Pantura Jabar Padat, Rekayasa Lalu Lintas Diberlakukan
Kendaraan pemudik memadati jalur pantai utara atau pantura hingga jalan arteri di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (9/6/2019). Kepadatan tersebut menyebabkan kemacetan panjang di sejumlah titik yang berlangsung hingga sore.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
CIKAMPEK, KOMPAS — Kendaraan pemudik memadati jalur pantai utara atau pantura hingga jalan arteri di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (9/6/2019). Kepadatan tersebut menyebabkan kemacetan panjang di sejumlah titik yang berlangsung hingga sore.
Berdasarkan pantauan pukul 16.00, arus lalu lintas di sepanjang jalur pantura Karawang ramai lancar di kedua jalur arah Jakarta dan Cirebon. Namun, kepadatan mulai terlihat di Simpang Jomin memasuki jalan arteri Cikampek Utama. Rata- rata kecepatan berkendara pengemudi kurang dari 30 kilometer per jam.
Adanya pertemuan arus dengan kendaraan dari Tol Cikampek menuju pantura pada simpang tersebut memperparah kemacetan. Kepadatan itu didominasi oleh pemudik sepeda motor.
Menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Karawang Ajun Komisaris Bariu Bawana, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kepadatan itu terjadi, antara lain adanya pasar tumpah di wilayah Kosambi, masyarakat yang menyeberang tidak pada tempatnya, dan bus yang berlalu-lalang di Terminal Klari.
Adapun imbas sistem satu arah (one way) di Tol Trans-Jawa dinilai Bariu sebagai faktor penyumbang kemacetan terbesar. Meski demikian, sejauh ini, pihaknya belum melakukan pengalihan arus ke jalan alternatif.
Hingga pukul 18.30, kendaraan masih padat merayap di ruas itu. ”Kami mempertimbangkan berbagai hal. Pengalihan ke jalan alternatif cukup berisiko karena minim penerangan pada malam hari,” ujarnya.
Rekayasa lalu lintas telah dilakukan untuk mengurai kemacetan, yakni mengarahkan arus kendaraan dari Simpang Jomin menuju jalur pantura. Kendaraan diarahkan ke Jalan Cikampek Utama dan berputar kembali ke pantura di Bundaran Dawuan. Ada 10 personel yang disiagakan di sepanjang jalur arteri untuk membantu mengurai kemacetan.
Kemacetan tersebut tidak hanya terjadi di ruas pantura, tetapi juga di Jalan Tol Cikampek. Hisyam Luthfiana (30), pemudik asal Bandung, mengeluhkan padatnya arus lalu lintas. Semula ia bersama keluarganya akan kembali ke Karawang via tol. Namun, ia mengurungkan niatnya. ”Mau lewat tol maupun lewat arteri sama saja macetnya,” ujarnya.
Kendaraan diarahkan ke Jalan Cikampek Utama dan berputar kembali ke pantura di Bundaran Dawuan. Ada 10 personel yang disiagakan di sepanjang jalur arteri untuk membantu mengurai kemacetan.
Keluhan juga disampaikan sejumlah pemudik yang mengendarai sepeda motor. Pemudik asal Kuningan, Latief (36) dan Tanti (33), misalnya, menghabiskan waktu delapan jam perjalanan untuk sampai Cikarang. Lebih dari 10 tahun perjalanan mudik ke Kuningan, mereka tempuh menggunakan sepeda motor. Menurut dia, tahun ini jauh lebih padat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
”Normalnya, kalau mudik ke Kuningan hanya butuh waktu 4 jam, hari ini padat sekali,” ucapnya sambil menenggak minuman dingin.
Berbeda dengan Faisal (19), pemudik asal Tegal. Ia tidak mengeluhkan kemacetan itu, tetapi justru menikmati setiap momen perjalanannya saat balik ke Cikarang. Ini pertama kali ia mudik mengunakan sepeda motor seorang diri. Normalnya, waktu tempuh enam jam, tetapi karena macet, dibutuhkan waktu hingga delapan jam.