Arab Saudi Umumkan Miliki Cadangan Minyak Sebesar 268,5 Miliar Barel
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
RIYADH, KAMIS — Kerajaan Arab Saudi mengumumkan adanya sedikit peningkatan dalam cadangan minyak dan gas mentahnya setelah diaudit secara independen, Rabu (9/1/2019). Cadangan minyak Arab Saudi telah lama diketahui menjadi yang terbesar di dunia, tetapi hanya sedikit detail informasi yang telah diumumkan kepada publik.
Kementerian Energi Arab Saudi melalui pernyataan yang dirilis kantor berita SPA, Rabu (9/1/2019), mengungkapkan bahwa cadangan minyak dan gas Arab Saudi berkisar 268,5 miliar barel minyak dan 325,1 triliun kaki kubik gas per akhir tahun 2017. ”Hasil ini memperlihatkan bahwa cadangan minyak dan gas kerajaan lebih besar daripada yang pernah kami umumkan,” kata Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dalam konferensi pers di Riyadh.
Audit eksternal terhadap cadangan minyak dan gas Arab Saudi dimulai sebagai bagian dari persiapan penawaran saham perdana (IPO) perusahaan minyak milik pemerintah, Aramco. Audit itu juga menepis skeptisisme di kalangan industri minyak terkait jumlah cadangan migas yang dimiliki negara tersebut. Selain itu, audit juga memberikan jaminan terhadap para investor potensial Aramco jika IPO—yang sempat tertunda—jadi dilaksanakan.
Selama hampir 30 tahun, dengan peningkatan produksi serta perubahan besar dalam harga minyak dan peningkatan teknologi, Riyadh setiap tahun melaporkan jumlah cadangan yang sama di sekitar 261 miliar barel. Data tahun 2017 untuk cadangan minyak mentah itu lebih besar daripada total 260,8 miliar barel yang dilaporkan Aramco pada laporan keuangan tahun 2016.
”Sertifikasi ini menggarisbawahi alasan mengapa setiap barel yang kami produksi adalah yang paling menguntungkan di dunia, dan alasan mengapa kami yakin Saudi Aramco adalah perusahaan terbaik di dunia,” ujar Falih dalam pernyataan.
Falih mengatakan, ongkos produksi Aramco hanya 4 dollar AS per barel. Informasi detail produksi seperti ini jarang diungkapkan Arab Saudi. Sebagai perbandingan, menurut para ahli industri, dibutuhkan biaya antara 30 dollar AS dan 50 dollar AS untuk memproduksi satu barel minyak shale AS.
Ongkos produksi Aramco hanya 4 dollar AS per barel.
Untuk pertama kali pula, Arab Saudi mengonfirmasi bahwa perusahaan konsultan DeGolyer and MacNaughton yang berbasis di Dallas adalah pihak yang melakukan audit cadangan migas mereka. Perusahaan tersebut mengevaluasi 54 reservoir utama minyak yang dioperasikan Aramco, dari 368 reservoir dalam portofolionya.
Menurut DeGolyer, reservoir minyak itu memiliki kandungan 213,1 miliar barel cadangan minyak. Estimasi internal Aramco semula menyebutkan, kandungan minyak di reservoir itu 210,9 miliar barel.
Investasi gas alam cair
Harian The Wall Street Journal secara terpisah mengungkapkan, Arab Saudi siap mencapai kesepakatan untuk berinvestasi dalam gas alam cair di Amerika Serikat. Jika hal itu tercapai, bakal menjadi sebuah keputusan penting bagi pemerintahan kerajaan itu. Pada masa lalu, Arab Saudi menjadi pemasok energi yang sangat besar bagi AS.
Saudi Arabian Oil Co, atau yang dikenal sebagai Aramco, telah mempersempit fokusnya pada setidaknya empat proyek LNG AS. Merujuk keterangan sejumlah sumber, perseroan diproyeksikan mengumumkan kesepakatan pada semester pertama tahun ini.
Adapun perusahaan yang dipertimbangkan Riyadh, antara lain, Tellurian Inc., pengembang LNG yang berbasis di Houston yang dikenal mempunyai keinginan mengirim gas dari terminal kayu apung yang direncanakan di Louisiana. Selain itu, Sempra Energy di San Diego, yang mengembangkan lima proyek LNG antara AS dan Meksiko, juga telah berdiskusi dengan Aramco mengenai proyek Port Arthur di Texas. Sumber lain juga menyebutkan, Aramco sedang mempertimbangkan kepemilikan saham dalam proyek-proyek itu.
Namun, sejauh ini belum ada kejelasan berapa nilai investasi potensial itu. Aramco sendiri hingga saat ini tidak segera menanggapi permintaan tanggapan terkait hal tersebut.
Seorang perwakilan untuk Tellurian mengatakan, pihaknya tidak mengomentari transaksi komersial. Seorang perwakilan untuk Sempra Energy mengatakan, ”Kami memiliki minat yang kuat pada Port Arthur LNG dari pembeli dan investor LNG global, tetapi tidak dapat mengomentari diskusi komersial apa pun.” (REUTERS)