Dufi Sempat Mau Pinjam Rp 116 Juta untuk Bisnis Periklanan
Wajah Muhammad Ali Ramdhoni (35), yang akrab disapa Dhoni, terlihat lelah ketika ditemui, Senin (19/11/2018) siang, di Panti Asuhan Al-Khairiyah, Jakarta Utara. Sklera matanya sedikit merah karena baru tidur satu jam sejak Minggu malam. Namun, di tengah lelah dan duka, Dhoni masih bisa tersenyum dan menyapa para tamu yang silih berganti datang menyampaikan belasungkawa atas kepergian Abdullah Fitri Setiawan (43) untuk selamanya.
”Rabu (14/11/2018) kemarin lewat grup WhatsApp, Bang Dufi ngajak keluarga kumpul hari Minggu, 18 November 2018, 11.00 WIB. Caranya agak bercanda. Katanya ada syukuran di vila punya dia. Pas link gambar vila diklik, yang keluar tuh bangunan di atas tebing yang tinggi banget. Nyatanya beneran, kami tetap berkumpul sesuai undangan Bang Dufi,” kata Dhoni, adik bungsu Abdullah Fitri yang akrab disapa Dufi.
Jenazah Dufi ditemukan dalam sebuah drum, Minggu pagi, di area Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Hari itu juga, perwakilan Kepolisian Sektor Klapanunggal langsung menemui Bayu Yuniarti, istri Dufi, di kediamannya di Gading Serpong, Tangerang. Dhoni yang menemani Bayu segera meminta kakak-kakaknya datang ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk memastikan jenazah yang ditemukan polisi benar-benar Dufi.
”Dari deteksi sidik jari yang dicocokkan data KTP-el, identitas jenazah itu mengarah ke kakak saya. Istrinya pun membenarkan sepatu yang ditemukan di dekat drum memang sepatu almarhum,” kata Dhoni.
Dhoni berpendapat, keadaan jenazah kakaknya tidak wajar saat ditemukan. Tangan dan kaki Dufi terikat dengan tali di dalam drum. Ada dua luka tusuk di dada dan pinggang serta luka menganga di lehernya. Pipi kirinya juga lebam akibat pukulan.
Celana dan singlet yang dikenakan koyak, sementara ponsel, dompet, ransel, dan segala jenis identitas serta kartu-kartu lain hilang dari kantong Dufi. Hal yang masih belum dapat dimengerti Dhoni adalah mobil Kijang Innova putih yang dikendarai Dufi dan diparkir di Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan, juga raib. Minggu malam, Kepala Unit Reserse Kriminal Polres Bogor telah mencatat keterangan tersebut dari keluarganya.
”Semua hilang. Polisi bilang, masih meminta waktu untuk mencari motif. Kalau memang mau menodong, kakak saya enggak pernah bawa uang banyak. Kalau mau ngambil mobilnya, kan, tinggal ke parkiran,” kata Dhoni. Di samping itu, lokasi penemuan jenazah Dhoni di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, juga mengundang tanya.
Jumat (16/11/2018) pagi, Dufi berangkat kerja dengan mobil Kijang Innova putih yang akan diparkir di Stasiun Rawa Buntu sebelum berpindah moda ke kereta rel listrik. Nurlailah Qodriaty (48), kakak Dufi, mengatakan, Dufi sempat mengirimkan pesan singkat kepada Bayu bahwa ia menuju kantor TVMu, Jakarta Pusat, dengan kereta. ”Setelah itu, istrinya sudah tidak khawatir karena adik saya sudah biasa tidak pulang sehari atau dua hari,” kata Nurlailah.
Jumat (16/11/2018) pagi, Dufi berangkat kerja dengan mobil Kijang Innova putih yang akan diparkir di Stasiun Rawa Buntu sebelum berpindah moda ke kereta rel listrik.
Sales Manager TV Muhammadiyah (TVMu) Maheso Jenar (33) mengatakan sudah membuat janji bertemu dengan Dufi di kantor untuk rapat. ”Pukul 10.30, saya kirim WhatsApp Mas Dufi, centang dua (sudah diterima) tapi enggak dibales. Kalau Mas Dufi enggak bales, kami sudah paham artinya dia sakit karena vertigo beliau sering kambuh,” katanya.
Kekhawatiran tentang keberadaan Dufi mulai muncul, Sabtu (17/11/2018). Dhoni mengatakan, pesan Bayu via WhatsApp ke Dufi hanya terkirim, tetapi tidak diterima. Setelah itu, kepolisian pun memberikan kabar tersebut kepada keluarga Dufi.
Anggota Unit Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Bogor Aiptu Cece mengatakan, pihaknya masih berupaya mengungkap hal-hal seputar penemuan jenazah. Beberapa barang bukti milik korban, seperti cincin dan fotokopi BPKB mobil, telah dibawa sebagai barang bukti.
”Saat ini, informasi dari korban masih sangat sedikit karena mungkin masih suasana berkabung. Namun, kami akan usahakan sebaik-baiknya mengungkap pembunuhan ini. Kami juga merasakan duka keluarga,” kata Cece.
Tidak menyangka
Nurlailah tidak menyangka adiknya akan menjadi korban pembunuhan dengan cara sekeji itu. Ia mengenal Dufi sebagai orang yang ramah, suka bercanda, sederhana, menyayangi keluarga, dan tidak memilki musuh sama sekali dalam pekerjaannya. ”Dia pribadi yang tegas, tetapi suka bercanda dengan keluarga, juga menyayangi anak-anaknya,” kata Nurlailah.
Dufi adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Dengan Bayu, ia memiliki enam anak, tiga putri dan tiga putra. Meski lulusan jurusan teknik mesin dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, ia memilih jalur karier jurnalistik.
Selama itu, ia berpindah kerja di lima kantor berita hingga akhirnya menetap di TVRI sebagai staf ahli ketua Dewan Pengawas. Ia juga menjadi tenaga lepas (freelancer) bidang pemasaran di TVMu.
Sebelum menetap di kedua kantor tersebut, ia telah berpindah haluan karier dari reportase ke pemasaran. Di luar kantor media, ia mengurus Yayasan Pendidikan Al-Ikhlas milik ayahnya serta memiliki bisnis periklanan.
Maheso mengatakan, pembunuhan rekannya nyaris tidak masuk akal karena Dufi tidak memiliki musuh terkait pekerjaannya. Ia juga dikenal sebagai orang yang selalu shalat lima waktu serta menjadi motor antusiasme rekan-rekan kerja demi mencapai target pemasaran. Sehari sebelum hilang kontak, Dufi masih sempat pergi meliput salah satu pabrik minuman di Cibitung, Kabupaten Bekasi, terkait advertorial.
Bermaksud pinjam uang Rp 116 juta
Dhoni mengungkapkan, Dufi sedikit tertutup tentang pekerjaannya dan tidak pernah menceritakan masalah apa pun, baik kepada keluarga besar maupun istrinya. Menurut dia, semua tampak baik-baik saja.
”Pak Arief Hidayat Thamrin (Ketua Dewan Pengawas TVRI) bilang, tidak ada masalah apa pun di kantor. Cuma, sebulan lalu dia bilang mau pinjem uang Rp 116 juta buat usaha periklanannya, tapi saya enggak punya uang segitu,” kata Dhoni.
Pak Arief Hidayat Thamrin (Ketua Dewan Pengawas TVRI) bilang, tidak ada masalah apa pun di kantor. Cuma, sebulan lalu dia bilang mau pinjem uang Rp 116 juta buat usaha periklanannya, tapi saya enggak punya uang segitu.
Ibu Dufi, Ida Hamidah (65), mengatakan, Dufi seperti tidak pernah menghadapi masalah berarti dalam pekerjaan. Terakhir, ia hanya meminta pinjaman uang Rp 116 juta kepada orangtua dan saudara-saudaranya. Kata Ida, pinjaman tersebut terkait proyek Dufi di TVMu. Seperti Dhoni, Ida juga tidak dapat memberikan pinjaman tersebut.
Ketika menghubungi ibunya, Dufi sering kali hanya bercerita tentang proyek-proyeknya sekaligus meminta doa restu ibunya.
”Apa salah anak saya? Dia ini orang yang baik. Semoga kasus ini cepat terungkap dan pelaku dihukum yang setimpal,” kata Hamidah.
Jenazah Dufi dikebumikan Senin pagi di TPU Budi Darma, Semper Timur, Jakarta Utara. Di hari itu pula, anak kelima Dufi, Ibrahim Jamal Al-Mashuri merayakan ulang tahun kedelapan. Permintaan anak pertama Dufi, Nabilah Rifdah (16), untuk pulang dari pondok pesantren menjelang ulang tahun ke-17 pada 28 November mendatang pun terwujud.
Hadir pula teman-teman Dufi mulai dari rekan kerja, teman SMP, hingga anggota sejumlah organisasi Muhammadiyah yang diikutinya. Panti Asuhan Al-Khairiyah yang didirikan almarhum kakek Dufi, KH Zarqoni, pun dipilih menjadi tempat terdekat bagi keluarga dan teman-teman Dufi untuk berkumpul. Akhirnya, kepergian Dufi, meski memilukan, dapat dihadapi dengan tegar dalam kebersamaan. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)