Eropa-AS Kecam Keras Tindakan Militer Pro-Maduro Memblokade Bantuan
Oleh
MYRNA RATNA
·3 menit baca
CUCUTA, MINGGU -- Uni Eropa dan beberapa negara, Minggu (24/2/2019), mengecam keras pemerintahan Presiden Nicolas Maduro yang menggunakan kekerasan dan memanfaatkan para pendukung bersenjata dalam memblokade masuknya bantuan kemanusiaan ke Venezuela. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut, hari-hari kekuasaan Maduro bisa dihitung dan segera berakhir.
"Kami menolak penggunaan kelompok-kelompok bersenjata untuk mengintimidasi warga sipil dan anggota parlemen yang turun tangan untuk menyalurkan bantuan," kata Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, yang beranggotakan 28 negara.
Kecaman serupa juga dilontarkan Brasil. Pemerintah Brasil menyebut tindakan pemerintahan Maduro sebagai "tindakan kriminal". Mereka menyeru masyarakat internasional untuk bekerja sama "membebaskan" Venezuela.
Di Washington DC, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meyakini, hari-hari pemerintahan Presiden Nicolas Maduro bisa dihitung dengan jari. "Memprediksi adalah hal yang sulit, Menyebut jumlah hari secara pasti itu tidak mudah. Saya yakin, rakyat Venezuela bakal memastikan bahwa hari-hari Maduro bisa dihitung," ujar Pompeo dalam program "State of the Union" televisi CNN.
Sabtu (23/2/2019) waktu setempat atau Minggu WIB, militer pendukung Presiden Venezuela Nicolas Maduro memblokade konvoi bantuan kemanusiaan yang datang dari perbatasan Kolombia dan Brasil. Blokade itu berujung pada bentrokan antara militer dan para aktivis. Sedikitnya dua orang tewas dan ratusan orang luka-luka.
Pemimpin oposisi Juan Guaido kemarin tidak memaksa para pendukungnya untuk terus mengawal bantuan pangan memasuki Venezuela. Guaido akan bertemu dengan Wakil Presiden AS Mike Pence, Senin ini, di Bogota, Kolombia.
Guaido, yang bulan lalu mendeklarasikan dirinya sebagai pejabat presiden dan langsung didukung oleh 50 negara di dunia, tak henti mengimbau militer untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan melewati perbatasan.
"Seberapa banyak dari Anda, tentara nasional, yang ibunya sedang sakit? Seberapa banyak dari Anda yang anak-anaknya ke sekolah tanpa bekal makanan? Anda tidak harus tunduk kepada tokoh yang kejam, yang menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke negara kita," kata Guaido.
Dalam drama yang mencekam itu, sebanyak 60 tentara mengizinkan bantuan masuk, dan mereka sekaligus menyatakan membelot dari militer Venezuela serta bergabung ke Kolombia. Para tentara ini mengacungkan senjata ke atas kepala sebagai tanda menyerah dan berjalan ke arah perbatasan Kolombia.
Dalam video yang disiarkan pemerintah Kolombia, sejumlah tentara muda itu kemudian diperintahkan tengkurap di tanah untuk diperiksa petugas imigrasi Kolombia. "Berhari-hari saya memikirkan langkah ini. Terlalu banyak ketidakpuasan di dalam tubuh militer, namun juga terlalu banyak ketakutan," kata seorang tentara yang membelot.
Guaido, yang sebelumnya mengatakan akan memberikan amnesti kepada para tentara yang bergabung dalam kubu oposisi, menyatakan bahwa tindakan puluhan tentara Venezuela itu sebagai langkah berani. "Mereka tidak melakukan desersi. Mereka memutuskan untuk memihak rakyat dan konstitusi," kata Guaido.
Sejumlah truk dalam iring- iringan kendaraan yang berhasil melewati perbatasan tetap dihadang militer. Di perbatasan Urena, bantuan bahkan dibakar. Para aktivis berupaya menyelamatkan bantuan dengan membentuk rantai manusia dari sisi wilayah Kolombia ke jembatan yang menghubungkan kedua negara.
"Mereka membakar bantuan kemanusiaan dan menembaki rakyat sendiri. Itu definisi kediktatoran," kata David Hernandez, yang mengalami luka pada kepala akibat bentrokan.
Selama berminggu-minggu pemerintahan Presiden Donald Trump dan negara-negara di Amerika Latin mengumpulkan bahan bantuan pangan dan kesehatan di tiga perbatasan Venezuela.
Maduro membantah bahwa negaranya membutuhkan bantuan pangan serta menuduh Guaido sebagai boneka Washington dan memanipulasi bantuan untuk kepentingan politik. "Kesabaran saya sudah habis," kata Maduro.
Ia memutuskan hubungan politik dengan Kolombia karena mengizinkan wilayahnya digunakan untuk "menyerang" Venezuela. Ia meminta para diplomat Kolombia meninggalkan Venezuela dalam waktu 24 jam.