Tentara Pembelot Korut Kritis akibat Ditembak
SEOUL, SELASA — Seorang tentara Korea Utara berada dalam kondisi kritis, Selasa (14/11), setelah terkena enam luka tembak saat ia berlari menyeberangi perbatasan ke Korea Selatan, Senin (13/11) petang waktu setempat.
Pembelotan tentara Korea Utara (Korut) itu disebut ”sangat langka” dan berlangsung ”dramatis”, sebagaimana dilaporkan kantor berita Perancis, AFP, Selasa.
Tentara Korut tersebut melarikan diri dari timnya dengan mobil penggerak empat roda—kemudian meninggalkan mobilnya yang rusak—di tengah penjagaan sangat ketat rekan-rekan satu regu dan di bawah hujan tembakan sekitar 40 peluru tajam.
Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pimpinan Amerika (UNC), yang memantau zona gencatan senjata di Panmunjom, Selasa, mengatakan, tentara Korut itu telah mendekati garis demarkasi militer yang memisahkan dua Korea, Senin lalu, ketika ia dihujani peluru oleh rekan-rekan satu timnya.
”Dia kemudian keluar dari kendaraannya—setelah kerusakan pada bagian roda kendaraan—dan terus melarikan diri ke Selatan, melintasi tapal batas saat dia ditembak tentara-tentara lain dari Korut,” demikian pernyataan UNC.
Enam peluru di antaranya melukai tentara pembelot itu. Luka di perut merupakan yang sangat serius.
Seorang Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, pasukan penjaga perbatasan Korut melepaskan sedikitnya 40 tembakan ke arah tentaranya yang membelot tersebut.
Enam peluru di antaranya melukai tentara pembelot itu. Luka di perut merupakan yang sangat serius. Selasa, kondisinya semakin kritis. Nyawanya selamat karena bantuan pernapasan buatan.
”Sampai (Selasa) pagi, kami mendengar dia tidak sadarkan diri lagi dan tidak bisa bernapas sendiri, tetapi nyawanya bisa diselamatkan,” kata Suh Wook, Direktur Operasi pada Kepala Staf Gabungan Korsel, ketika memberi penjelasan kepada anggota parlemen.
”Dia terkena setidaknya enam luka tembak di tubuhnya dan luka yang terjadi di bagian perutnya adalah yang paling serius,” ujar dokter Lee Cook-jong yang menangani tentara tersebut.
Sangat jarang pasukan Korut terluka di zona gencatan senjata di Panmunjom, yang sejak lama telah menjadi obyek wisata utama di wilayah Korsel.
Wilayah tersebut terbagi oleh garis demarkasi di mana pasukan Korsel dan Korut bisa saling mengawasi.
Sejak Semenanjung Korea dibagi menjadi utara dan selatan, puluhan tentara Korut menyeberang ke Korsel melewati zona demiliterisasi yang berjarak 2 kilometer.
Wilayah tersebut terbagi oleh garis demarkasi dan merupakan satu-satunya bagian dari perbatasan Korut dan Korsel di mana pasukan dari kedua belah pihak bisa saling mengawasi dengan leluasa.
Panmunjom menjadi ”desa yang damai” setelah Perang Korea berakhir pada 1953, yang ditandai dengan kesepakatan senjata.
Sejak itu, keduanya telah menyelenggarakan berbagai perundingan, tetapi belakangan tidak diteruskan sehingga praktis mereka sebenarnya masih berperang.
Pembelot yang menyeberangi perbatasan itu bukanlah anggota korps elite tentara Korut yang dikirim ke Panmunjom, yang diperiksa dengan hati-hati dan terpilih karena kesetiaan mereka.
Tidak ada turis yang berkunjung ke Panmunjom pada Senin karena perjalanan wisata ke daerah tersebut ditutup hari itu.
Menurut militer Korsel, tidak ada baku tembak di perbatasan pada Senin itu. Pernyataan UNC menyebutkan, tidak ada pasukan Korsel atau AS yang dilukai.
Insiden pada Senin sekitar pukul 16.00 waktu setempat itu terjadi saat ketegangan meningkat di Semenanjung Korea akibat program senjata nuklir Korut.
Insiden pembelotan terjadi saat ketegangan meningkat di Semenanjung Korea akibat program senjata nuklir Korut.
Tidak seperti daerah perbatasan lainnya, Panmunjom tidak diperkuat dengan ladang ranjau dan kawat berduri. Perbatasannya ditandai hanya dengan pembatas beton rendah.
Setelah berlomba melintasi perbatasan, tentara tersebut berlindung di dekat sebuah bangunan di sisi wilayah Korsel.
Pejabat Kepala Staf Gabungan mengatakan, tentara tersebut ditemukan pingsan dalam tumpukan daun yang jatuh dan diselamatkan tiga tentara Korsel yang merangkak ke arah posisi tentara Korut itu.
Pada 1984, seorang warga Uni Soviet berlari melintasi perbatasan dari Korut ke Korsel di Panmunjom dalam sebuah usaha pembelotan. Peristiwa itu memicu baku tembak yang menewaskan dan melukai beberapa tentara di kedua belah pihak.
Pada 1976, tentara Korut yang menggunakan kapak membacok dua tentara AS hingga tewas di Panmunjom dalam perkelahian.
Berita mengenai tentara Korut yang membelot ke Korsel dengan menyeberangi zona demiliterisasi (DMZ) sebenarnya bukan hal baru. Namun, yang menjadi tanda tanya adalah tentara itu melarikan diri lewat Panmunjom, kawasan wisata. (AFP/REUTERS)