Pusat Penyimpanan Data Telah Hadir di Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Penyimpanan data dengan sistem komputasi awan hybrid secara resmi sudah diluncurkan. Keistimewaan sistem ini ialah pusat penyimpanan datanya berada di Indonesia.
Sederhananya, komputasi awan atau cloud computing merupakan sistem penyimpanan data dalam jaringan (daring) atau online. Contoh yang dapat ditemui sehari-hari secara mudah berupa Google Drive, One Drive, atau Dropbox. Ketiganya termasuk dalam public cloud atau awan publik.
Pusat penyimpanan data awan publik tidak berada di Indonesia. Berbeda dengan awan hybrid yang sistemnya memungkinkan pusat penyimpanan datanya berada di dalam negeri.
Sebagai penyedia layanan komputasi awan hybrid, Telkomtelstra menggandeng Microsoft Indonesia. Keduanya siap menerapkan Azure Stack, sistem komputasi awan dari Microsoft.
Latensi atau waktu tunda pengiriman data lebih singkat, yakni sekitar 3 milidetik dan latensi berkurang karena tidak ada pengiriman data lintas negara.
Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer menuturkan, kerja sama dengan Microsoft Indonesia ini bertujuan untuk membawa komputasi awan global ke dalam Indonesia.
”Supaya lebih mudah dikontrol dan meningkatkan efisiensi dalam pengolahan data di berbagai sektor industri,” ujarnya setelah seminar di Jakarta, Rabu (20/12).
Selain itu, latensi atau waktu tunda pengiriman data lebih singkat, yakni sekitar 3 milidetik. ”Latensi berkurang karena tidak ada pengiriman data lintas negara,” kata Erik.
Kami memanfaatkan pusat data Telkomsigma karena keamanan datanya sudah terjamin dan untuk menjaga keberlanjutan bisnis.
Pusat data yang digunakan Telkomtestra memanfaatkan infrastruktur dari Telkomsigma. Letaknya berada di Serpong dan Sentul. Sistem Azure Stack sudah dipasang di kedua tempat ini. Kapasitas penyimpanan datanya mencapai 300 terrabyte per tempat.
Menurut rencana, sistem Azure Stack juga akan dipasang pada pusat data Telkomsigma di Surabaya akhir tahun 2018. ”Kami memanfaatkan pusat data Telkomsigma karena keamanan datanya sudah terjamin dan untuk menjaga keberlanjutan bisnis,” kata Erik.
Azure Stack diluncurkan sekitar bulan lalu. Seminggu terakhir, Erik mengatakan, pihaknya tengah mengurus sertifikat resmi komputasi awan ini dengan Kementerian Komunikasi dan Infromatika.
Sebenarnya, penyimpanan data dengan sistem komputasi awan dibutuhkan oleh berbagai sektor.
”Namun, kami memiliki beberapa prioritas. Pertama, sektor keuangan, seperti perbankan dan asuransi. Kedua, perusahaan multinasional, seperti minyak dan gas. Ketiga, BUMN (badan usaha milik negara) dan pemerintah,” tutur Erik.
Pada hari ini, sudah ada empat perusahaan yang sudah menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk mengimplementasikan Azure Stack.
Keempat perusahaan itu ialah PT Andal Rancang Mitra Solusi, PT Indokarya Mandiri Optima, PT Kamajaya Logistic, dan PT Sinar Pangan Indonesia. Bahkan, sudah ada tiga perusahaan lain yang berminat bekerja sama.
Sistem berlangganannya berupa pembayaran per bulan. Biayanya terdiri dari beberapa tingkat yang berdasarkan jumlah kapasitas penyimpanan data, lokasi pusat penyimpanan data, dan pelayanan pembaruan kapasitas data.
Kebijakan penggunaan komputasi awan diserahkan kepada setiap perusahaan dan sistemnya pun fleksibel untuk menyesuaikan kebijakan di perusahaan.
Direktur OCP dan SMC Microsoft Indonesia Mulia Dewi Karnadi menambahkan, kebijakan penggunaan komputasi awan diserahkan kepada setiap perusahaan. ”Sistemnya fleksibel untuk menyesuaikan kebijakan di perusahaan,” katanya.
Menanggapi kehadiran komputasi awan hybrid di Indonesia, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani P memberikan dukungannya karena menopang Indonesia untuk berkembang di era ekonomi digital.
”Data dan hasil pengolahan data nantinya akan sangat bernilai sehingga perlu disimpan di pusat data di Indonesia,” ujarnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga sedang merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012. Salah satu pokok yang direvisi ialah pusat penyimpanan data komputasi awan harus berada di Indonesia.
Kebutuhan
Berdasarkan survei yang diadakan F5 Networks, 20 persen industri di Indonesia menyadari kebutuhan komputasi awan.
Ke depannya, industri-industri ini akan melayani konsumennya dengan pendekatan yang lebih personal sehingga membutuhkan sistem komputasi awan untuk menyimpan kumpulan data tersebut.
”Ke depannya, industri-industri ini akan melayani konsumennya dengan pendekatan yang lebih personal sehingga membutuhkan sistem komputasi awan untuk menyimpan kumpulan data tersebut,” ujar Country Manager F5 Network Indonesia Fetra Syahbana.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan pendekatan pribadi, tetapi juga untuk menghadapi ekonomi digital yang tengah berlangsung. Secara global, sekitar 74 persen perusahaan membutuhkan layanan aplikasi, tiga perempatnya bahkan menggunakan lebih dari 10 aplikasi.
Tiap aplikasi akan membutuhkan penyimpanan data di suatu sistem komputasi awan. Karena itu, dibutuhkan suatu program yang dapat menghubungkan komputasi awan yang berbeda-beda. Program tersebut juga harus mampu menyeleksi data yang diberikan lintas komputasi awan.
Jangan sampai data saldo pelanggan di akun banknya ikut dikirimkan. Ada data yang bisa dibagikan, ada yang bersifat privat.
Fetra mencontohkan, pembayaran sistem transportasi dalam jaringan melalui perbankan. Data yang perlu ditautkan antarkomputasi awan penyedia jasa transportasi dan perbankan ialah data nama pelanggan.
”Jangan sampai data saldo pelanggan di akun banknya ikut dikirimkan. Ada data yang bisa dibagikan, ada yang bersifat privat,” ujarnya.
Keamanan data
Dalam sistem komputasi awan hybrid yang ditawarkan, keamanan data menjadi tanggung jawab Telkomtelstra dan Microsoft Indonesia. ”Tingkat keamanannya bertaraf internasional, di antaranya security global ISO 27001 dan standar security payment vard industry PCI-DSS,” kata Chief Product and Synergy Officer Telkomtelstra Agus F Abdillah.
Untuk keamanan pengiriman data lintas komputasi awan, diperlukan proteksi pada application programming interface (API) gateaway atau gerbang pemrograman aplikasi antarmuka.
Sementara untuk keamanan pengiriman data lintas komputasi awan, diperlukan proteksi pada application programming interface (API) gateaway atau gerbang pemrograman aplikasi antarmuka.
Menurut Fetra, perlindungan itu penting karena data yang ditansmisikan antarsistem komputasi awan melalui API gateaway.
Salah satu bentuk proteksi yang dapat diterapkan berupa memberikan firewall. Firewall memberikan akses terbatas pada data yang dikirimkan sesuai dengan tingkat privasinya. (DD09)