Ketika Pendiri ”Kompas” Mengingat Kumis hingga Pemikiran Begawan BUMN
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
”Bawaan orang tua, mudah lupa, baru setelah dipicu beberapa pertanyaan pancingan tentang sosok yang pernah populer dengan julukan ’manajer satu miliar’, spontan saya ingat kumisnya, dan pemikiran-pemikiran segar yang disampaikannya secara lugas dan jelas”.
Begitulah bunyi kalimat pertama dari paragraf ketiga tulisan pendiri Kompas, Jakob Oetama, dalam buku A Tribute to Tanri Abeng: Begawan Manajemen Indonesia. Buku yang dipersembahkan untuk Menteri Pendayagunaan BUMN Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan ini diluncurkan dalam Anugerah BUMN 2019 di Jakarta, Kamis (28/11/2019) malam.
Tulisan Jakob Oetama ini berjajar pada bagian ”di mata sahabat”. Jakob diminta menulis sebagai sahabat Tanri Abeng. Dalam tulisannya, dia mengenang, Tanri beberapa kali diundang dalam diskusi panel ahli ekonomi Kompas tahun 1990-an untuk menyampaikan masukannya.
Dalam diskusi itu, Jakob menuliskan, Bung Tanri memberikan masukan berdasarkan aktivitas manajemennya di lembaga pemerintahan ataupun lembaga bisnis berskala nasional dan internasional. Setelah tahun 2000-an, dia jarang bertatap muka dengan Tanri. Meskipun demikian, dia tetap merasa bertemu Tanri melalui pemikiran tentang ilmu manajemen dan kegiatannya dalam pemerintahan, bisnis, ataupun pendidikan.
Bawaan orang tua, mudah lupa, baru setelah dipicu beberapa pertanyaan pancingan tentang sosok yang pernah populer dengan julukan ’manajer satu miliar’, spontan saya ingat kumisnya, dan pemikiran-pemikiran segar yang disampaikannya secara lugas dan jelas.
Dalam pandangan Jakob, Tanri membangun teori manajemen berdasarkan pengalaman, tidak berangkat dari teori-teori besar dari luar. Kepada Jakob, Tanri mengaku terinspirasi dari Peter F Drucker, ahli manajemen AS.
”Bung Tanri membawa grand theory dari luar itu ke bumi Indonesia. Ilmu manajemen yang dia kembangkan didasarkan atas pengalaman lapangan, disesuaikan dengan kondisi dan kultur Indonesia”, tulisnya.
Salah satu gagasan Tanri yang berkesan bagi Jakob ialah Indonesia Incorporated. Jakob berpendapat, gagasan ini dikenalkan Tanri untuk mengubah paradigma BUMN dari birokrasi pemerintah menjadi lembaga bisnis.
Jakob juga teringat pada salah satu tulisan Tanri dalam buku Profesi Manajemen (Penerbit Gramedia, 2006). Tulisan itu berbunyi, ”Sesungguhnya hanya manajemen yang mampu menciptakan nilai tambah untuk kemakmuran sebuah negara-bangsa”.
Pemikiran dan interaksi dengan Tanri membuat Jakob yakin, ilmu manajemen itu perlu dan niscaya. Praktiknya pun tidak meninggalkan sikap dasar etika bisnis bahwa laba dikejar dan diperoleh secara etis.
Salah satu gagasan Tanri yang berkesan bagi Jakob Oetama ialah Indonesia Incorporated.
Oleh sebab itu, di akhir tulisan, Jakob menyematkan gelar ”begawan” sekaligus ”profesor” untuk mengapresiasi kepakaran Tanri yang mengembangkan ilmu manajemen di Indonesia. Bahkan, Jakob berpendapat, mengapa tidak sekalian ”doktor kehormatan” yang dia percaya lebih mencerminkan kepakaran seorang Tanri.
Selepas peluncuran buku itu, Tanri mengungkapkan rasa terkejutnya. ”Ini benar-benar surprise karena (buku ini) mengumpulkan pendapat dari akademisi, rekan sejawat, dan wartawan. Apa pun yang mereka tulis, saya yakin pasti berasal dari hati mereka. Terima kasih,” tuturnya.
Manajemen kepemimpinan
Dalam kesempatan yang sama, Tanri mengatakan, resep manajemen yang dia refleksikan berasal dari pengetahuan dan pengalamannya. Dia berprinsip, manajemen tak bisa dipisahkan dari kepemimpinan, seperti dua sisi mata koin.
Peluncuran buku itu juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil. ”Tanri adalah salah satu idola. Kalau ditanya mau jadi apa, saya jawab, mau jadi Tanri Abeng,” ucap Rudiantara.
Lewat pidatonya, Sofyan mengenang pertemuan pertamanya dengan Tanri. ”Saat itu, Pak Tanri mencari orang yang mampu menghadapi demonstran saat reformasi tengah berlangsung. Saya ingat, pada hari Sabtu, saya makan siang bersama Pak Tanri sambil membawa CV (curriculum vitae). Hari Senin, saya sudah diangkat menjadi staf ahli menteri. Di hari Senin itu pula, saya sudah langsung menghadapi demonstran,” katanya.
Menurut Sofyan, Tanri berhasil menemukan talenta dalam diri Sofyan sehingga dia mampu mengembangkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, dia mengatakan, Tanri layak dipanggil sebagai seorang begawan.
Mengutip prinsip Tanri, manajemen dan kepemimpinan berjalan beriringan. Prinsip ini seyogianya turut tumbuh dalam diri pribadi-pribadi yang tengah berjuang memajukan bangsa dan negara Indonesia.