Tokoh Agama Harus Jadi Perekat Umat
JAKARTA, KOMPAS — Menghadapi situasi politik yang memanas jelang dua bulan pemilu, tokoh agama diharapkan mampu menjadi perekat umat. Selain itu, tokoh agama sebaiknya tidak mencampur aduk kepentingan politik dalam khotbah agama.
Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) wilayah DKI Jakarta Pendeta Manuel Raintung menuturkan, kewajiban tokoh agama adalah untuk menciptakan harmonisasi di tahun politik.
”Tokoh agama harus mampu menjadi perekat antarumat di tengah tensi politik yang sedang memanas ini,” ujarnya dalam forum komunikasi tokoh lintas agama di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Berdasarkan data indeks kota toleransi yang dirilis oleh Setara Institute akhir tahun 2018, Jakarta masuk ke dalam 10 kota dengan skor toleransi terendah. Kesepuluh kota itu adalah Sabang (3,757), Medan (3,710), Makassar (3,637), Bogor (3,533), Depok (3,490), Padang (3,450), Cilegon (3,420), Jakarta (2,880), Banda Aceh (2,830), dan Tanjung Balai (2,817).
Nilai tersebut berdasarkan kajian dalam rentang waktu November 2017 hingga Oktober 2018 yang dilakukan di 94 kota. Penilaian didasarkan pada empat variabel, yakni regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, pernyataan tindakan aparatur pemerintah kota tersebut, tingkat peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan, serta upaya kota tersebut dalam tata kelola keberagaman identitas keagamaan warganya.
Manuel mengatakan, seharusnya nilai-nilai kedamaian dan kerukunan yang ada dalam agama memberi pengaruh positif pada kondisi politik di Indonesia. ”Bukan malah sebaliknya, kondisi politik yang memperkeruh kondusivitas kegiatan beragama.
Baca juga: Tokoh Lintas Agama Berperan Ciptakan Pemilu Damai
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) wilayah Jakarta Liem Wira Wijaya menuturkan, agama Buddha tidak mengajarkan untuk mencampur aduk urusan politik dalam kegiatan beragama.
”Politik dan agama merupakan sesuatu yang berbeda karena politik sarat dengan hal yang ingar bingar, sedangkan agama sarat dengan kesucian. Oleh sebab itu, tidak boleh dicampur aduk untuk menjaga kesucian dari agama,” tuturnya.
Liem mengatakan, semenjak Pilkada Jakarta 2017, Indonesia khususnya kota Jakarta dihadapkan dengan beragam tindakan intoleransi yang mengancam kerukunan. Oleh sebab itu, tokoh agama juga harus menyampaikan pesan-pesan perdamaian dalam setiap khotbahnya.
Ketua Forum Kemitraan Religi Kamtibmas (FKRK) Robi Nurhadi mengatakan, silaturahmi antartokoh agama dan sesama umat diperlukan sebagai perekat toleransi.
”Silaturahmi itu berasal dari kata shilah yang artinya kerabat dan ar-rahim yang berarti kasih sayang. Selain itu, istilah rahim itu juga identik dengan rahim yang dimiliki seorang ibu yang kuat dalam menjaga kandungan bayinya. Saya berharap agar silaturahmi bisa menciptakan kasih sayang yang kuat,” katanya.
Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigjen Wahyu Hadiningrat mengatakan, tokoh agama harus mampu menjadi penyebar kabar kebenaran di tengah derasnya hoaks yang beredar di masyarakat. Menurut dia, tokoh agama memiliki umat yang sangat banyak dan tidak mungkin dijangkau oleh Polri jika bekerja sendirian.
”Selain itu, tokoh agama harus mampu menjadi penyejuk di tengah tensi politik yang sedang menghangat,” ucapnya.
Baca juga: Tokoh Lintas Agama Tolak Rumah Ibadah Jadi Tempat Kampanye
Berdasarkan data dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), pada masa kampanye Pemilu 2019, konten agama juga digiring menjadi komoditas politik. Ketua Komite Litbang Mafindo Santi Indra Astuti mencontohkan, Oktober lalu, hoaks agama menyentuh titik tertinggi dengan 19 konten. Peningkatan jumlah itu tidak lepas dari isu pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid pada upacara peringatan Hari Santri di Limbangan, Garut, Jawa Barat.
”Peristiwa agama menghadirkan efek bola saljunya besar karena banyak rangkaian misinformasi dan disinformasi yang hadir. Ada yang dikaitkan dengan komunitas, dalil agama, tokoh agama, hingga afiliasi politik tokoh atau organisasi keagamaan tertentu,” kata Santi Indra Astuti (Kompas, 12 Februari 2018).