Pembukaan Jalur Pendakian Tak Sampai Segara Anak dan Puncak
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, memastikan jalur pendakian Gunung Rinjani bakal dibuka lagi kendati tidak akan sampai Danau Segara Anak dan puncak gunung. Namun, pembukaan jalur perlu disurvei lagi demi keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Sudiyono, Kamis (11/4/2019) di Mataram, Lombok, Tim Gabungan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung, Badan Meteorologi dan Geofisika, TNI-Polri, dan perwakilan pemandu trekking, dan porter, telah melakukan survei untuk memetakan jalur pendakian Desa Sembalun, Lombok Timur dan Desa Senaru Lombok Utara, 16-17 Maret.
Namun survei terhenti di tengah jalan, menyusul gempa 17 Maret bermagnitudo 5,4. Akibatnya, pendakian yang mestinya dibuka 1 April dibatalkan demi keselamatan pengunjung. Terlebih, gempa disebabkan aktivitas sesar lokal sekitar Gunung Rinjani yang selama ini tidak pernah terjadi. Adapun cuaca di kawasan tersebut juga belum normal sehingga membahayakan keselamatan pengunjung.
Pembukaan jalur perlu disurvei lagi demi keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Hasil survei di jalur pendakian Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, didapati 14 titik kerusakan pada jalur pendakian Sembalun hingga Pelawangan Sembalun. Tiga titik rusak berat. Selain itu sumber mata air yang bisa dimanfaatkan para pendaki juga lenyap. Pada jalur pendakian Senaru juga ditemukan retakan di Pos II. Selain itu, jalur ke Danau Segara Anak terputus, tidak bisa dilewati.
“Pada akhirnya nanti jalur pendakian akan dibuka, namun kami masih menunggu teman-teman dari Vulkanologi untuk survei. Saya perkirakan survei dilakukan pada minggu ketiga hingga keempat April,” ujar Sudiyono. Dari hasil survei dan evaluasi itu ditentukan kepastian pembukaan jalur pendakian.
Sudiyono mengungkapkan, jika pendakian dibuka, tidak akan sampai ke Danau Segara Anak (kaldera) dan puncak Rinjani. Paalnya, jalur pendakian ke danau hilang tertimbun batu dan tanah longsor sehingga sangat riskan bagi para pendaki.
“Pendakian dari pintu masuk Desa Senaru hanya sampai Pelawangan Senaru. Sedangkan dari Desa Sembalun sudah ada petanya, tapi belum dipublikasi,” kata Sudiyono. Dia juga mengaku sudah menerima surat permohonan dari Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar agar jalur pendakian Desa Senaru dibuka.
Ketua Asosiasi Tour Operator Senaru/ATOS, Sumatim, mengatakan, sudah melayangkan surat ke Bupati Lombok Utara dan BTNGR, meski belum ada jawaban. Dalam surat itu, sebanyak 70 orang Tour Operator, pemandu, dan sekitar 1.000 orang porter sepakat melakukan pendakian sampai Pelawangan Senaru. Mereka tidak berkemah di Pelawangan yang merupakan bibir kaldera, tetapi di lokasi Cemara Lima.
“Itu mengacu rumusan hasil survei sebelumnya. Salah satu poin dikatakan jalur pendakian Senaru layak didaki sampai Pelawangan,” ujar Sumatim.
Pembukaan jalur pendakian Rinjani dari pintu masuk Desa Senaru juga perlu mempertimbangkan perekonomian masyarakat yang hilang selama 10 bulan sejak pendakian ditutup.
“Mau jual paket trekking tidak berani, karena pendakian ditutup. Padahal melalui media daring banyak yang bertanya ingin ke Rinjani. Tetapi mau jual paket trekking pendakian ditutup. Saya jadi pengangguran. Apalagi 10 kamar penginapan rubuh, rata dengan tanah,” tutur Sumatim.
Katni, perempuan pemandu pendaki ke Rinjani, warga Desa Senaru, juga mengaku, tamu yang datang hanya satu hingga dua orang dalam sebulan. “Saya lagi jalan temani tamu ke Hutan Adat, mau lihat-lihat pemandangan, mau bikin paket field rice trip,” katanya.