar global pada pertengahan tahun 2014. Akibatnya, negeri itu mengalami defisit anggaran. Dua tahun terakhir, anggaran Arab Saudi defisit hingga di atas 150 miliar dollar AS, dengan cadangan devisanya yang merosot dari 746 miliar AS pada 2014 menjadi 616 miliar dollar AS tahun 2015.
Cadangan devisa Arab Saudi hampir mencapai 500 miliar dollar AS. Kerajaan telah menegaskan untuk menginjeksikan dana hingga 500 miliar dollar AS dalam aneka proyek, khususnya pembangunan area ekonomi khusus seluas 26.500 kilometer persegi, dekat Laut Merah dan Teluk Aqaba. Proyek itu diklaim bakal menyerap 20.000 lapangan kerja sehingga mendorong pertumbuhan domestik bruto dari 4,4 persen menjadi 6,3 persen secara tahunan.
Namun, sejatinya pernyataan Sang Pangeran itu ditujukan untuk kalangan dalam negeri Arab Saudi. Pesan itu juga menjadi perhatian dan pembicaraan, bahkan perdebatan publik, khususnya terkait dengan pernyataan perihal Islam moderat, terkait dengan masa depan yang bakal dihadapi negeri itu.
Publik Arab Saudi dibawa pada sebuah kesadaran bahwa ketergantungan pada minyak bumi tidak bisa berlama-lama lagi. Di hadapan negara tetangga pun, seperti Uni Emirat Arab dan Qatar, Arab Saudi dapat dikatakan tertinggal dari sisi pilihan membuka diri, menerima investasi, hingga keberagaman.
Lebih dari separuh warga Arab Saudi, artinya lebih dari 10 juta warganya, kini berusia di bawah 25 tahun. Itu berarti, jutaan kaum muda negeri itu akan memasuki dunia kerja dalam dekade-dekade mendatang. Pemerintah Arab Saudi mau tidak mau harus bergegas membuka lebih banyak lapangan kerja.
Megaproyek NEOM
Di tengah persiapan-persiapan penawaran perdana publik atas saham perusahaan minyak raksasanya, Aramco, Arab Saudi dalam forum FII juga menawarkan rencana terbarunya, yakni megaproyek NEOM. Merujuk pada laman Al Arabiya, NEOM diambil dari kata neo—kata Latin yang berarti ”baru”—dan huruf terakhir M adalah singkatan kata dalam bahasa Arab, mustaqbal, yang berarti ”masa depan”. NEOM berarti ”masa depan baru Arab”.
Bagi investor global, melalui megaproyek NEOM, Arab Saudi mencoba menawarkan kota layaknya ”Davos di Tanah Arab”. Davos adalah kota di Swiss bagian timur yang kondang sebagai tempat tetirah dengan resor skinya. Davos pernah berjaya pada era 1970 hingga 80-an.
NEOM adalah sebuah kawasan khusus seluas 26.500 kilometer persegi. Kota raksasa itu akan dibuat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi warga global, dengan gaya hidup kosmopolitan. Di kawasan itu bisa digelar konser musik dan aktivitas olahraga. Ada pantai berpasir putih, dilengkapi dengan proyek berteknologi tinggi yang ramah lingkungan.
Di antara antusiasme berbagai kalangan terhadap tawaran proyek itu, ada pula keraguan. Di luar tataran fisik, publik menanti gambaran nyata sesuai janji keterbukaan Arab Saudi. Ini jadi pekerjaan rumah Sang Pangeran untuk mewujudkan janji-janjinya. (AFP/AP)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.