Munaslub Golkar Menjadi Kunci Kepastian Bakal Calon
BANDUNG, KOMPAS - Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar dinilai menjadi kunci kepastian konstelasi bakal calon gubernur, bakal calon wakil gubernur, serta komposisi koalisi partai politik pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat 2018.
Sebab, hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) itu bisa mengubah dukungan Golkar yang semula kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bisa beralih kepada Ketua Dewan Perwakilan Daerah Golkar Jawa Barat yang juga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Apabila Golkar membatalkan dukungannya terhadap Kamil dan mengarahkan dukungannya kepada Dedi Mulyadi, maka komposisi koalisi partai politik (parpol) pun bisa berubah.
Apabila Golkar membatalkan dukungannya terhadap Kamil dan mengarahkan dukungannya kepada Dedi Mulyadi, maka komposisi koalisi partai politik (parpol) pun bisa berubah. Perubahan dukungan bakal calon gubernur dan koalisi parpol itu bakal mengubah perhitungan dan strategi pemenangan semua pihak.
Hal itu menyeruak dalam acara diskusi yang diselenggarakan Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran (Unpad) yang bertajuk “Figur Gubernur Jabar 2018-2023: Politik Populisme atau Politik Ideologi”, di Kota Bandung, Senin (11/12).
Hadir sebagai pembicara dalam acara itu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Arlan Siddha, Peneliti Muda PSPK Unpad Nanang Suryana, Peneliti Senior PSPK Idil Akbar, dan Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad Dede Sri Kartini.
Dedi Mulyadi yang juga diundang, sedianya dapat hadir namun membatalkan kehadirannya karena harus menghadiri deklarasi dukungan Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar.
Hasil Munaslub Golkar diyakini bakal menjadi kunci kepastian komposisi bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur serta komposisi partai koalisi di Pilkada Jabar 2018
“Hasil Munaslub Golkar diyakini bakal menjadi kunci kepastian komposisi bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur serta komposisi partai koalisi di Pilkada Jabar 2018,” ujar Idil.
Idil menjelaskan, 38 kursi DPRD yang dikantungi Kamil karena didukung empat partai yakni Golkar, PPP, PKB, dan Nasdem, berpotensi menyusut.
Bila Golkar menarik dukungannya, maka jumlah kursi DPRD yang mendukung Kamil menyusut menjadi 21 kursi. Sebab, 17 kursi yang dimiliki Golkar akan hilang dari koalisi dan menyisakan PPP dengan sembilan kursi, PKB tujuh kursi, dan Nasdem dengan lima kursi.
Selain itu, lanjut Idil, bila Golkar mendukung Dedi Mulyadi, maka kemungkinan akan terbentuk koalisi baru antara Golkar dan PDIP.
Bila Golkar mendukung Dedi Mulyadi, maka kemungkinan akan terbentuk koalisi baru antara Golkar dan PDIP. Koalisi itu kemungkinan besar akan bergabung dengan Hanura yang hingga saat ini belum menentukan dukungan.
Koalisi itu kemungkinan besar akan bergabung dengan Hanura yang hingga saat ini belum menentukan dukungan. Sebab, menurut Idil, komunikasi politik antara Hanura dan PDIP selama ini terjalin intens.
Kekuatan koalisi tiga partai ini bisa menghasilkan dukungan 41 kursi DPRD. Bila skenario ini terjadi, maka Dedi Mulyadi yang saat ini belum didukung satu partai pun bisa maju menjadi bakal calon gubernur.
Sebab, jumlah kursi koalisi tersebut melampaui syarat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa Barat yang menyebutkan minimal 20 kursi untuk memajukan calon gubernur.
Jauh sebelum surat keputusan dukungan Kamil oleh DPP Golkar itu terbit, komunikasi politik Golkar dengan PDIP sangat cair.
“Jauh sebelum surat keputusan dukungan Kamil oleh DPP Golkar itu terbit, komunikasi politik Golkar dengan PDIP sangat cair, namun terhenti karena dukungan Golkar kepada Kamil sementara PDIP tak mau dukung Kamil. Bila Golkar akhirnya mendukung Dedi Mulyadi, maka komunikasi politik bisa terjadi lagi dan koalisi bisa terbangun,” ujar Idil.
Selain koalisi Kamil dan Dedi Mulyadi, ada nama Deddy Mizwar yang juga akan maju menjadi bakal calon gubernur. Wakil Gubernur Jawa Barat itu mengantungi 28 kursi karena didukung oleh tiga partai yakni PKS dengan 12 kursi, Partai Demokrat 12 kursi, dan PAN dengan empat kursi.
Di luar tiga nama itu, akhir pekan lalu Gerindra yang mengantungi 11 kursi mengajukan nama mantan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jendral (Purn) Sudrajat untuk menjadi bakal calon gubernur.
Generasi Milenial
Terlepas dari perubahan komposisi calon gubernur dan konstelasi koalisi parpol, para bakal calon tetap harus menyiapkan diri untuk memperoleh suara terbanyak. Nanang mengatakan, para bakal calon gubernur seharusnya mulai menyasar suara dari kalangan milenial.
Terlepas dari perubahan komposisi calon gubernur dan konstelasi koalisi parpol, para bakal calon tetap harus menyiapkan diri untuk memperoleh suara terbanyak, yakni dengan mulai menyasar kalangan milenial.
Sebab, lanjut Nanang, pemilih milenial atau pemilih pemula dalam rentang usia 17 tahun -19 tahun ini berjumlah 18 juta orang atau 54 persen dari total suara yang sebesar 32 juta – 33 juta orang.
“Bila serius menggarap suara dari kalangan ini, calon gubernur bisa memperoleh lebih dari setengah suara,” ujar Nanang.
Nanang mengatakan, sejauh ini baru Kamil yang dinilai serius untuk mengejar suara generasi milenial atau pemilih pemula ini. Kamil gencar mendekati anak muda melalui berbagai akun media sosial yang dimiliki. Sementara itu, pesaingnya yang lain terlihat belum terlalu serius menggarap kantung suara ini.
Meski demikian, untuk bisa mendapatkan suara generasi milenial bukan perkara mudah. Meski sangat terekspose dengan internet, namun generasi milenial kurang memperoleh informasi mendalam yang bisa membuat mereka memutuskan untuk menjatuhkan pilihan pada calon gubernur.
Untuk bisa mendapatkan suara generasi milenial bukan perkara mudah. Cara komunikasi kepada generasi milenial harus dirancang agar narasi politik yang disampaikan bisa sesuai dengan alam pikiran mereka.
Cara komunikasi kepada generasi milenial harus dirancang agar narasi politik yang disampaikan bisa sesuai dengan alam pikiran mereka.
“Tidak usah terlalu mengumbar ideologi dan hal-hal besar soal bangsa. Para calon gubernur bikin saja narasi kampanye, kalau pilih saya, maka bakal banyak taman yang untuk nongkrong dan selfie. Kira-kira begitu,” ujar Nanang.