Asia Pasifik Perlu Tingkatkan Keterbukaan dan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif
Oleh
Hendriyo Widi dari Vina Del Mar, Chile
·3 menit baca
VINA DEL MAR, KOMPAS - Keterbukaan dan kerja sama ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang sangat penting dilakukan negara-negara di kasawan Asia Pasifik. Kerja sama itu perlu berfokus pada pengembangan masyarakat digital, integrasi 4.0, pertumbuhan inklusif, dan pertumbuhan berkelanjutan.
Ketua APEC 2019 dan juga Menteri Luar Negeri Chile Hon Roberto Ampuero menyatakan hal itu dalam pembukaan pertemuan Para Menteri yang Membidangi Perdagangan dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (MRT APEC) di Vina Del Mar, Chile, Jumat (17/5/2019) pagi waktu setempat. Chile sebagai tuan rumah tahun ini mengambil tema "Connecting People, Building the Future".
Pembukaan itu dihadiri delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Dalam kesempatan itu, Enggartiasto didampingi Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo dan Direktur APEC dan Organisasi Internasional Kementerin Perdagangan Antonius Yudi Triantoro.
Ampuero mengatakan, Chile berupaya membuka diri dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara di Amerika Latin yang tergabung dalam Mercosur. Chile juga berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara di Asia Pasifik.
“Orientasi kami adalah membangun dialog terbuka antarnegara dan regional. Di tengah kondisi saat ini, kerja sama ekonomi komprehensif sangat dibutuhkan. Tak hanya menyangkut perdagangan, tetapi juga investasi,” kata dia.
Di sisi lain, lanjut Ampuero, negara-negara di dunia perlu bertransformasi di tengah perkembangan teknologi digital. Perdagangan perlu dimodernisasi melaui integrasi dengan teknologi digital. Selain itu, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru juga perlu dikembangkan.
Sebelumnya, Indonesia berhasil memasukkan tiga usulan inisiatif dalam APEC 2019. Ketiga usulan itu yaitu pentingnya dialog publik dan swasta untuk memahami aturan nontarif, pemanfaatan teknologi 4.0 untuk mengembangkan ekspor usaha kecil dan menengah (UKM), dan meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi.
Tiga usulan inisiatif Indonesia dalam APEC 2019 adalah pentingnya dialog publik dan swasta untuk memahami aturan nontarif, pemanfaatan teknologi 4.0 untuk mengembangkan ekspor UKM, dan meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi digital.
Antonius Yudi Triantoro mengatakan, usulan pertama terkait dialog sektor publik dan swasta penting guna memahami aturan nontarif di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan untuk pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan di kawasan Asia Pasifik. Usulan kedua menyangkut pentingnya pemanfaatan revolusi industri 4.0 untuk mengembangkan ekspor.
Fokusnya adalah pada penguatan UKM agar dapat berinovasi secara digital, sehingga mampu menjangkau pasar ekspor. Adapun usulan ketiga terkait dengan lokakarya mengenai ekonomi digital inklusif melalui tukar menukar pengalaman dan praktik terkait pemberdayaan perempuan melalui pemanfaatan platform digital.
“Dengan usulan ini, diharapkan dapat mendorong peran perempuan dalam mendorong ekspor melalui pemanfaatan platform digital,” kata dia.
APEC merupakan forum kerja sama ekonomi 21 negara di lingkar Samudera Pasifik. Pada 2019, anggota negara-negara APEC mewakili 39 persen penduduk dunia (2,9 miliar juta jiwa), 47 persen dari perdagangan global (22 triliun dollar AS), dan 60 persen dari total produk domestik bruto dunia (48 triliun dollar AS).
Pada 2018, nilai ekspor Indonesia dengan negara-negara di kawasan APEC meningkat. Total nilai ekspor Indonesia pada 2018 ke negara-negara anggota APEC meningkat sebesar 129,2 milliar dollar AS, dibandingkan 2017 yang sebesar 117,9 miliar dollar AS.