Diduga Kelelahan, Empat Petugas KPPS di Sumsel Meninggal
Empat panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di Sumsel meninggal dunia diduga kelelahan setelah melakukan penghitungan suara. Dua orang meninggal pada Kamis (18/4/2019), satu hari setelah penyelenggaraan pemungutan suara serentak, adapun dua yang lain meninggal setelah sempat dirawat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS — Empat panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di Sumsel meninggal dunia diduga kelelahan setelah melakukan penghitungan suara. Dua orang meninggal pada Kamis (18/4/2019), satu hari setelah penyelenggaraan pemungutan suara serentak, adapun dua yang lain meninggal setelah sempat dirawat.
KPU Sumsel berencana memberikan santunan kepada ahli waris korban sebagai tanda dukacita atas kepergian keduanya. Hal ini disampaikan Komisioner KPU Sumsel Bidang Hukum dan Pengawasan Hepriyadi di Palembang, Senin (22/4/2019).
Empat petugas KPPS yang meninggal tersebut adalah Tuti Hidayati, petugas KPPS dari Desa Sukamulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir; dan Fahrul, petugas KPPS Desa Blambangan, Kecamatan Pengandonan, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Keduanya meninggal pada Kamis (18/4/2019). Selanjutnya, Syarifuddin, petugas KPPS di Desa Anyar, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; dan Untung Imansyah, petugas KPPS Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumber Marga Telang, Kabupaten Banyuasin. Untuk kedua panitia ini, Hepriyadi baru mengetahui kabar duka tersebut pada Senin (22/4/2019) sore.
”Mereka berempat meninggal diduga akibat kelelahan setelah menjalan tugas di TPS,” kata Hepriyadi. Saat ini juga terdata ada dua petugas KPPS di Lahat dan Lubuklinggau yang sedang kritis di rumah sakit.
Mereka berempat meninggal diduga akibat kelelahan setelah menjalan tugas di TPS.
Hepriyadi mengungkapkan, sampai saat ini pihaknya masih mendata jumlah petugas KPPS yang meninggal atau sakit. Kegiatan pemilu yang sangat melelahkan tentu sangat berisiko bagi petugas yang harus bekerja keras sejak dilantik pada 27 Maret 2019 lalu. Hal itu dimulai dengan bimbingan teknis (bimtek) sebelum pemilihan, penyebaran undangan, pemungutan, dan penghitungan suara.
Sebenarnya, masa kerja para petugas KPPS mulai pada 10 April 2019, tetapi mereka diikutikan dalam bimtek pemungutan dan penghitungan suara. Hal ini dilakukan agar mereka mengerti teknis di lapangan. ”Bahkan ada juga yang dilibatkan dalam setting penghitungan suara per TPS,” kata Hepriyadi.
Tugas selanjutnya adalah membagikan undangan C-6 pada pemilih yang dimulai pada 14-16 April 2019. Pada satu hari sebelum pemungutan, mereka juga bertugas untuk menyiapkan tempat TPS. ”Mulai dari persiapan tenda hingga kesiapan logistik,” kata Hepriyadi.
Pada hari pemungutan suara 17 April 2019, mereka bekerja hampir 24 jam lantaran proses penghitungan suara tidak boleh dihentikan. ”Oleh karena kotak suara sudah dalam keadaan terbuka, jadi penghitungan tidak boleh ditunda. Proses penghitungan harus tuntas,” ucapnya. Hal inilah yang membuat banyak petugas mengalami kelelahan. Apalagi, jumlah petugas di TPS hanya sekitar 7 orang ditambah petugas keamanan 2 orang. Hal itu berbeda dengan di Jawa karena petugas TPS mencapai 14-15 orang.
Melihat banyaknya petugas KPPS yang meninggal pada saat bertugas, KPU Sumsel bersama jajaran KPU di tingkat daerah berinisiatif untuk memberikan penghargaan berupa dana duka sebagai bentuk penghargaan kepada setiap petugas yang gugur. ”Untuk santunan, kami tidak memiliki dana. Untuk itu, kami berinisiatif untuk patungan memberikan santunan kepada ahli waris petugas KPPS yang meninggal dalam tugas,” kata Hepriyadi.
Untuk santunan, kami tidak memiliki dana. Untuk itu, kami berinisiatif patungan memberikan santunan kepada ahli waris petugas KPPS yang meninggal dalam tugas.
Hasanuddin, Ketua TPS 023, Kelurahan Kenten, Kecamatan Talang Kepala, Kabupaten Banyuasin, mengatakan, tugas dari petugas TPS sungguh melelahkan, apalagi pada satu hari jelang pemilihan hingga waktu pemilihan tiba. ”Kami hampir tidak tidur untuk menunggu logistik dan memastikan semua warga berhak untuk menyalurkan suaranya,” kata Hasanuddin.
Bahkan, ungkap Hasanuddin, akibat penyaluran logistik yang terlambat proses penghitungan suara baru tuntas pada Kamis (18/4/2019). Di daerah ini, proses pemilihan baru berlangsung pada pukul 13.00 WIB karena logistik terlambat datang dari jadwal yang ditentukan.
Ketua Bawaslu Iin Irwanto mengapresiasi kinerja petugas KPPS dan KPU yang sudah berkerja keras di lapangan. Walau masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, seperti keterlambatan kedatangan logistik, kekurangan surat suara, atau ketidaksesuaian pemilih dengan daftar pemilih tetap, komposisi kekurangan itu tergolong masih sangat kecil.
Terhitung dari keseluruhan jumlah TPS yang ada di Sumsel, yakni 25.320 TPS, jumlah TPS bermasalah hanya 0,5 persen. Untuk itu, perlu diadakan evaluasi terhadap segala kegiatan yang terjadi mulai dari sebelum pemungutan suara, pemungutan suara, hingga penghitungan.