Menteri-menteri baru terlihat ramah pada jurnalis. Sikap ini diharapkan terus terjaga agar akses informasi dapat berjalan lancar. Harapan itu terlihat di hari-hari pertama mereka masuk Istana Kepresidenan di Jakarta.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
Gaya menteri di awal jabatannya menarik diperhatikan. Gaya sebagian dari mereka sama seperti sebelumnya, terutama pada pejabat atau menteri yang sering terlihat di Kompleks Istana Kepresidenan. Kompas mencermati hal itu di hari-hari menjelang, saat, dan sesudah pelantikan pada Rabu (23/10/2019), di Jakarta.
Sosok pertama yang terlihat oleh jurnalis Kompas adalah Fachrul Razi. Menteri Agama berlatar militer ini tiba di Kompleks Istana Kepresidenan bersama keluarganya sejak pukul 06.30. Pagi itu, Wakil Panglima TNI periode 1999-2000 ini mengenakan batik cokelat gelap duduk di ruang tunggu.
Jika tidak mengenali dia, orang bisa salah sangka dengan sosok ini. Sebab, dengan baju batiknya itu, tidak terlihat unsur militernya sama sekali. Sesekali dia melempar senyum kepada orang yang memperhatikannya. Sebagian orang menyebut dia lebih mirip pesohor yang sering disebut Raja Dangdut.
Tidak lama kemudian, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir tiba di kompleks istana. Keduanya bergabung dan mengobrol dengan Fachrul Razi. Mahfud mengenakan batik warna jingga cerah, sedangkan Erick berbatik motif diagonal warna gelap.
Setiap calon menteri ini memang diharapkan berpakaian batik untuk sesi pengumuman oleh Presiden di beranda belakang Istana Merdeka. Satu per satu nama menteri disebutkan berikut posisi mereka oleh Presiden. Saat nama Fachrul disebutkan, dia segera berdiri dan berseru keras, ”Assalamualaikum!” Para menteri lain pun tertawa karena kaget mendengar suaranya yang menggelegar.
Seusai pengumuman ini, para menteri dilantik. Saat ini mereka semua mengenakan pakaian sipil lengkap alias jas formal berwarna gelap. Adapun menteri perempuan mengenakan kebaya atau baju nasional lainnya.
Mahfud yang mengenakan celana biru gelap segera berganti atasan dengan jas hitam formal. Seusai pelantikan, Mahfud seperti biasa dengan sukarela menghadapi pertanyaan-pertanyaan wartawan di pilar beranda samping Istana Negara. Namun, kali ini, dia memilih berhati-hati menjawab.
Selain menjelaskan bahwa bertugas mengoordinasikan penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan deradikalisasi, Mahfud mengatakan akan ke Kementerian Koordinator Polhukam untuk mendapatkan informasi umum terkait kantor dan agenda kerja di tempat itu. Ketika ditanya mengenai pemberantasan korupsi dan harapan masyarakat bahwa Presiden Jokowi menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) tentang KPK, Mahfud hanya mengatakan belum ada arahan dari Presiden dan akan menginventarisasi masalah dalam satu dua hari ini.
Untuk menteri-menteri yang sudah lebih akrab dengan wartawan, seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofjan Djalil, wartawan tak sulit meminta mereka berhenti dan memberikan keterangan. ”Ini muka lama dengan jabatan lama. Enggak ada yang kejutan to,” seloroh Sofjan sebelum menjelaskan target kerjanya sampai lima tahun ke depan.
Sebagai dua menteri yang kerap mengikuti Presiden Jokowi kunjungan kerja ke daerah, keduanya tampak selalu bugar. Seusai pelantikan, keduanya tak segan berjalan kaki saat harus bergeser dari Istana Negara ke Istana Merdeka untuk berfoto, sementara sebagian lainnya memilih menggunakan mobil golf untuk menghindari keringat dan lelah.
Lain lagi dengan Jenderal (Pol) Tito Karnavian yang sebelum ini menjabat Kepala Kepolisian Negara RI. Sebagai mantan pembesar Polri, dia tetap dikawal dengan setidaknya empat orang yang berlari di belakang mobil golfnya. Selain itu, masih ada dua staf humas yang bertugas memotret dan merekam segala gerak-geriknya. Orang-orang kepercayaan, mulai ajudan, bagian humas, dan bagian lain sudah pasti melekat di kendaraan yang digunakannya.
Kebiasaannya menjauh dari wartawan di Istana Kepresidenan juga tak berubah. Sebelum dilantik, saat menjabat Kepala Polri, Tito nyaris tidak pernah melintasi pintu kaca penghubung Sekretariat Negara-Kompleks Istana Kepresidenan. Keluar dari istana pun dia tetap menggunakan pintu samping. Seusai dilantik sebagai Menteri Dalam Negeri, Tito tetap tak mau keluar menggunakan jalur menteri-menteri biasanya, tetapi melalui pintu samping.
Prabowo Subianto pun tak kalah rapat pengawalannya. Saat wartawan meminta keterangan dari Menteri Pertahanan yang baru dilantik itu, setidaknya ada delapan pengawal yang mengelilingi Prabowo. Mereka siap menggeser wartawan yang dirasa terlalu dekat dengan bosnya itu. ”Jangan di sini, di depan (Bapak) saja,” ujar salah seorang pengawal sembari menarik salah seorang wartawan.
Prabowo mau memberikan keterangan kendati sangat singkat. ”Saya harus lihat nanti kantor menteri dulu, tanya pejabat di sana. Mungkin ada proses serah terima, saya akan belajar dulu situasi yang terakhir, baru kita akan mulai kerja,” katanya saat ditanya target kerjanya sebagai Menhan.
Sebagian menteri yang baru pertama kali masuk ke kabinet memang masih berusaha keras memahami cakupan kerja dan menyesuaikan diri. Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM yang baru dilantik, tampak semringah. Meski demikian, dia mengaku baru diberi tahu menjabat sebagai Kepala BKPM. ”Makanya saya baru mau ke kantor ngecek. Ruang lingkupnya juga baru tahu, belum secara detail. Kalau sudah selesai sertijab, setelah (mempelajari) satu hari baru saya bicara,” tuturnya saat ditanya target dan rencana kerjanya dalam seratus hari ini.
Kendati perlu segera memahami persoalan dan menyesuaikan diri, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan kepada semua anggota kabinetnya. Perintah pertama adalah menciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi. Kedua, Presiden menegaskan bahwa tidak ada visi misi menteri, yang ada visi misi Presiden dan Wakil Presiden.
Ketiga, Presiden meminta semua bekerja cepat, bekerja keras, dan bekerja produktif. Tak hanya itu, semua diharap tidak rutinitas kerja yang monoton. Kelima, Presiden berpesan supaya kerja berorientasi pada hasil nyata. ”Kemarin di dalam pelantikan sudah saya sampaikan tugas kita bukan hanya menjamin ’sent’, tetapi ’delivered’,” ujarnya.
Keenam, para menteri diminta selalu mengecek masalah di lapangan dan temukan solusinya. Terakhir, diingatkan pula bahwa semua harus serius dalam bekerja. ”Saya pastikan yang tidak serius bekerja, yang tidak sungguh-sungguh, hati-hati, bisa saya copot di tengah jalan,” tambah Presiden.
Di hari pertama menyandang predikat menteri Kabinet Indonesia Maju, terutama pejabat lama, belum berubah gaya. Sementara bagi pejabat baru, belum dapat dipastikan apakah mereka akan konsisten dengan gaya ramahnya di hari pertama. Apakah gaya mereka akan tetap seperti ini? Waktu yang akan menunjukkannya.