Harga Karet Tak Stabil, Petani Beralih Tanam Kelapa Sawit
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
SEKAYU, KOMPAS — Sejumlah petani memilih menebang pohon karet mereka karena harga karet yang terus turun. Mereka menggantinya dengan tanaman kelapa sawit yang dinilai lebih menguntungkan. Sejumlah cara yang dilakukan untuk mendongkrak harga karet belum bisa meyakinkan petani untuk tetap mengandalkan komoditas itu.
Medi (43) merupakan salah satu petani yang memutuskan menebang tanaman karet di lahan seluas 13 hektar dan menggantinya dengan kelapa sawit karena harga yang tak kunjung membaik sejak 2013. ”Harga karet tak kunjung membaik, saya putuskan mengganti tanaman dengan kelapa sawit,” ucapnya, Sabtu (16/3/2019).
Sisa-sisa tanaman karet masih terlihat di antara lahan sawit yang baru tumbuh sejak setahun lalu. ”Walau harga sawit belum optimal, harganya masih jauh lebih baik dibandingkan karet,” katanya.
Pada tahun ini saja, ujar Medi, harga karet tidak lebih dari Rp 6.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan pada 2013 saat harga karet berkisar Rp 13.000- Rp 15.000 per kg. Menurut dia, masa jaya karet terjadi pada 2009 saat harganya berkisar Rp 20.000-Rp 23.000 per kg.
Berdasarkan data Pusat Penelitian Karet di Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), setiap 100 batang kayu tanaman karet yang telah tua dan telah diolah dapat dijual sekitar Rp 16 juta. Dalam 1 hektar, ada sekitar 500 batang karet yang bisa ditanam, (Kompas 11/12/2018).
Namun, ujar Medi, dana tersebut belum cukup untuk membuka lahan sawit baru yang diperkirakan mencapai Rp 50 juta per hektar. Menurut dia, sejak harga karet turun, dia sangat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena saat ini untuk mendapatkan 1 kilogram beras petani harus mengumpulkan 2 kg getah karet. ”Tentu kondisi ini tidak begitu menguntungkan,” ucapnya.
Pada kedatangannya ke Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3/2019), Presiden Joko Widodo menekankan hilirisasi karet untuk meningkatkan penyerapan karet dalam negeri. Karet dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beberapa produk lain.
Ketua Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Eddy mengungkapkan, penggunaan karet di dalam negeri masih minim. Berdasarkan data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (ANRPC), produksi karet alam di Indonesia pada 2018 mencapai 3,4 juta ton.
Dari jumlah tersebut, hanya 660.000 ton yang diserap untuk kebutuhan dalam negeri. Alex mengatakan, tidak hanya untuk pembuatan aspal, pemerintah perlu mendorong penggunaan karet untuk kebutuhan lain, seperti pembuatan bantalan rel, konblok, atau bantalan di dermaga.
Sejak harga karet turun, Medi sangat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena saat ini untuk mendapatkan 1 kg beras petani harus mengumpulkan 2 kg getah karet.
Selain itu, Presiden juga menekankan pembangunan sejumlah pabrik yang menghasilkan produk berbahan karet untuk dibangun di sentra produksi seperti Sumsel. Selain itu, kesepakatan antara tiga produsen karet, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand, sebesar 240.000 ton diharapkan mendongkrak harga karet di pasar internasional.
Tak hanya pemerintah pusat, pemerintah provinsi Sumsel juga melakukan segala upaya untuk mendongkrak harga karet di tingkat petani. Salah satunya melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang saat ini berjumlah 177 unit di Sumsel.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengatakan, keberadaan UPPB diharapkan mendongkrak harga karet di tingkat petani. Lewat UPPB, pihak pabrik bisa langsung membeli karet dari petani sehingga rantai perdagangan dapat dipangkas.
Hal ini sudah terbukti. Harga karet yang dijual melalui sejumlah UPPB lebih tinggi dibandingkan melalui tengkulak. ”Perbedaannya mencapai Rp 2.000 per kg,” kata Rudi. Namun, diakuinya, keberadaan UPPB belum optimal karena baru menampung sekitar 6 persen dari total produksi karet di Sumsel.
Walau berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan harga karet, dampaknya belum terasa hingga ke petani. ”Kami akan kembali menanam karet jika harganya telah membaik,” ucap Medi.