Energi baru terbarukan (EBT) terus didorong untuk memenuhi kebutuhan energi. Di Sulawesi Selatan dua PLTB yang sudah beroperasi akan dikembangkan dengan mel
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
JENEPONTO KOMPAS-Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) terus didorong untuk memenuhi kebutuhan energi dan menggantikan energi yang tak bisa diperbaharui. Di Sulawesi Selatan dua PLTB yang sudah beroperasi akan dikembangkan dengan melanjutkan proyek pembangunan ke tahap dua.
Salah satu yang saat ini sudah masuk dalam sistem kelistrikan PLN adalah PLTB Tolo, Jeneponto. Walau belum diresmikan, pembangkit yang menggunakan kuncir angin ini sudah beroperasi penuh sejak Mei lalu. Sebelumnya PLTB Sidrap juga telah beroperasi penuh sejak tahun lalu. Keduanya kini menunggu melanjutkan proyek tahap dua.
Adisudono Soerono, Country Head Vena Energy, di lokasi menara pembangkit PLTB Tolo di Jeneponto, Jumat (6/9/2019) mengatakan pihaknya telah siap melanjutkan pembangunan PLTB tahap dua. Lokasinya masih di tempat sama dimana 20 turbin angin telah beroperasi dengan kapasitas 72 MW atau 3,6 MW untuk setiap turbin.
“Kami saat ini sudah menunggu kesiapan pihak ESDM dan PLN untuk pembangunan tahap dua. Kami sudah melakukan studi. Investasi juga sudah siap. Lokasinya akan tetap disini. Kapan pun kami diminta, langsung kami bangun. Harapannya kami sudah bisa COD (cash on delivery) 2023,” kata Adisudono.
Menurut Adisudono, Vena Energy sudah beroperasi di lima lokasi di Indonesia untuk pengembangan energi baru terbarukan. Di antaranya tiga di Nusa Tenggara Barat dan satu Sulawesi Utara masing-maling untuk listrik tenaga matahari. Adapun PLTB, baru ada di Jeneponto.
Kami saat ini sudah menunggu kesiapan pihak ESDM dan PLN untuk pembangunan tahap dua. Kami sudah melakukan studi. Investasi juga sudah siap.
Vena Energy saat ini terus melakukan survei di berbagai daerah untuk melihat potensi pengembangan sumber energi baru terbarukan. Bahkan perusahaan ini juga siap untuk membangun EBT di Kalimantan yang menjadi calon ibu kota baru.
Terkait kesiapan pembangunan tahap dua dan memastikan masuknya listrik PLTB Tolo ke sistem PLN, Dirjen Ketenagalistrikan Kementrian ESDM Rida Mulyana melalukan kunjungan ke PLTB Tolo. Turut mendampingi, Direktur Pengadan Strategis 2 PLN Djoko R Abumanan.
“Kami sudah melihat bahwa PLTB ini memang sudah rampung dan masuk dalam sistem kelistrikan PLN. Untuk pembangunan tahap dua saya pikir tak ada masalah. Tinggal jalan. Ini sejalan dengan program pemerintah yang terus mendorong pengembangan EBT di Indonesia,” katanya.
PLTB Tolo merupakan bagian dari Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit 35.000 MW, sekaligus menjadi bagian dari upaya Pemerintah untuk dapat mencapai target bauran energi nasional 23 persen dari EBT pada 2025.
Dengan nilai investasi sebesar 160,7 juta dollar AS, pembangunan PLTB Tolo menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 390 orang. Sebagai pembangkit tenaga bayu terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap, PLTB Tolo memiliki kadar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 42 persen.
PLTB Tolo memiliki 20 menara turbin, dengan tinggi 133 meter dan panjang bilah atau baling-baling mencapai 64 meter. Masing-masing turbin mampu mengalirkan listrik sebesar 3,6 MW dengan kumulatif nya sebesar 30 persen lebih. Adapun total kWh produksi yang telah dihasilkan PLTB Tolo sejak Desember 2018 hingga Agustus 2019 sebesar 142.86 MWh.
Pembangkit ini berlokasi di Kampung Lengke-lengkese, Kecamatan Binamu Jeneponto, Sulawesi Selatan dan turut memasok kebutuhan listrik dalam sistem Sulawesi Bagian Selatan. Saat total daya mampu sistem Sulbagsel mencapai 1.499 MW. Dengan beban puncak sebesar 1.165 MW, terdapat cadangan data sebesar 334 MW. Adapun PLTB Tolo menambah porsi bauran energi pembangkit EBT di sistem Sulbagsel menjadi sebesar 29-30 persen (PLTB 7% dan PLTA 22%).
Adapun untuk sistem Sulawesi, bauran penggunaan EBT telah mencapai 32,94 persen dimana PLTB sebesar 4,15 persen, PLTA (21,12 %) dan PLTP (7,66 %).
PLN berkomitmen untuk mencapai target 23 persen pemanfaatan EBT pada 2025. Hingga Agustus ini, kapasitas pembangkit EBT nasional yang terpasang sebesar 7.292 MW atau setara dengan 12,36 persen dari seluruh bauran energi pembangkit.