BOLAANG MONGONDOW, KOMPAS — Pencarian korban tambang longsor di Desa Bakan, Kecamatan Loyalan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Jumat (1/3/2019), terus dilanjutkan. Namun, proses evakuasi manual dihentikan karena dinilai membahayakan tim pencari gabungan.
Kepala Seksi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Manado Djefri Mewo mengatakan, proses pencarian dan evakuasi manual dihentikan karena dapat membahayakan regu pencari. Alat berat yang dipinjam dari perusahaan tambang emas PT Jaya Resources Bolaang Mongondow (JRBM) mulai disiapkan Jumat ini.
Lokasi lubang tambang emas tradisional yang longsor diduga masih di dalam konsesi PT JRBM tapi di sisi terluar. ”Kalau (evakuasi) dengan cara manual, sudah membahayakan dan tidak memungkinkan. Selain itu, juga tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan. Jadi, nanti kita lanjutkan dengan alat berat,” tutur Djefri Mewo, di Desa Bakan, Kecamatan Loyalan, Jumat.
Longsor terjadi pada Selasa (26/2/2019) pukul 21.10 Wita saat sekitar 60 orang berada di dalam lubang tambang emas ilegal di Desa Bakan, Bolaang Mongondow. Tiang dan papan penyangga lubang galian tiba-tiba patah akibat kondisi tanah yang labil. Tanah dan bebatuan yang longsor pun menimbun para petambang.
Hingga Kamis atau hari ketiga pencarian, evakuasi petambang dari dalam lubang tambang emas ilegal tersebut terkendala bebatuan dan tanah yang labil di dalam lubang. Selain itu, mulut lubang tambang terletak di tepi medan terjal sehingga menyulitkan pergerakan untuk mengevakuasi korban.
Saat mengevakuasi korban, petugas khawatir jika sewaktu-waktu terjadi longsor susulan karena kondisi bebatuan yang labil dan peka terhadap getaran. ”Kalau sampai ada longsor, kami pasti ikut tertimbun di dalam lubang,” ujar Dwi Oktavianus, anggota Kantor SAR Manado, yang turut masuk ke lubang untuk mengevakuasi petambang.
Evakuasi dilakukan sekitar 200 personel yang tergabung dalam regu pencari terdiri dari petugas Badan SAR Nasional, tentara, kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolaang Mongondow, tentara, kepolisian, dan regu tanggap darurat PT JRBM.
Petugas khawatir jika sewaktu-waktu terjadi longsor susulan karena kondisi bebatuan yang labil dan peka terhadap getaran.
Pada Jumat dini hari hingga siang, belum ada korban yang dapat dievakuasi karena pencarian manual dihentikan. Tim pencari gabungan bersama pegawai PT JRBM fokus untuk membuatkan jalan bagi alat berat agar dapat mendekat ke lokasi lubang tambang yang longsor.
Berdasarkan data terbaru yang dihimpun BPBD Bolaang Mongondow, Basarnas, TNI, dan Polri, hingga Jumat pagi, sebanyak 28 petambang sudah dievakuasi dengan 8 orang di antaranya meninggal. Sebanyak 19 korban yang selamat kebanyakan mengalami luka berat.
Data korban meninggal yang tercatat antara lain Rifai Mamonto, Julfikran Makainda, Erwin Paputungan, Waldi Tiwang, Muksa Mamonto, Martoni Asiking, Teddy Modokompit, dan Abdul Pitres Larene.