Luas Lahan Bawang Merah di Brebes Susut hingga 50 Persen
Dampak kekeringan menyebabkan luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berkurang hingga separuh. Meskipun masa tanam semestinya sudah dimulai bulan Mei, banyak petani memilih untuk tidak memaksakan diri menanam karena takut merugi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Dampak kekeringan menyebabkan luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berkurang hingga separuh. Meski masa tanam semestinya sudah dimulai bulan Mei, banyak petani memilih untuk tidak memaksakan diri menanam karena takut merugi.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Brebes Juwari, Senin (17/6/2019), mengatakan, secara keseluruhan kekeringan membuat luasan lahan tanam bawang merah di Kabupaten Brebes berkurang dari sekitar 12.000 hektar (ha) menjadi 6.000-7.000 ha.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin, di Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, sejumlah lahan bawang merah mengering dan retak-retak di beberapa bagian. Lahan-lahan ini semestinya sudah ditanami bawang merah sejak Mei lalu.
”Harusnya sudah mulai masa tanam, tapi belum banyak petani yang berani menanam. Sekarang sedang kekeringan, susah pengairannya. Daripada gagal panen, lebih baik tidak usah menanam sekalian,” ucap Tasdik (54), salah satu petani bawang merah yang ditemui di Desa Banjaranyar, Senin siang.
Menurut Tasdik, kekeringan memang sering melanda daerah Brebes saat musim kemarau. Namun, kekeringan tahun ini, menurut Tasdik, termasuk cukup parah, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Tahun lalu, misalnya, kekeringan baru terjadi pada pertengahan Juli atau saat sudah lewat masa tanam. Tahun ini, kekeringan melanda tepat sebelum masa tanam.
Tahun lalu, kekeringan baru terjadi pada pertengahan Juli atau saat sudah lewat masa tanam. Tahun ini, kekeringan melanda tepat sebelum masa tanam.
Dari sekitar 1 hektar lahan, Tasdik hanya menanam bawang di tanah seluas 0,5 hektar. Ia mengaku tak punya modal lebih untuk mengebor sumur air bawah tanah untuk menjamin irigasi.
Petani bawang merah lain, Wahyono (51), memilih tetap menanam bawang merah karena telanjur membeli banyak bibit. Sama seperti Tasdik, tahun ini, Wahyono mengurangi luasan lahan tanam.
”Total luas lahan saya sekitar 30 hektar, sedangkan yang akan saya tanami bawang merah sekitar 1 hektar. Sekitar 29 hektar lahan sisanya akan saya biarkan begitu saja sambil menunggu hujan,” kata Wahyono.
Untuk menjaga lahan tetap dialiri air, Wahyono mengambil air dari sumur bor bawah tanah yang berjarak sekitar 500 meter dari lahan tanamnya. Biaya operasional pompa air sumur bor dalam sehari sekitar Rp 150.000.
”Biaya operasional sumur bor mahal. Sudah begitu, belum tentu airnya keluar. Kadang-kadang macet juga karena air di bawah tanah tidak selalu ada,” imbuh Wahono.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Brebes Juwari mengatakan, kualitas air sumur bor bawah tanah sebenarnya tidak bagus untuk pertumbuhan bawang. Meski begitu, banyak petani terpaksa tetap menggunakannya untuk mengairi lahan.
”Kualitas air sumur bor itu tidak begitu bagus untuk pertumbuhan bawang. Sebab, airnya asin. Tapi banyak yang tetap memakai air tanah karena tidak ada pilihan lain. Biasanya saat kemarau, lahan tanam bawang merah di Brebes disuplai air dari Bendungan Notog di Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal. Tahun ini bendungan tersebut juga kering,” tutur Juwari.
Kualitas air sumur bor itu tidak begitu bagus untuk pertumbuhan bawang. Sebab, airnya asin. Tapi banyak yang tetap memakai air tanah karena tidak ada pilihan lain.
12 kecamatan
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Nuhsy Mansyur mengatakan, kekeringan diperkirakan terjadi pada Juni-Desember. Kekeringan tersebut diperkirakan berdampak pada 139.141 jiwa di 12 kecamatan Kabupaten Brebes.
”Puncak kekeringan akan terjadi September. Beberapa daerah yang terdampak di Brebes adalah Kecamatan Bantarkawung, Bumiayu, Sirampog, Tonjong, Brebes, Kersana, Losari, Tanjung, Bulakamba, Larangan, Ketanggungan, dan Banjarharjo.
Untuk mengantisipasi kekeringan, BPBD Kabupaten Brebes bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum setempat dan pihak swasta berencana menyuplai air ke daerah terdampak sesuai kebutuhan. BPBD Kabupaten Brebes juga berharap, masyarakat bisa mengoptimalkan sumber air yang layak digunakan di sekitarnya.
Menurut data BPBD Provinsi Jawa Tengah, selain Brebes, beberapa kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah juga akan dilanda kekeringan. Ada lima daerah yang diprediksi terdampak paling parah, yakni Kabupaten Blora dengan jumlah perkiraan warga terdampak 467.166 orang, Kabupaten Pati (198.196 orang), Kabupaten Grobogan (159.352 warga), dan Kabupaten Semarang (105.000 warga).