Perguruan Tinggi Didorong Kembangkan Inovasi Teknologi
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan, perguruan tinggi berperan membangun ekonomi rakyat dengan mengembangkan inovasi berbasis teknologi. Penelitian dan riset di daerah terus ditumbuhkan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan, perguruan tinggi berperan membangun ekonomi rakyat dengan mengembangkan inovasi berbasis teknologi. Penelitian dan riset di daerah terus ditumbuhkan. Hasil riset yang inovatif juga didorong dalam penerapannya.
Dengan tujuan merangsang bertumbuhnya inovasi-inovasi di daerah itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) mengadakan rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) di luar Jakarta. Peringatan Hakteknas 2019 yang tahun ini bertema ”Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0” diselenggarakan di Bali.
”Menjadi sangat penting bagi kami untuk memasyarakatkan inovasi ini,” kata Nasir saat membuka pameran Ritech Expo yang diselenggarakan Kemristek dan Dikti dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-24 di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Kota Denpasar, Bali, Minggu (25/8/2019).
Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristek dan Dikti Jumain Appe menyatakan, perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta terus membangun dan memiliki inkubator bisnis teknologi di tiap-tiap kampus dalam upaya menumbuhkan usaha-usaha rintisan (start up) inovatif. ”Perguruan tinggi juga bekerja sama dengan lembaga dan industri dalam pemanfaatan hasil riset,” kata Jumain.
Sebelumnya, saat pelepasan peserta gerak jalan Harteknas 2019, juga di kawasan Lapangan Puputan Margarana, Minggu pagi, Nasir mengatakan, usaha rintisan (start up) dari Indonesia bermunculan, tetapi masih sedikit usaha rintisan di Indonesia itu yang mampu bertumbuh menjadi usaha rintisan yang memiliki nilai kapitalisasi melebihi 1 miliar dollar Amerika Serikat atau unicorn. ”Harapannya, dari acara di Bali ini akan muncul start up baru yang akan menjadi unicorn,” ujar Nasir.
Lebih lanjut Nasir menyatakan keterlibatan investor untuk berkolaborasi dengan peneliti daerah ataupun lembaga penelitian dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian non-kementerian akan semakin terbuka menyusul disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. ”Mudah-mudahan (undang-undang) ini bisa lebih mewadahi investor berkolaborasi dengan lembaga penelitian dan pengembangan serta pengkajian dan penerapan teknologi sehingga mampu menghasilkan inovasi dan invensi,” kata Nasir.
Nasir menilai generasi muda di Indonesia berpotensi dalam memunculkan inovasi yang bagus dan bermanfaat bagi masyarakat. Potensi itu, menurut Nasir, perlu didorong dan diberi fasilitas, di antaranya dengan membangun ekosistem start up dan memanfaatkan inovasi teknologi. Pemanfaatan hasil riset juga memiliki dampak ekonomi bagi negara.
Keterlibatan investor untuk berkolaborasi dengan peneliti daerah ataupun lembaga penelitian dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian non-kementerian akan semakin terbuka menyusul disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Riset mengenai bahan bakar dari minyak kelapa sawit, misalnya, memberi dampak pada penghematan bahan bakar minyak. Dengan memanfaatkan bahan bakar nabati itu, Indonesia diperkirakan mampu mengurangi biaya impor bahan bakar minyak hingga 17,6 miliar dollar AS.
Hasil riset teknologi lainnya, menurut Nasir, adalah pengembangan kendaraan bermotor bertenaga listrik, antara lain sepeda motor listrik Gesits yang sudah masuk tahap manufaktur. Motor listrik yang diproduksi secara pabrikan itu sudah dipesan sejumlah pemerintah daerah, termasuk dari Pemerintah Provinsi Bali. Sepeda motor di Bali nantinya akan menggunakan motor listrik buatan Indonesia.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VIII (Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur) I Nengah Dasi Astawa mengungkapkan, sudah banyak perguruan tinggi swasta di Bali yang memiliki inkubator bisnis sebagai ekosistem pengembangan usaha rintisan dengan berbasis teknologi. Menurut Dasi, keberadaan inkubator bisnis di kampus juga menjadi bagian penilaian kampus dalam bidang hasil atau keluaran dalam program jangka pendek.
”Kami mengapresiasi pelaksanaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-24 di Bali tahun ini untuk lebih mengenalkan generasi muda di Bali tentang perkembangan inovasi teknologi yang sudah dicapai saat ini,” kata Dasi.